Sosok Marwan Al Sultan, Direktur RS Indonesia di Gaza Tewas Sekeluarga Dibunuh Israel
Reporter
Kamis, 03 Juli 2025 / 12:42 pm
Marwan Al Sultan tewas sekeluarga usai rumahnya diserang pasukan Israel. Foto: Repro Palestinadays.
YERUSALEM, TELISIK.ID - Kematian Marwan Al Sultan mengguncang dunia medis Gaza setelah rumahnya dihantam serangan udara Israel. Direktur Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza, Palestina.
Marwan Al Sultan, dilaporkan tewas dalam serangan udara Israel pada Rabu, 2 Juli 2025. Tragedi itu menimpa kediaman sementara Al Sultan di kawasan Gaza City, saat ia berada bersama istri dan anak-anaknya.
Seluruh anggota keluarganya dilaporkan meninggal dunia dalam insiden memilukan tersebut.
Kementerian Kesehatan Gaza menyampaikan kecaman keras terhadap serangan tersebut, menyebut Israel telah menargetkan tenaga medis yang juga merupakan warga sipil.
"Ia menjadi simbol dedikasi, keteguhan, dan ketulusan di saat-saat tersulit dan saat-saat paling berat yang dialami rakyat kita yang terus-menerus mengalami agresi," tulis Kemkes Gaza seperti dikutip BBC, pada Kamis (3/7/2025).
Militer Israel mengeklaim bahwa serangan yang mereka lakukan di wilayah Gaza City bertujuan untuk menargetkan "teroris utama" Hamas. Namun mereka juga mengakui bahwa sedang meninjau laporan terkait jatuhnya korban sipil yang tidak terlibat dalam konflik.
"Pihaknya kini tengah meninjau laporan bahwa warga sipil yang tak terlibat turut menjadi korban dalam serangan itu," demikian pernyataan militer Israel.
Marwan Al Sultan dikenal luas sebagai dokter spesialis kardiologi intervensional yang aktif dalam pelayanan kesehatan darurat di wilayah konflik. Ia merupakan sosok yang berdedikasi tinggi, bahkan dalam situasi krisis kemanusiaan yang ekstrem di Gaza.
Selama masa kepemimpinannya, ia bekerja sama erat dengan banyak tim medis dari berbagai negara seperti Inggris, Prancis, Belanda, Belgia, Spanyol, Kanada, dan Maroko.
Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Indonesia menggambarkan Marwan sebagai pemimpin penuh semangat dan tegas yang tak pernah meninggalkan tugasnya meski berada di tengah ancaman.
"Ia dikenal karena keterusterangan, spontanitas, dan kepemimpinannya yang tegas—sifat-sifat yang menghiasi rapat manajemen rumah sakit, yang sering kali diisi dengan perdebatan sengit dan selalu diakhiri dengan keakraban sambil minum kopi dan makan bersama," tulis MER-C Indonesia.
Marwan menjadi sosok sentral saat Rumah Sakit Indonesia dikepung pasukan Israel pada Desember 2024. Seluruh staf dan pasien dipaksa keluar dari rumah sakit tersebut.
Namun, saat gencatan senjata diberlakukan pada Januari 2025, ia segera kembali ke rumah sakit untuk kembali membuka layanan darurat.
Dalam periode Januari hingga Maret 2025, Al Sultan bekerja sama langsung dengan tim EMT MER-C Indonesia untuk menghidupkan kembali seluruh fungsi operasional rumah sakit.
Baca Juga: Prof Dr Asriyana, Inspirator yang Rendah Hati: Perempuan Sultra Harus Berani Memimpin
Meski menghadapi keterbatasan logistik dan ancaman serangan, ia tetap berada di garis depan pelayanan kesehatan.
“Ia tanpa lelah memimpin RS Indonesia dalam situasi sulit, berusaha menyediakan layanan medis penting bagi rakyat Palestina meskipun terus-menerus diancam serangan udara Israel,” lanjut pernyataan dari MER-C Indonesia.
Kematian Marwan Al Sultan bukan hanya kehilangan besar bagi Palestina, namun juga bagi dunia kemanusiaan internasional. Dedikasinya dalam memperjuangkan hak rakyat Gaza atas layanan kesehatan menjadikannya simbol perjuangan tenaga medis di wilayah konflik. (C)
Penulis: Ahmad Jaelani
Editor: Kardin
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS