Siapa Joan Mir, Juara Dunia MotoGP 2020

Muhammad Israjab

Reporter

Senin, 16 November 2020  /  10:40 am

Juara dunia MotoGP 2020, Joan Mir. Foto: Repro Instagram

JAKARTA, TELISIK.ID - Joan Mir memastikan titel juara dunia MotoGP 2020, usai bias finis di MotoGP Valencia 2020, Minggu (15/11/2020).

Pembalap Suzuki Ecstar itu finis ke-7, ketika di saat bersamaan pesaingnya, yakni rider Petronas Yamaha SRT Fabio Quartararo justru crash.

Dengan finis ketujuh dan Quartararo jatuh, Mir tetap memimpin klasemen MotoGP dengan 171 poin.

Torehan itu membuat raihan pembalap Spanyol tersebut takkan terkejar lagi oleh para rival, dengan kejuaraan MotoGP 2020 tinggal menyisakan satu race lagi.

Joan Mir, menyabet gelar juara dunia dengan catatan bahkan lebih oke dari yang ditorehkan Valentino Rossi atau Marc Marquez.

Bagi Mir, gelar juara dunia MotoGP 2020 menorehkan catatan spesial. Sebab, ia melakukannya saat baru lima tahun bersaing di kejuaraan dunia balap motor.

 

 

Mir sedianya baru turun ke kejuaraan dunia pada 2015. Ketika itu, ia turun di kelas Moto3 bersama tim Leopard Racing, namun cuma berstatus pembalap cadangan.

Baru di 2016, Mir mendapat kesempatan banyak. Ia tampil sebagai pembalap reguler, dan finis kelima di akhir musim.

Kini nama Mir pun berjajar dengan legenda-legenda Suzuki, seperti Barry Sheene, Marco Lucchinelli, Franco Uncini, Kevin Schwantz, dan Kenny Roberts jr. Ia juga menjadi juara dunia termuda ketujuh di GP500/MotoGP dengan usia 23 tahun 75 hari.

Yang paling mengesankan, karier Mir di ajang Grand Prix dibilang baru seumur jagung. Ia baru menjalani debut di kejuaraan ini pada 2016, dan kini justru sudah jadi juara dunia di kelas para raja.

Inilah kilas balik karier Joan Mir, rider muda penggebrak MotoGP yang jadi juara dunia dalam waktu lima tahun saja.

Baca juga: Gli, Kucing Penghuni Masjid Hagia Sophia Meninggal

Dilansir dari Bola.net, Joan Mir, yang bernama lengkap Joan Mir Mayrata, lahir di Palma de Mallorca, Spanyol pada 1 September 1997.

Ia merupakan salah satu lulusan dari sekolah balap Chicho Lorenzo, ayah dari Jorge Lorenzo. Sejak itu pula, perjalanan kariernya menarik perhatian jagat balap internasional, terutama usai ia lolos seleksi Red Bull Rookies Cup 2013.

Dalam ajang balap 'one make race' itu, ia mengendarai motor KTM RC250R 4-tak dan menjalani balapan di delapan negara Eropa.

Dalam ajang ini, Mir mengakhiri musim 2013 di peringkat 9, namun sukses duduk di peringkat runner up pada 2014, di belakang Jorge Martin yang pada 2018 menyabet gelar dunia Moto3.

Prestasi ini membuat Mir dapat kesempatan berkompetisi di FIM CEV Moto3 Junior World Championship pada 2015, mengendarai Honda dan KTM di Leopard.

 

 

Ia sukses empat kali menang di enam balapan pertama, dan duduk di peringkat keempat, di belakang Nicolo Bulega, Albert Arenas dan Aron Canet.

Berkat performanya yang kuat di FIM CEV Moto3 Junior World Championship, Mir dapat satu kesempatan menjalani debut Grand Prix di kelas Moto3.

Ia ditunjuk membela Leopard di Australia untuk menggantikan Hiroki Ono yang cedera. Start dari posisi 18, ia gagal finis usai mengalami tabrakan dengan John McPhee.

Meski hasil ini di luar ekspektasi, Leopard menyodorkan kontrak padanya untuk turun di Moto3 2016-2017.

Pada 2016, saat ia bertandem dengan Fabio Quartararo dan Andrea Locatelli, Mir menggebrak dan jadi lawan serius, meraih tiga podium dan satu kemenangan. Ia mengakhiri musim di peringkat 5, dan sukses merebut gelar debutan terbaik.

Pada 2017, Mir yang hobi main skateboard, kian menggila. Ia sama sekali tak pernah tergeser dari puncak klasemen sejak awal musim, berkat 13 podium, yang 10 di antaranya kemenangan. Dominasi ini tak pelak lagi mengantar Mir mengunci gelar juara di Australia. Ia juga jadi rider Spanyol ketiga yang menjuarai Moto3, usai Maverick Vinales (2013) dan Alex Marquez (2014).

Usai menjuarai Moto3, Mir naik ke Moto2 2018 bersama tim prestisius, Estrella Galicia 0,0 Marc VDS. Uniknya, saat musim baru berjalan lima seri, Mir secara mengejutkan mengaku hanya ingin turun setahun di kelas tersebut, dan membidik motor tim pabrikan di MotoGP 2019. Ia bahkan menyatakan kontrak MotoGP lebih berarti dari gelar dunia Moto2.

Pernyataan sensasional Mir ini pun langsung disambut oleh berbagai gosip. Usai Ducati menyatakan ketertarikan padanya, Mir dikabarkan menandatangani perjanjian prakontrak dengan Repsol Honda, menyusul kemungkinan pensiunnya Dani Pedrosa. Meski begitu, akhirnya Mir mantap memilih Suzuki Ecstar.

Kontrak MotoGP telah berada di dalam genggaman, Mir pun langsung fokus pada masa depan. Ia mengakhiri Moto2 2018 di peringkat 6 pada klasemen pembalap dengan koleksi 155 poin dan empat podium.

Baca juga: Ledakan di Jeddah Arab Saudi, 4 Orang Luka-Luka

Dengan Quartararo yang membela Petronas Yamaha SRT, Pecco Bagnaia yang membela Pramac Racing, dan Miguel Oliveira yang membela Red Bull KTM Tech 3, Mir pun jadi satu-satunya debutan MotoGP 2019 yang dapat dukungan 100?ri pabrikan. Alhasil, ia pun dijagokan menjadi debutan terbaik 2019.

Dalam balapan pertamanya di kelas para raja, Mir pun tampil cukup baik, finis di posisi 8. Namun, pada lima seri berikutnya, Mir dua kali gagal finis, dua kali finis tanpa poin, dan sekali finis di posisi 12. Pada tiga seri berikutnya, ia sempat bertarung di posisi delapan besar, namun gagal finis lagi di Brno, Ceko.

Kesialan Mir di Brno pun tak berhenti di situ. Dalam uji coba pascabalap keesokan harinya, Mir mengalami kecelakaan hebat dalam kecepatan lebih dari 300 km/jam di tikungan pertama. Motornya terpental keluar trek, dan Mir menabrak dinding pembatas, yang membuatnya mengalami memar-memar pada paru-parunya.

Mir pun marah besar karena ia terpaksa absen dua seri. Namun, amarah ini ia ubah menjadi energi positif, ingin kembali tampil jauh lebih baik saat kembali. Benar saja, dalam tujuh seri tersisa, ia makin konsisten masuk delapan besar. Sayang, ia harus puas mengakhiri musim di peringkat 12, dan kalah dari Quartararo dalam perebutan gelar debutan terbaik.

Meski peringkatnya pada 2019 tak bombastis, Mir tetap fokus bekerja keras pada masa pramusim tahun ini. Ia merupakan salah satu rider yang cukup kompetitif dalam masa pramusim. Sayang, ia tak bisa menunjukkan hal ini pada tiga seri pertama. Pada balapan pertama di Jerez, Spanyol, ia start dari posisi 12, dan gagal finis akibat terjatuh pada lap kedua.

Dalam balapan kedua di Jerez, ia mampu finis kelima. Namun, ia sial lagi di Brno, saat tertabrak debutan Red Bull KTM Tech 3, Iker Lecuona, pada lap keempat. Mir pun terpuruk di peringkat 14 pada klasemen. Namun, saat MotoGP mampir Austria, Mir pun akhirnya menunjukkan ancaman besar.

Start keenam, Mir sengit melawan Andrea Dovizioso, Jack Miller, dan Pol Espargaro berebut kemenangan. Sayang, balapan itu sempat dihentikan akibat kecelakaan Morbidelli dan Johann Zarco. Saat restart, Mir start keempat, dan kembali bertarung sengit dengan Miller. Manuver menyalip di lap terakhir membuat Mir finis kedua, yakni podium perdananya di MotoGP.

Mir pun kembali menebar ancaman di Styria. Start ketiga, ia langsung berduel lagi dengan Miller, kali ini berebut pimpinan balap. Ia akhirnya berhasil memimpin pada lap keempat dan mempertahankan posisi selama 13 lap. Sayangnya lagi, saat kemenangan perdana ada di depan mata Mir, Vinales tahu-tahu menjatuhkan diri akibat masalah rem. Insiden ini lagi-lagi menghadirkan bendera merah.

Saat restart, Mir pun start dari pole. Namun, ia tak punya ban depan tersisa. Saat para rival pakai ban baru, Mir harus pakai ban lama. Alhasil, Mir terpaksa legawa finis keempat. Uniknya, Oliveira, Miller, dan Espargaro yang finis di posisi 1, 2, dan 3, kompak mengakui Mir lah pemenang sesungguhnya dari balapan itu dan yakin ia bakal makin menakutkan di seri-seri setelahnya.

Meski terbukti sangat kompetitif di Styria, Mir kecewa berat gagal menang. Ia lagi-lagi mengubah amarahnya menjadi energi positif di Seri San Marino. Dalam balapan itu, ia berduel dengan sang idola, Valentino Rossi, dalam memperebutkan posisi ketiga, dan hasil ini membuatnya makin percaya diri menjalani sisa musim.

Baca juga: Profil Joe Biden Presiden Terpilih AS ke-46

Mir pun meraih trofi ketiganya musim ini usai finis kedua di Seri Emilia Romagna, di belakang Vinales yang menang usai Bagnaia terjatuh. Mir lagi-lagi naik podium di Catalunya, di belakang Quartararo. Lima trofi sudah di tangan, dan tahu-tahu ia duduk di peringkat runner up pada klasemen pembalap, hanya tertinggal 8 poin dari El Diablo.

Mir sempat diprediksi bakal tertinggal dari Quartararo di Le Mans, Prancis, karena Quartararo start dari pole, sementara ia start ke-14. Namun, hujan yang turun dalam balapan membuat situasi mereka justru kurang lebih berimbang. Quartararo terpuruk dan hanya finis kesembilan, dan Mir tak bisa memperbaiki posisi dan hanya finis di posisi 10.

Situasi pun berubah total ketika mereka tiba di Aragon. Meski start dari pole, Quartararo terpuruk, hanya finis ke-18 dan tanpa poin. Sementara itu, Mir justru finis ketiga. Hasil ini membuat Mir akhirnya mengambil alih puncak klasemen dari tangan Quartararo, dengan keunggulan 6 poin.

Hasil di Aragon terulang di Teruel, ketika Quartararo hanya finis kedelapan, sementara Mir kembali finis ketiga. Meski performanya dapat banyak pujian, Mir sempat ditakutkan bakal jadi juara dunia tanpa kemenangan, mengulang torehan Emilio Alzamora yang menjuarai GP125 1999 tanpa satu pun kemenangan.

Rider berusia 23 tahun ini justru membuat Quartararo makin merana dengan meraih kemenangan perdana di MotoGP Eropa, yang membuatnya makin kokoh di puncak klasemen dengan keunggulan 37 poin.

Mir pun hanya tinggal finis ketiga di Seri Valencia untuk mengunci gelar dunia. Nyatanya, dalam balapan tersebut, Mir hanya finis ketujuh.

Namun, ia tetap sukses mengunci gelar dunia usai Rins hanya finis keempat, Quartararo gagal finis, Andrea Dovizioso finis kedelapan, dan Maverick Vinales finis ke-10.

Menjelang seri penutup di MotoGP Portugal yang digelar di Sirkuit Algarve, Portimao, pada 20-22 November nanti, Mir pun telah mewujudkan impiannya menjadi juara dunia di kelas para raja.

Ia mengoleksi 171 poin, unggul 29 poin dari Morbidelli yang ada di peringkat kedua. (C)

Reporter: Muhammad Israjab

Editor: Haerani Hambali

TOPICS