Kenali Vaksin COVID-19 Johnson & Johnson yang Segera Didatangkan ke Indonesia

Haidir Muhari

Reporter

Rabu, 25 Agustus 2021  /  7:37 pm

Vaksin Johnson & Johnson yang cukup sekali suntik. Foto: Reproduksi Cnnindonesia.com

JAKARTA, TELISIK.ID - Berbagai vaksin terus dikembangkan untuk penanganan COVID-19, diantaranya Vaksin Johnson & Johnson.

Vaksin Johnson & Johnson telah mendapatkan izin dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Izin penggunaan darurat dikeluarkan WHO pada Jumat, 12 Maret 2021.

Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, saat menggelar rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI menyatakan vaksin ini akan masuk ke Indonesia pada bulan September mendatang.

"Kita akan kedatangan Johnson and Johnson itu dari Belanda ya, grand dari Belanda ya itu tergeser bulan depan," kata Budi, dilansir dari Suara.com jaringan Telisik.id, Rabu (25/8/2021).

Berikut fakta dari Vaksin Johnson & Johnson:

1. Dikembangkan di Belanda

Vaksin ini dikembangkan oleh Janssen Vaccines di Leiden, Belanda. Perusahaan itu menginduk ke Belgia Janssen Pharmaceuticals, subsidier dari perusahaan Amerika Serikat Johnson & Johnson.

Perusahaan Johnson & Johnson merupakan perusahaan ketiga, setelah sebelumnya Pfizer/BioNTech dan AstraZeneca juga mendapatkan izin penggunaan darurat dari WHO.

2. Bahan Dasar

Adenovirus adalah kelompok virus yang umum menginfeksi manusia dan hewan. Berbeda dari vaksin Sinovac yang menggunakan strain virus mati dari SARS-COV-2. Vaksin yang juga menggunakan adenovirus adalah AstraZeneca dari vektor adenovirus Simpanse.

3. Cara Kerja

Adenovirus manusia pada vaksin ini dimodifikasi untuk membuat gen untuk menciptakan protein spike terhadap virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan COVID-19.

Dalam virologi, protein lonjakan atau protein peplomer adalah protein yang membentuk struktur besar yang dikenal sebagai lonjakan atau peplomer yang menonjol dari permukaan virus yang diselimuti. Ini berbentuk seperti paku-paku yang menancap.

Menurut dr. Dyah Novita Anggraini dilansir dari Helodoc.com, saat disuntikkan ke tubuh, vaksin adenovirus akan memicu respons kekebalan tubuh terhadap lonjakan protein. Nantinya, tubuh akan menghasilkan antibodi dan sel memori yang mampu mengenali virus corona.

Baca juga: Kritik Rencana Produksi Pabrik Vaksin Asal China, DPR Desak Pemerintah Prioritaskan Vaksin Merah Putih

Baca juga: Puan Dukung Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka dengan Sejumlah Catatan

4. Dosis

Vaksin ini cukup berbeda dari vaksin sebelumnya, seperti Sinovac, Pfizer, atau AstraZeneca. Vaksin Johnson & Johnson  hanya diwajibkan sekali dosis suntikan dan tak perlu disimpan beku.

5. Efektivitas

Paul Stoffels, M.D., Wakil Ketua Komite Eksekutif dan Chief Scientific Officer di Perusahaan Johnson & Johnson, dilansir dari Halodoc.com, menyatakan bahwa tingkat efektivitas dari vaksin yang mereka ciptakan mencapai 85 persen. Vaksin ini ditengarai ampuh menetralisasi virus corona varian delta atau yang dikenal sebagai B.1.617.2.

Vaksin ini menawarkan perlindungan yang tahan lama terhadap COVID-19. Vaksin tersebut juga bisa menurunkan risiko rawat inap dan kematian lebih besar, dibandingkan dengan jenis vaksin lainnya.

6. Kelompok yang Boleh Divaksin

Saat ini vaksin corona Johnson & Johnson hanya dapat diterima oleh kelompok usia 18 tahun ke atas. Suntikan dilakukan pada otot lengan atas.

Jika mengalami beberapa kondisi ini, sebaiknya hindari menerima vaksin Johnson & Johnson. Kondisi-kondisi ini wajib disampaikan kepada petugas sebelum menerima vaksin Johnson & Johnson:

- Riwayat alergi

- Mengalami demam

- Memiliki gangguan perdarahan

- Menggunakan obat pengencer darah

- Mengalami gangguan kekebalan tubuh

- Mengonsumsi obat-obatan tertentu

- Hamil atau dalam rencana menjalankan kehamilan

- Sedang menyusui

- Sudah menerima vaksin COVID-19 jenis lain

7. Efek Samping

U.S. Food and Drugs Administration, menyebutkan ada beberapa efek samping ringan yang terjadi akibat pemberian vaksin Johnson & Johnson.

Pada lokasi penyuntikan akan terasa sedikit nyeri, kemerahan, dan bengkak pada lokasi penyuntikan.

Keseluruhan efek samping yaitu kelelahan, sakit kepala, nyeri otot, mual, dan demam. (C)

Reporter: Haidir Muhari

Editor: Fitrah Nugraha