Ratusan Warga Wawonii Kehilangan Pekerjaan Dampak Penghentian Tambang
Reporter
Rabu, 05 November 2025 / 8:44 pm
Aktivitas perdagangan sepi di sekitar areal pertambangan yang dikelola PT Gema Kreasi Perdana di Pulau Wawonii pasca penghentian operasi perusahaan. Foto: ist
WAWONII, TELISIK.ID — Peninjauan kembali (PK) putusan hukum Mahkamah Agung (MA) yang telah diajukan oleh PT Gema Kreasi Perdana (GKP) namun ditolak, kini membawa duka mendalam bagi sebagian masyarakat Pulau Wawonii, Kabupaten Konawe Kepulauan (Konkep).
Kabar itu sebelumnya disampaikan oleh Wakil Ketua DPRD Konkep, Sahidin, melalui sejumlah media massa. Dampaknya, aktivitas tambang PT GKP kini berhenti total dan meninggalkan ketidakpastian ekonomi bagi ratusan warga.
Suasana di sejumlah desa sekitar wilayah tambang tidak seperti biasanya. Aktivitas ekonomi menurun drastis, lapangan pekerjaan hilang, dan roda kehidupan masyarakat melambat.
Mereka yang sebelumnya hidup dari hasil tambang kini dihadapkan pada kenyataan pahit tanpa penghasilan tetap.
Baca Juga: Pengisian DRH PPPK Paruh Waktu Muna Diperpanjang hingga 9 November
Sedikitnya 500 karyawan lokal terdampak langsung akibat penghentian operasi perusahaan, belum termasuk anggota keluarga mereka yang selama ini bergantung pada sektor tambang.
Selain itu, ratusan warga lain yang memiliki usaha pendukung—mulai dari warung makan, penyewaan kendaraan, hingga rumah kos—juga mengalami penurunan pendapatan tajam.
Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran kini menjadi mimpi buruk yang menghapus kemajuan ekonomi yang sempat dirasakan warga Wawonii beberapa tahun terakhir.
“Saya sangat kecewa dan terpukul atas putusan ini. Lapangan pekerjaan hilang, semangat masyarakat menurun, dan banyak keluarga kini hidup dalam kesulitan. Kami berharap wakil rakyat dan pemerintah tidak menutup mata terhadap kondisi ini,” harap Sulvan, tokoh pemuda Desa Roko-Roko Raya, Pulau Wawonii.
Nasib serupa disampaikan Ma Anawia, warga Desa Sukarela Jaya. Ia menggambarkan kesulitan yang kini dihadapi banyak keluarga setelah kehilangan sumber mata pencaharian mereka.
“Mereka yang berteriak meminta PT GKP keluar seharusnya memikirkan kami juga. Dari tambang itulah kami bisa hidup lebih layak. Sekarang semuanya hilang. Kami mohon agar ada jalan keluar untuk membantu kami bangkit,” tuturnya.
Dampak ekonomi juga merembet ke sektor usaha kecil dan menengah. Jamadu, pemilik rumah kos dan warung makan di Desa Dompo-Dompo Jaya, mengaku kini nyaris tak memiliki pelanggan.
Baca Juga: Gubernur Sultra Dampingi Menhan Sjafrie Sjamsoeddin Tinjau Pembangunan Yonif 823 di Baubau
“Dulu tempat saya ramai oleh para pekerja. Sekarang sepi total. Kita hidup di pulau, dan kemajuan beberapa tahun terakhir di sini karena adanya investasi. Kalau tambang berhenti, siapa yang bisa menjamin kehidupan kami akan membaik?” katanya dengan nada kecewa.
“Jangan mengatasnamakan rakyat Wawonii kalau kami yang hidupnya membaik karena perusahaan tidak pernah diajak bicara,” tegas Jamadu.
Kini, masyarakat Wawonii menyerukan agar DPRD, pemerintah daerah, dan pemerintah pusat segera turun tangan mencari solusi yang adil bagi semua pihak.
Mereka menegaskan tak ingin konflik, tak ingin perdebatan hukum berkepanjangan — yang mereka inginkan hanya kesempatan untuk hidup layak di tanah kelahiran sendiri. (D-Adv)
Penulis: Ana Pratiwi
Editor: Mustaqim
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS