Sejarah Baru, Abdullah Hammoud Menjadi Wali Kota Muslim Pertama di Amerika

Haerani Hambali

Reporter

Kamis, 04 November 2021  /  9:09 pm

Abdullah Hammoud yang berusia 31 tahun, terpilih menjadi Wali Kota Dearborn, pada Selasa (2/11/2021). Foto: Repro waspada.id

DEARBORN, TELISIK.ID - Anggota Dewan Perwakilan Daerah Michigan, Amerika Serikat, Abdullah Hammoud yang berusia 31 tahun, terpilih menjadi Wali Kota Dearborn, pada Selasa (2/11/2021).

Hammoud yang merupakan keturunan Arab-Amerika, menjadi wali kota Muslim pertama di Negeri Paman Sam.

Kota Dearborn memang sudah lama dianggap sebagai ibu kota Arab di Amerika.

Dilansir dari Cnnindonesia.com, berdasarkan perhitungan tak resmi di situs Dearborn, Hammoud tercatat sudah mengantongi suara 55 persen.

Associated Press melaporkan bahwa dengan jumlah itu, ia telah berhasil mengalahkan mantan komisaris Wayne County, Gary Woronchak, yang hanya meraup 45 persen suara.

Hammoud telah mencetak sejarah. Selain Muslim pertama, ia juga menjadi wali kota keturunan Arab-Amerika perdana di kota tersebut.

"Kepada anak perempuan dan laki-laki yang pernah dirundung karena keyakinan atau sukunya, untuk Anda yang pernah merasa namanya tidak disukai, dan kepada orang tua kita dan orang tua siapapun yang pernah dibuat malu karena bahasa Inggris mereka yang kacau namun tetap berusaha, hari ini adalah bukti bahwa Anda adalah orang Amerika seperti orang lain dan era baru di Dearborn," kata Hammoud.

Sebelum maju ke pemilihan wali kota, Hammoud sudah tiga periode menjabat sebagai Dewan Perwakilan Daerah di Michigan.

Dia memiliki gelar master di bidang administrasi bisnis dan master dalam bidang kesehatan masyarakat dari Universitas Michigan.

Dearborn merupakan kota dengan jumlah penduduk 100 ribu jiwa dan menjadi salah satu kota yang memiliki populasi warga Arab-Amerika terbesar di AS.

Kota itu pernah memiliki catatan hitam saat dipimpin oleh Orville Hubbard. Ketika itu, ia menciptakan segregasi sosial dengan mencegah keluarga kulit hitam pindah ke komunitas, yang saat itu, sebagian besar kulit putih.

Hubbard menjabat dari tahun 1942 hingga 1977. Ia lalu meninggal pada 1982. Tahun 2015, ketika muncul tekanan dari Komite Anti-Diskriminasi Amerika-Arab, Dewan Kota Dearborn memutuskan menghapus nama Hubbard dari ruang dansa pusat kota, dan patung yang ada di Balai Kota dipindahkan.

Selama beberapa dekade terakhir, Dearborn menjadi lebih beragam secara ras. Sekitar sepertiga penduduk kota merupakan keturunan Timur Tengah dan 4 persen penduduk berkulit hitam.

Baca Juga: Ratu Elizabeth Desak Pemimpin Dunia Lakukan Aksi Nyata Atasi Pemanasan Global

Baca Juga: Nama Jokowi Kembali Diabadikan di Salah Satu Masjid di Abu Dhabi

“Saya merasa terhormat dengan dukungan kalian para warga Deoborn. Kami  warga sudah bersuara dengan lantang -- kami menginginkan perubahandan kepemimpinan yang berani, sebuah kepempinan untuk mengatasi segala tantangan yang dihadapi kota kami,” kata Hammoud, Kamis (4/11/2021).

Hammoud menyebut kampanye untuk menyatukan kota akan memberikan pemerintahan kota yang layak untuk Dearborn yang diisi oleh beberapa solusi bijaksana.

Dalam pidato kemenangannya, Hammoud menyerukan persatuan dan mencatat Dearborn harus memanfaatkan budaya inovatifnya untuk berkembang di tengah pandemi.

“Dearborn memiliki semua yang dibutuhkan untuk berkembang. Kami memiliki wirausahawan inovatif dan perusahaan kota asal, budaya yang kaya, dan lingkungan yang bersemangat. Kami hanya perlu bersatu dan bekerja sama sebagai satu kota,” ujar dia.

Meskipun populasi lebih dari 100 ribu orang, sulit untuk mengetahui berapa banyak di Dearborn yang keturunan Arab karena Arab bukanlah pilihan dalam sensus AS. Perkiraan berkisar sekitar 40 ribu orang yang menjadikannya kota dengan konsentrasi tertinggi orang Arab dan orang-orang keturunan Arab di Amerika.

Dilansir dari Republika.co.id, ayah Hammoud datang dari Lebanon melalui Arab Saudi pada 1980-an. Ibunya yang berasal dari Bint Jbeil di Lebanon selatan berimigrasi ke Dearborn pada 1974. Dearborn adalah rumah bagi banyak pemuda Arab yang berorientasi politik dan kemenangan seperti yang dicapai Hammoud.

“Tidak hilang dari saya bahwa datang dari latar belakang minoritas, ada sejumlah hambatan untuk masuk ke politik dan sebagian besar bidang pelayanan publik. Kemenangan Hammoud sangat menginspirasi,” kata Organisator Politik Alabas Farhat (21 tahun) di Dearborn. (C)

Reporter: Haerani Hambali

Editor: Fitrah Nugraha