Singapura Obral Kewarganegaraan Kurangi Resesi Seks
reporter
Minggu, 05 Maret 2023 / 8:41 am
SINGAPURA, TELISIK.ID – Singapura menjadi salah satu deretan negara yang dilanda resesi seks. Resesi seks sendiri merupakan kondisi dimana masyarakatnya enggan berhubungan seks maupun menikah. Sehingga menyebabkan angka kelahiran yang rendah.
Dilansir dari Viva.co.id, Pemerintah Singapura mengumumkan bahwa angka kelahiran total atau angka kesuburan total pada tahun 2022 mengalami penurunan. Adapun angka kesuburan total merujuk pada jumlah rata-rata kelahiran hidup setiap wanita sepanjang tahun reproduksinya.
Menteri yang bertugas di Kantor Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong, Indranee Rajah menyampaikan, angka kelahiran total di Singapura pada 2022 sebesar 1,5.
Sementara itu, angka kelahiran total Singapura pada 2020 sebesar 1,1 dan 2021 sebesar 1,12. Rajah tidak menampik bahwa total kelahiran Singapura mengalami penurunan angka kelahiran total selama bertahun-tahun.
Di sisi lain, Pemerintah Singapura juga mencari solusi untuk meningkatkan jumlah kelahiran di negaranya. Salah satu cara yang ditempuh adalah memberikan kewarganegaraan baru kepada 23.100 orang pada tahun 2022.
Baca Juga: Giliran Singapura Dilanda Resesi Seks, Tahun Macan Jadi Alasan
Dari puluhan ribu orang yang menerima kewarganegaraan baru, 1.300 di antaranya adalah anak-anak. Mereka lahir di luar negeri, namun orang tuanya adalah orang Singapura. Pemerintah Singapura juga memberi status penduduk tetap kepada 34.500 orang pada tahun 2022.
Dikutip dari Detik.com, faktor keluarga dan ekonomi, menjadi faktor yang memicu penurunan angka kelahiran total di negaranya. Orang Singapura memilih untuk menunda pernikahan mereka sehingga angka kelahiran total menurun.
Di sisi lain, orang Singapura juga memilih merawat orang tua mereka yang mulai menua dan usia generasi muda juga bertambah.
Baca Juga: Jadi Negara dengan Industri Porno Terbesar, Kenapa Jepang Dilanda Resesi Seks?
"Penurunan itu juga sebagian karena Tahun Macan yang dalam kalender Lunar diasosiasikan dengan kelahiran yang lebih rendah di kalangan orang China," jelas Indranee Rajah.
Meski faktor keluarga sebagai pemicu menurunnya angka kelahiran total di Singapura, ada kondisi lain yang menyebabkan hal ini. Faktor tersebut adalah biaya hidup di Singapura yang begitu tinggi.
Saat ini, sekitar 80 persen perumahan orang Singapura bertempat tinggal di tempat umum di bawah Housing and Development Board (HDB). Harga rumah tersebut diperkirakan bakal meningkat, yang mennyebabkan pasangan memilih untuk menunda pernikahan dan memulai berkeluarga. (C)
Penulis: Adinda Septia Putri
Editor: Haerani Hambali
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS