Ritual Mesangih: Tradisi Potong Gigi dalam Agama Hindu
Reporter
Kamis, 06 Februari 2025 / 8:08 am
Ritual Mesangih, tradisi potong gigi dalam agama Hindu yang hanya akan ditemukan di Hindu Bali. Foto: Sigit Purnomo/Telisik
KENDARI, TELISIK.ID – Dalam tradisi Hindu, Mesangih atau dikenal juga sebagai Metatah merupakan salah satu upacara sakral yang menandai peralihan seseorang menuju kedewasaan.
Ritual ini dilakukan dengan cara mengikir enam gigi bagian atas sebagai simbol pengendalian sifat buruk dalam diri manusia.
Upacara Mesangih biasanya dilaksanakan ketika seorang anak menginjak usia remaja, sekitar 12 hingga 18 tahun. Prosesi ini bertujuan untuk menghilangkan enam sifat negatif dalam diri manusia yang dikenal dalam ajaran Hindu sebagai Sad Ripu, yaitu Kama (nafsu), Lobha (keserakahan), Krodha (kemarahan), Moha (kebingungan atau kebodohan), Mada (kesombongan), dan Matsarya (iri hati).
Ritual ini dipimpin oleh seorang Sulinggih atau pendeta Hindu. Peserta yang akan menjalani prosesi Mesangih mengenakan busana adat Bali dan berbaring di atas sebuah bale (tempat tidur khusus) yang telah disiapkan.
Dalam prosesi tersebut, pendeta akan mengikir gigi bagian atas secara perlahan sambil melantunkan doa dan mantra suci, menambah nuansa sakral dalam upacara ini.
Selain prosesi pengikiran gigi, upacara ini juga diiringi dengan berbagai rangkaian ritual, seperti penyamblehan (persembahan sesajen), doa kepada leluhur, pembersihan diri secara spiritual.
Baca Juga: Marina Togo Mowondu Wakatobi Hadirkan Wisata Olahraga dan Alam
Bagi umat Hindu, Mesangih bukan sekadar tradisi turun-temurun, tetapi juga memiliki makna spiritual yang mendalam. Ritual ini melambangkan proses penyucian diri, pengendalian hawa nafsu, serta kesiapan individu untuk memasuki tahap kehidupan yang lebih dewasa dan penuh tanggung jawab.
Dengan melestarikan tradisi ini, masyarakat Hindu di Bali percaya dapat menjaga keseimbangan spiritual sekaligus memperkuat hubungan dengan leluhur dan Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa).
Pemangku Ida, yang memimpin jalannya upacara, menjelaskan bahwa Metatah memiliki makna untuk “memanusiakan manusia” sesuai dengan hakikatnya, serta menjaga hubungan harmonis antara manusia dengan Sang Pencipta.
"Sebagai manusia, kita tidak terlepas dari siklus kehidupan, mulai dari dalam kandungan hingga dewasa. Prosesi Metatah ini diharapkan membawa kebijaksanaan sesuai kodrat manusia," ungkapnya.
Ia menambahkan, sebelum prosesi potong gigi dilakukan, penting memberikan pemahaman kepada anak-anak tentang pentingnya mengendalikan musuh dalam diri, yaitu hawa nafsu dan sifat negatif lainnya.
Karena dianggap sakral, peserta Mesangih tidak diperbolehkan keluar rumah selama prosesi berlangsung.
“Sebenarnya, orang yang menjalani Mesangih tidak boleh memejamkan mata karena konsepnya mirip dengan ritual kematian,” jelasnya.
Layaknya memandikan jenazah, peserta Mesangih berbaring di bale dan giginya dikikir oleh seorang sangging (orang yang melakukan prosesi pengikiran).
Karena itu, peserta dilarang menutup mata sebagai simbol kesadaran penuh dalam proses penyucian diri.
Di tempat yang sama, Pemangku Eka menjelaskan, tradisi Mesangih hanya ada di Hindu Bali dan tidak ditemukan dalam praktik Hindu di India.
Baca Juga: Goa Berlian Pulau Sombori: Surga Tersembunyi di Sulawesi
Ia menceritakan, di Bali pernah ditemukan peninggalan purbakala di Gilimanuk, di mana fosil-fosil manusia purba ditemukan dengan gigi yang sudah dikikir rata. Hal ini menunjukkan bahwa tradisi ini telah ada sejak zaman dahulu.
Ada pula mitos dalam konsep Purana yang berkaitan dengan ritual ini. Salah satunya adalah kisah Bhatara Kala yang ingin bertemu dengan ayahnya, Dewa Siwa. Namun, Dewa Siwa meminta Bhatara Kala untuk memotong taringnya terlebih dahulu.
"Konsep ini melambangkan penghilangan sifat keraksasaan untuk memperoleh sifat kedewaan melalui proses penyucian diri," jelasnya.
Karena itu, tradisi potong gigi lebih banyak dilaksanakan oleh umat Hindu di Bali sebagai simbol transformasi spiritual. Potong gigi biasanya dilakukan ketika seseorang telah mencapai masa akil balig, ditandai dengan perubahan suara pada laki-laki dan menstruasi pada perempuan.
Ritual Mesangih tidak hanya menjadi simbol kedewasaan, tetapi juga warisan budaya yang kaya akan nilai spiritual dan filosofi kehidupan bagi masyarakat Hindu di Bali. (B)
Penulis: Sigit Purnomo
Editor: Fitrah Nugraha
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS