Lurah Sodohoa di Kendari Ngaku Sudah Perhatikan Mariati, Nenek Tua Renta di Gubuk Reyot

Musdar

Reporter

Minggu, 31 Oktober 2021  /  9:37 pm

Mariati, sedang terkulai lemas. Foto: Wa Ode Umratul Khazanah/Telisik

KENDARI, TELISIK.ID - Pemerintahan Kelurahan Sodohoa, Kota Kendari angkat bicara terkait kondisi warganya bernama Mariati yang hidup sebatangkara di gubuk reyot peninggalan suaminya.

Sebelumnya, pada 28 Oktober 2021 diberitakan kondisi perempuan 90 tahun itu sangat memperhatikan.

Saat itu Tim Telisik.id menyambangi Mariati dengan kondisinya begitu memprihatinkan. Ia terkulai lemas di atas ranjang papan miliknya.

Ia juga sudah tidak memiliki uang. Jangankan untuk membeli obat, untuk makanpun sudah tidak ada.

Kondisinya yang sudah semakin tua dan sakit-sakitan membuat dirinya tidak mampu lagi untuk mencari nafkah.

Untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, ia hanya bisa berharap belas kasih dan uluran tangan para dermawan.

Menaggapi hal itu, Lurah Sodohoa, La Ode Alimudin mengakui bahwa memang warganya itu hanya hidup sebatangkara setelah ditinggal suaminya beberapa tahun lalu.

"Kami tidak bisa pungkiri bahwa ia hidup sebatangkara," kata La Ode Alimudin.

Akan tetapi, Pemerintah Kota (Pemkot) Kendari melalui pemerintah kelurahan tidak tinggal diam melihat kondisi Mariati.

La Ode Alimudin mengatakan, sebelum ada pemberitaan itu, Pemkot sudah memfasilitasi agar Mariati mendapatkan hak-haknya sebagai warga yang layak mendapatkan perhatian seperti Kartu Indonesia Sehat (KIS) Kartu Perlindungan Sosial (KPS) Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), termasuk Kartu Program Keluarga Harapan (PKH).

Baca Juga: Mistik: Sering Kesurupan, Dalam Tubuh Mahasiswi Kendari Ini Ternyata Banyak Jin

Baca Juga: Warga Tetap Ngotot Bangun Pasar Mokoau, Sebagian Los Sudah Beroperasi

Hanya saja, pada saat perbaikan NIK KTP belum lama ini, Mariati disebut tidak kooperatif.

Ia menerangkan dari struktur pemerintahan bawah, RT/RW Pusat Kesejahtraan Sosial (Puskesos) hingga dan Pemerintah Kelurahan sudah melakukan pendekatan persuasif kepada Mariati untuk perbaikan data yang dimaksudkan.

"Tapi ternyata ada bahasa yang miris, ah apaji katanya cuman Rp 300 ribu, bahasa itu yang muncul," tambahnya.

Lebih lanjut, sehari setelah adanya pemberitaan itu, ia ditemani pihak Kemensos, Dinsos dan Polres Kendari kembali turun melihat kondisi Mariati sekaligus melakukan assessment.

Pada saat itu juga, Mariati diberikan bantuan sembako.

"Kami juga melakukan pendekatan agar Mariati mau dibawa ke rumah sakit dan dirawat di rumah warga, tapi dia tidak mau," ungkapnya.

La Ode Alimudin juga mengaku selama seminggu sebelum berita itu dipublish, RT yang memberi makanan Mariati dengan berkoordinasi dengannya.

"Jadi kepedulian apa yang kami tidak berikan kepada warga kami," pungkasnya. (C)

Reporter: Musdar

Editor: Fitrah Nugraha