Salp, Hewan Laut Transparan Bisa Redam Dampak Rumah Kaca

Nur Khumairah Sholeha Hasan

reporter

Minggu, 25 Juni 2023  /  4:42 pm

Salp laut, organisme berbentuk tong kecil ini bergerak melalui air dengan memompa air melalui tubuh agar-agar mereka, mengunyah fitoplankton saat mereka pergi. Foto: Liputan6.com

KENDARI, TELISIK.ID - Salp atau salpa adalah tunik planktonik berbentuk tong dalam keluarga Salpidae. Ia bergerak dengan berkontraksi.

Mengutip Liputan6.com, salp laut, organisme berbentuk tong kecil ini bergerak melalui air dengan memompa air melalui tubuh agar-agar mereka, mengunyah fitoplankton saat mereka pergi.

Tubuh mereka itu transparan dan segala objek di baliknya bisa jelas terlihat. Makhluk ini mungkin sederhana secara bentuk, tapi pola pergerakan mereka itu kompleks di air. Salp umumnya ditemukan di laut ekuatorial yang bersuhu dingin. Mereka ditemukan dalam jumlah banyak di laut Selatan sekitar Antartika.

Dilansir dari Idntimes.com, ukuran dari salp beragam mulai dari 1cm sampai 10cm. Mereka sering dikorelasikan dengan grup pelagic tunicate: Pyrosoma dan Doliolida. Makanan utama dari salp adalah fitoplankton. Karakteristik mengejutkan dari Salp adalah mereka makan dan berenang dalam waktu yang bersamaan.

Baca Juga: Marabou Stork Bangau Pemakan Bangkai dengan Bentuk Tubuh Unik

Mengutip National geographic.grid.id, studi baru mengungkapkan bahwa hewan laut yang disebut salp memainkan peran yang sangat besar dalam meredam dampak gas rumah kaca.

Studi yang dipimpin oleh Dr. Deborah Steinberg dari William & Mary's Virginia Institute of Marine Science, muncul dalam edisi terbaru jurnal Global Biogeochemical Cycles. Ini melaporkan penelitian yang dilakukan sebagai bagian dari EXPORTS (EXport Processes in the Ocean from RemoTe Sensing), program lapangan multi-lembaga selama 4 tahun yang didanai oleh NASA.

Rekan penulis berasal dari institut kelautan di Maine, Bermuda, California, Newfoundland, British Columbia, dan Alaska. Hewan hanyut kecil yang disebut zooplankton memainkan peran kunci dalam pompa dengan memakan fitoplankton, yang memasukkan karbon dari karbon dioksida ke dalam jaringan mereka selama fotosintesis, kemudian mengekspor karbon itu ke kedalaman.

Tiga fitur menarik perhatian tim pada salp, dan S. aspera pada khususnya. Salah satunya adalah organisme ini dapat bereproduksi secara aseksual, dengan cepat mengkloning menjadi mekar yang sangat besar di bawah kondisi yang tepat.

Kedua, S. aspera lebih besar dan menyaring lebih banyak air daripada kebanyakan zooplankton lainnya, sehingga menghasilkan pelet tinja yang lebih besar dan lebih berat. Ketiga, ia bermigrasi ke atas dan ke bawah melalui air setiap hari, naik untuk memakan fitoplankton pada malam hari dan terbang ke kegelapan abadi laut dalam selama jam-jam yang diterangi matahari untuk menghindari pemangsanya sendiri, termasuk penyu, burung laut, dan ikan.

Fitur-fitur ini telah membuat para peneliti menduga bahwa salp mungkin memainkan peran penting dalam pompa biologis. Karena ledakan besar zooplankton yang relatif besar ini dapat secara efektif mengangkut karbon ke kedalaman melalui pelet tinja yang berat dan cepat tenggelam, migrasi vertikal yang membuat pelet tersebut memulai perjalanan mereka ke kedalaman, dan tenggelamnya bangkai salp yang tak terhitung jumlahnya selama mekar (sebab salp hanya hidup beberapa minggu saja).

Baca Juga: Fakta Unik Hickory Horned Devil, Ulat Bertanduk Setan

Dalam studi tersebut, tim berhasil mengamati salp. Mereka menemukan bahwa, sebagai perbandingan, mekarnya salp yang diamati mencakup lebih dari 11.000 km2, kira-kira seukuran Connecticut.

Dengan percobaan di atas kapal yang menunjukkan salp mampu mengekspor rata-rata harian 9 miligram karbon melalui setiap meter persegi pada 100 meter di bawah mekarnya, jumlah karbon yang diekspor ke laut dalam adalah sekitar 100 metrik ton per hari.

Sebagai perbandingan, mobil penumpang biasa mengeluarkan 4,6 metrik ton per tahun. Membandingkan nilai-nilai ini menunjukkan karbon yang dihilangkan dari sistem iklim setiap hari mekar sama dengan menghilangkan 7.500 mobil dari jalan raya. (C)

Penulis: Nur Khumairah Sholeha Hasan

Editor: Kardin

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS