Inspiratif, Sulap Daun Kelapa Jadi Bungkusan Makanan Ramah Lingkungan
Reporter
Minggu, 04 Juli 2021 / 9:21 am
WAKATOBI, TELISIK.ID - Sri Gusrianti, gadis asal wangi-wangi Kabupaten Wakatobi ini berhasil membuat bungkusan atau kotak nasi atau kue yang ramah lingkungan yakni terbuat dari daun kelapa.
Bungkusan makanan tersebut kemudian dinamakan Nami’ka. Nama ini diambil dari bahasa lokal Wangi-Wangi yang berarti Rasa’ka atau Rasa’eh.
Dari sanalah tercetuslah nama Nami’ka, sebab dengan begitu biar mudah diingat dan pastinya tetap melestarikan bahasa kearifan lokal Wangi-Wangi.
“Ide membuat kotak makanan Nami’ka dari daun kelapa ini awalnya muncul karena saya melihat penggunaan plastik sudah sangat meresahkan masyarakat. Saya kemudian berpikir bagaimana caranya meminimalisir sampah khususnya di bidang kuliner," kata Sri Gusrianti, belum lama ini.
"Lalu muncullah ide wadah makanan ramah lingkungan ini. Apalagi daun kelapa di Wakatobi sangat melimpah. Menurut saya akan sangat praktis dan efisien dalam membuatnya,” tambahnya.
Hanya saja, ia mengaku kesulitan menemukan pengrajin untuk menganyam daun kelapa menjadi kotak makanan ini. Sebagian dari masyarakat masih berpikir kotak makanan ini tidak akan bernilai ekonomis.
Baca juga: Pemda Buton Evaluasi Penanganan COVID-19, Siapkan Tempat Isolasi di Tiap Desa
Baca juga: Dua Warga Meninggal Karena COVID-19, Muna Tetap Zona Hijau
Untuk tetap bisa merealisasikan ide tersebut, ia pun harus berkeliling ke desa-desa di Wangi-Wangi seperti Kapota. Disana ia mensosialisasikan kotak makanan ramah lingkungan ini.
Lebih lanjut, ia menceritakan, sampai suatu ketika ia mendapati salah satu pengrajin dari Desa Tindoi yang mulai tertarik untuk menganyam daun kelapa menjadi kotak makanan ini. Setelah membuat beberapa biji, ia lalu mempromosikannya lewat sosial media.
"Dari situlah pesanan mulai berdatangan dan saya bisa memperoleh 6-7 juta per bulan dari hasil penjualan kotak makanan Nami’ka ini,” ujar gadis lulusan HI Universitas Bosowa Makassar ini.
Ia mengaku, usaha pembuatan kotak makanan ini sudah berjalan kurang lebih delapan bulan.
"Untuk wadah beseknya sendiri masih lumayan mahal, dimana satu set sama penutupnya dihargai Rp 3 ribu. Sedangkan Nami’ka satu menu harganya beraneka ragam. Ada yang Rp 30 ribu dan Rp 32 ribu juga,” pungkas Sri Gusrianti yang juga Founder Nami’ka ini.
Untuk diketahui, hasil kerajinan tangan lokal warga Wangi-Wangi, Kabupaten Wakatobi tersebut dapat dikunjungi juga lewat media sosial Instagram @Nami’ka. (C)
Reporter: Nina Nurrahmah
Editor: Fitrah Nugraha