Kearifan Lokal Etnis Cia-cia: Tradisi Mataano Santa di Buton Selatan

Ali Iskandar Majid

Reporter

Senin, 30 September 2024  /  6:18 pm

Tradisi Posambua pada rangkaian ritual adat Mataano Santa di halaman Baruga Desa Gunung Sejuk, Kecamatan Sampolawa, Kaputen Buton Selatan. Foto: Ali Iskandar Majid/telisik

BUTON SELATAN, TELISIK.ID - Ritual adat Mataano Santa merupakan tradisi yang kaya akan nilai-nilai budaya etnis Cia-cia di Kabupaten Buton Selatan, Sulawesi Tenggara, yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Tradisi ini mencerminkan rasa syukur masyarakat kepada Tuhan atas hasil panen yang melimpah.

Ketua Adat atau Parabela Desa Lipu Mangau dan Gunung Sejuk, La Boti, menjelaskan bahwa ritual Mataano Santa telah dilaksanakan sejak masyarakat awalnya mendiami daerah perbukitan yang kini menjadi wilayah Gunung Sejuk.

“Ritual ini dilakukan sebelum panen hasil bumi dimulai, di mana doa dipanjatkan kepada Tuhan agar masyarakat diberkahi dengan hasil panen yang berlimpah, terutama umbi-umbian,” ujarnya saat ditemui di halaman Baruga Desa Gunung Sejuk, Senin (30/9/2024).

Baca Juga: Pesona Pantai Peropa Wakatobi Tawarkan Sunset dan Gugusan Pohon Kelapa

Salah satu aspek unik dalam prosesi Mataano Santa adalah tradisi Posambua. Dalam tradisi ini, kedua belah pihak yang terdiri dari Parabela, Waci, Moji, dan Pandesuka saling mendatangi dan bersuap. La Boti menambahkan bahwa tradisi ini menggambarkan saling menghargai antar sesama, terutama kepada yang lebih tua.

Selama ritual berlangsung, para istri dari perangkat adat tersebut mempertahankan sikap diam. Hal ini melambangkan ketenangan kampung, menandakan bahwa tidak ada huru-hara saat pelaksanaan ritual adat tersebut.

Kepala Desa Gunung Sejuk, Iji Wijaya, mengatakan bahwa ritual Mataano Santa diadakan setiap tahun pada bulan September atau Oktober. Ritual ini melibatkan masyarakat dari dua desa, Lipu Mangau dan Gunung Sejuk, yang tergabung dalam satu lembaga adat.

Setelah Mataano Santa, masyarakat akan melanjutkan dengan ritual Mataano Galampa, yang dilakukan pasca panen raya setiap Februari.

Baca Juga: Wisata Batu Buti Baubau Jadi Incaran Turis Domestik dan Mancanegara

Baik Mataano Santa maupun Mataano Galampa memiliki inti yang sama: ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil bumi yang melimpah.

Ritual Mataano Santa diakhiri dengan suguhan tarian linda, tarian khas etnis Cia-cia yang dilakukan berpasangan tanpa memandang usia dan kasta, serta tarian mangaru, yang merupakan seni bela diri lokal.

Melalui tradisi ini, masyarakat Cia-cia tidak hanya mempertahankan warisan budaya, tetapi juga memperkuat ikatan sosial antarwarga. (B)

Penulis: Ali Iskandar Majid

Editor: Mustaqim

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS