Segini Harta Kekayaan Menteri PPN Rachmat Pambudy, Sebut MBG Lebih Penting dari Lapangan Pekerjaan

Ahmad Jaelani

Reporter

Selasa, 25 Maret 2025  /  10:01 am

Menteri PPN/Kepala Bappenas Rachmat Pambudy menilai MBG lebih mendesak di banding pekerjaan. Foto: Repro Antara.

JAKARTA, TELISIK.ID - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Rachmat Pambudy, menilai program Makan Bergizi Gratis (MBG) lebih mendesak dibandingkan dengan penciptaan lapangan pekerjaan.

Menurutnya, masalah gizi harus segera ditangani agar tidak berdampak lebih luas pada kualitas hidup masyarakat.

Dalam sebuah acara yang berlangsung di Kantor Kementerian Pekerjaan Umum (PU) di Jakarta, Rachmat menjelaskan bahwa pemberian pekerjaan tidak bisa menyelesaikan masalah kekurangan gizi dalam waktu singkat. Menurutnya, pemenuhan gizi yang cukup lebih mendesak untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat.

“Jadi Ibu dan Bapak sekalian, kalau ada orang mengatakan, ‘udah, kenapa mesti ngasih makan?’ ‘kenapa tidak dikasih pekerjaan saja?’ tidak akan cepat tercapai untuk mengatasi persoalan ini,” kata Rachmat, seperti dikutip dari Tirto, Selasa (25/3/2025).

Rachmat mengungkapkan bahwa berdasarkan data yang dimilikinya, terdapat 180 juta orang di Indonesia yang gizinya tidak terpenuhi. Menurutnya, kekurangan gizi ini menyebabkan berbagai masalah kesehatan yang berdampak luas, bahkan hingga kematian.

“Ternyata dalam statistik kami, ada 180 juta orang Indonesia, angka kecukupan gizinya tidak terpenuhi. 50 ribu bayi lahir cacat, 1 juta orang terpapar TBC, 100 ribu orang setiap tahun wafat karena TBC, itu semua karena kurang gizi,” katanya.

Baca Juga: Ratusan Bangunan Rampung Tahun Ini, Satu Sekolah Rakyat Asramakan Seribu Anak Pemulung hingga Terlantar

Program MBG, kata Rachmat, merupakan upaya dari Presiden Prabowo Subianto untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Menurutnya, makanan bergizi dapat berkontribusi terhadap perkembangan fisik dan kecerdasan masyarakat.

“Jadi kita ini bisa ditebak postur tubuhnya, kecerdasannya, kemampuan fisiknya, kemampuan otaknya dari makanan yang kita makan. Sebelum kita mendidik anak-anak kita, sebelum menyehatkan anak-anak kita, sebelum kita mengarahkan anak-anak kita untuk jadi apa ini dan itu, berilah makan yang secukupnya,” ujar Rachmat.

Rachmat juga menambahkan bahwa perkembangan teknologi telah membuktikan bahwa makanan bergizi tidak hanya memengaruhi fisik dan kecerdasan, tetapi juga berdampak pada penampilan seseorang.

“Dan ternyata teknologi baru, pengetahuan baru itu sudah menjelaskan bahwa makan itu tidak hanya memberi pengaruh fisik dan kecerdasan, tapi ternyata memberi pengaruh kepada kecantikan dan juga wajah daripada manusia itu sendiri,” sambungnya.

Menurut Rachmat, program MBG adalah langkah besar yang diambil Presiden Prabowo dalam mencetak sejarah untuk mendukung visi Indonesia Emas 2045. Ia menilai bahwa setiap pemimpin memiliki caranya sendiri dalam menciptakan perubahan bagi bangsa.

“Setiap Presiden punya sejarahnya sendiri, punya catatan, caranya sendiri, dan kita yang sedang bersama-sama pimpinan Presiden beberapa tahun terakhir sedang membangun sejarah baru,” ucapnya.

Melansir Kompas, Rachmat Pambudy merupakan pria kelahiran Yogyakarta pada 23 Desember 1956. Ia pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) saat Prabowo Subianto menjadi ketua umum organisasi tersebut pada tahun 2006.

Dalam dunia akademik, Rachmat merupakan lulusan doktor di bidang Penyuluhan Pembangunan dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Ia tercatat sebagai dosen senior di Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB serta Guru Besar di fakultas yang sama.

Baca Juga: Viral, Surat Edaran Koramil Minta Bantuan Bingkisan Lebaran ke Pengusaha SPBU

Selain berkecimpung di dunia akademik, Rachmat juga terlibat dalam sektor korporasi. Ia menjabat sebagai Komisaris Independen di PT Nusantara Sawit Sejahtera (NSS) Tbk sejak 2018. NSS merupakan salah satu produsen minyak kelapa sawit terbesar di Indonesia yang mengelola perkebunan di Kalimantan Tengah.

Di bidang pemerintahan, Rachmat pernah menjabat sebagai pejabat struktural di Kementerian Pertanian pada tahun 2004 di bawah kepemimpinan Menteri Pertanian Bungaran Saragih. Namanya sempat diajukan sebagai calon menteri dalam Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II pada era Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Namun, ia tidak masuk dalam kabinet karena Partai Gerindra memutuskan untuk berada di luar pemerintahan pada periode 2009-2014.

Berdasarkan data Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN), total kekayaan Rachmat Pambudy mencapai Rp 12.025.292.540. Namun, laporan tersebut tidak dapat dibuka dan selalu gagal saat dicoba untuk diunduh. (C)

Penulis: Ahmad Jaelani

Editor: Kardin

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

TOPICS