Giliran Singapura Dilanda Resesi Seks, Tahun Macan Jadi Alasan

Adinda Septia Putri, telisik indonesia
Senin, 27 Februari 2023
0 dilihat
Giliran Singapura Dilanda Resesi Seks, Tahun Macan Jadi Alasan
Singapura jadi negara tambahan yang dilanda resesi seks, hal ini ditandai oleh tingkat fertilitas yang anjlok. Foto: Cnbcindonesia.com

" Singapura menjadi daftar tamabahan negara yang terancam resesi seks. Pada tahun 2022, negara tetangga Indonesia ini mencatat angka kelahirannya terendah sepanjang masa "

SINGAPURA, TELISIK.ID - Singapura menjadi daftar tamabahan negara yang terancam resesi seks. Pada tahun 2022, negara tetangga Indonesia ini mencatat angka kelahirannya terendah sepanjang masa.

Dilansir dari Cnbcindonesia.com, tingkat fertilitas adalah data yang menggambarkan jumlah anak yang dimiliki oleh tiap perempuan di satu wilayah. Angka ini didapatkan dari pembagian antara jumlah kelahiran dengan jumlah populasi perempuan.

Di Singapura, tingkat fertilitas merosot ke angka terendah sepanjang sejarah. Tingkat fertilitas Singapura sepanjang 2022 adalah 1,05. Angka ini lebih rendah dari rekor terendah sebelumnya yaitu 1,1 pada 2020.

Baca Juga: Pemerintah Cina Beri Cuti 30 Hari bagi Pasangan Baru Menikah Demi Atasi Resesi Seks

"Salah satu penyebabnya adalah tahun Macan di kalender imlek, yang secara umum diasosiasikan dengan rendahnya tingkat kelahiran di antara [etnis] tionghoa," kata Menteri di Kantor Perdana Menteri Singapura, Indranee Rajah.

Pada 2010, yang juga merupakan tahun Macan, tingkat fertilitas total adalah 1,15. Angka ini lebih rendah dari tahun sebelumnya dan tahun setelahnya. Indranee menjelaskan bahwa tingkat fertilitas Singapura sudah bertahun-tahun merosot, seperti negara maju lainnya. Tingkat fertilitas Singapura selalu berada di bawah 1,2 sejak 2017.

Negara dengan tingkat fertilitas terendah saat ini adalah Korea Selatan, yaitu 0,78. Indranee mengatakan bahwa makin banyak penduduk Singapura menikah di usia lebih tua. Selain itu, pasangan yang sudah menikah juga makin banyak yang memutuskan untuk menunda memiliki anak atau memiliki anak lebih sedikit.

Ekspektasi hidup penduduk Singapura kini mencapai 83 tahun, dibanding 72 tahun pada 1980. Sekitar 1 dari 4 penduduk Singapura akan berusia 65 tahun atau lebih tua  pada 2030. Perubahan situasi masyarakat ini, menurut Indranee, bakal mempersulit upaya Singapura untuk mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi.

Dikutip dari Travel.detik.com, Indranee mencatat tingkat kesuburan secara total di negaranya telah mengalami penurunan selama bertahun-tahun. Ini mengacu pada jumlah rata-rata kelahiran hidup yang dialami setiap wanita selama bertahun-tahun reproduksinya.

Kemungkinan penyebab 'anjloknya' angka kesuburan di Singapura adalah lebih banyak warga di Singapura yang menunda untuk menikah.

"Lebih banyak pasangan juga menunda memiliki anak atau memiliki lebih sedikit anak," katanya.

"Hal ini sejalan dengan tren masyarakat global jangka panjang. Itu juga terjadi karena orang-orang di Singapura hidup lebih lama," sambungnya.

Di Singapura, angka harapan hidup saat lahir meningkat menjadi lebih dari 83 tahun saat ini. Selain itu, Singapura menemukan tantangan yang semakin besar untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi karena tenaga kerja penduduk tumbuh lebih lambat.

"Ketika ukuran keluarga menyusut, kebutuhan akan perawatan juga akan meningkat," ungkap dia.

Baca Juga: Dilanda Resesi Seks, Pemerintah Jepang Berusaha Jodohkan Warga

"Semakin banyak warga Singapura akan menghadapi tekanan ganda dalam membesarkan anak sambil merawat orang tua mereka yang sudah lanjut usia. Dan faktanya, itu sudah terjadi," lanjutnya.

Selain itu, di Singapura juga mengalami kesulitan untuk mendapatkan akses pengasuhan anak yang bisa diandalkan. Hal ini sangat diperlukan oleh mereka yang baru saja menjadi orang tua agar bisa merawat bayi.

"Kami akan meninjau bagaimana kami dapat mendukung orang tua baru dengan lebih baik dalam merawat bayi mereka," tambahnya. (C)

Penulis: Adinda Septia Putri

Editor: Kardin

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Baca Juga