Permintaan Tinggi, Porang Berpotensi Dikembangkan di Wakatobi
Reporter Wakatobi
Kamis, 23 September 2021 / 3:59 pm
WAKATOBI, TELISIK.ID - Tanaman porang sebelumnya belum pernah ditemukan tumbuh di Wakatobi. Namun ternyata tanaman endemik ini dikembangkan oleh petani di Desa Wungka, Kecamatan Wangi-Wangi.
Bupati Wakatobi, Haliana mengungkapkan, potensi tanaman porang untuk menjadi produk unggulan Desa Wungka sangat tinggi. Di sisi lain, permintaan akan komoditas tersebut juga tinggi.
"Pengembangan komoditi unggulan di Wakatobi seperti porang, sergum dan bawang, pemerintah akan berupaya memikirkan bagaimana mensejahterakan para petani. Untuk itu Pemda akan mencari lokasi-lokasi yang cocok untuk tanaman porang. Nantinya hasil produksinya bisa dimanfaatkan para petani yang ada di desa," ungkap Haliana.
Dia mengatakan, porang memilik prospek yang sangat sangat baik. Pemasarannya bahkan sudah dalam skala besar sampai ke manca negara. Namun untuk di Wakatobi, belum banyak petani yang mengetahuinya.
Sementara itu Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultural Wakatobi, Muhammad Hiamin, menjelaskan bahwa pola tanam porang tergolong unik. Selain masih tergolong tanaman langka, masa tanamannyapun harus dimulai dari bulan Oktober atau November dan menunggu sampai 8 bulan baru bisa dipanen.
"Jenis tanaman pangan porang sebelumnya tidak ada di Wakatobi. Namun ternyata ada yang endemik yang dikembangkan oleh petani Desa Wungka. Tumbuhan ini tergolong unik bila musim kemarau tumbuhan ini akan mati. Setelah dua kali tumbuh dia akan besar umbinya kurang lebih 1 tahun," jelasnya.
Porang hanya bisa dikembangkan di beberapa pulau di Wakatobi yaitu Pulau Wangi-Wangi, Kaledupa, dan sebagian Tomia," tambah Muhammad Hiamin.
Dia menjelaskan, alasan tumbuhan ini hanya bisa dikembangkan pada daerah-daerah tertentu karena jenis tanah yang digunakan harus gembur. Dalam hal ini volume tanahnya terbilang dalam.
"Kita petak-petakan mana lahan yang cocok misalnya untuk porang di bagian mana untuk dikembangkan. Artinya kita akan budidayakan dan dikembangkan melalui kelompok-kelompok tani di desa atau kelurahan di Wakatobi," imbuhnya.
Seorang petani porang Desa Wungka, Mahyudin membagikan pengalamannya menanam porang yang mulai dikembangkannya dari tahun 2019.
Baca Juga: Wakil Lebih Kaya dari Wali Kota Kendari, Selisih Harta Rp 1,2 Miliar
Baca Juga: Dilantik Sebagai Anggota DPRD Sultra, Sarlinda Mokke Diminta Jaga Amanah Rakyat
"Awal mulanya pada tahun 2019 saya mulai pembibitan. Membawa benih dari Makassar lalu disandingkan dengan endemik yang dari sini dan ternyata sama. Sehingga saya tinggal mengembangkannya saja," ungkap Mahyudin.
Dia menjelaskan, cara tanam porang dengan tanaman umbi-umbian lainnya hanya dapat dilakukan beberapa bulan. Setelah itu porang sudah dapat dipanen dengan ukuran rata-rata 3-5 kg bahkan ada yang sampai 7 kg/pohon porang.
"Untuk harga porang basanya berkisar Rp 6 ribu hingga Rp 7 ribu. Kalau yang kering 60 ribu per kilo. Untuk mendapatkan 1 kilo kering dibutuhkan bahan yang basah sekitar 7 kilo," tutupnya.
Porang dikenal sebagai tanaman umbi-umbian dari spesies Amorphophallus Muelleri. Porang dapat digunakan untuk bahan baku tepung, kosmetik, dan penjernih air. (A)
Reporter: Boy Candra Ferniawan
Editor: Haerani Hambali