Tegaskan Bukan Kampanye, Gagasan Anies Dikritik sebagai Utopia

Mustaqim

Reporter

Rabu, 30 Agustus 2023  /  9:09 am

Anies Baswedan menyempatkan diri singgah di kantin Kampus UI Depok usai menyampaikan gagasan-gagasannya pada Kuliah Kebangsaan di kampus tersebut. Foto: Mustaqim/Telisik

JAKARTA, TELISIK.ID – Beragam gagasan disampaikan Anies Baswedan dalam Kuliah Kebangsaan di Balai Serbaguna Purnomo Prawiro, Kampus UI Depok, pada Selasa (29/8/2023). Namun, Anies menegaskan bahwa kegiatan ini bukan kampanye.

Anies mengatakan, kampus merupakan tempat dimana arah dan prioritas bangsa ke depan dibahas. Karena itu, sudah semestinya kampus menyelenggarakan perkuliahan yang membahas rencana pembangunan dan harapan bangsa ke depan.

“Tapi ini berbeda dengan kampanye, yang dikerjakan di sini bukan sebuah kampanye, karena kan tidak ada alat peraga, tidak ada ajakan untuk memilih,” tegas Anies usai memberikan Kuliah Kebangsaan yang diadakan oleh FISIP UI.

Bacapres Koalisi Perubahan dan Persatuan ini menilai keterbukaan pertukaran pikiran dalam menyampaikan gagasan dan menguji gagasan merupakan bagian dari proses demokrasi. Dia juga mengaku senang dengan kesempatan yang diberikan oleh FISIP UI.

“Memang dari dulu kampus itu mengundang orang untuk berbicara ya. Cuma ketika statusnya menjadi calon, calon anggota legislatif, calon bupati, calon wali kota, calon presiden malah justru nggak bisa diundang, padahal kampus itu justru terbiasa mengundang orang untuk datang,” ujarnya.

Beberapa gagasan yang dilontarkan Anies dalam Kuliah Kebangsaan bertema "Indonesia ke Depan: Lebih Maju, Lebih Adil”, antara lain adalah Satu Indonesia, Satu Ekonomi; Menghadirkan Kesetaraan; Mengakselerasi Pemerataan Desa-Kota; Menjamin Kebebasan Berpendapat; Menyelamatkan Indonesia dari Krisis Iklim; dan Mengembangkan Budaya, Menduniakan Indonesia.

Baca Juga: Dialog Kebangsaan di UI, Anies Target Jadikan Indonesia Pemain Global

Gagasan-gagasan tersebut dimaksudkan Anies untuk menjadikan Indonesia sebagai pemain global dan memiliki pengaruh besar. Yakni membuat negara-negara lain bergantung pada Indonesia.

Meski demikian, gagasan Anies dinilai sebagai hal yang masih perlu dikritisi oleh masyarakat. Menjadikan Indonesia sebagai pemain global di pentas persaingan negara-negara lain di seluruh dunia, masih dianggap sebagai angan-angan.

Pakar Komunikasi Politik Universitas Pelita Harapan, Emrus Sihombing, menilai target Anies menjadikan Indonesia pemain global sulit diwujudkan dalam lima tahun ke depan. Dia mengakui masih banyak ketimpangan di berbagai sektor. Di antaranya sektor pendidikan, penegakan demokrasi, ekonomi, dan sektor lainnya yang membutuhkan keadilan bagi seluruh rakyat.

Penegakan demokrasi misalnya, Emrus melihat bahwa demokrasi yang berjalan saat ini belum pada yang substansial, melainkan demokrasi yang prosedural.

“Masih banyak money politics, janji-janji para politisi yang ngambang dan tidak operasional. Janji-janjinya harus yang terukur, yang menginjak bumi,” katanya kepada Telisik.id pada Selasa (29/8/2023) malam.

Mengacu pada kondisi tersebut, menurut Emrus, untuk menjadi pemain global, maka Indonesia harus mempersiapkan diri.

“Untuk menjadi pemain global di masa pemerintahan 2024-2029, saya kira itu utopia. Sesuatu cita-cita yang sulit diwujudkan. Saya menyarankan kepada Bang Anies supaya diganti tagline itu adalah mempersiapkan Indonesia menjadi pemain global. Kalau itu diubah, wah dahsyat itu,” saran Emrus.    

Utopia menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dimaknai sebagai sistem sosial politik yang sempurna yang hanya ada dalam bayangan (khayalan) dan sulit atau tidak mungkin diwujudkan dalam kenyataan.  

Jika terpilih sebagai presiden dan rakyat kembali memberi kepercayaan kepada Anies untuk memimpin negara dan pemerintahan pada periode kedua, Emrus menilai gagasan menjadikan Indonesia pemain global berpeluang besar bisa diwujudkan.  

Baca Juga: Cawapres Pendamping Anies Baswedan, Demokrat: Cawapres Anies Sudah Final

“Nah, (jika Anies mengatakan) ‘mudahan-mudahan saya terpilih pada periode kedua, saya jamin kita pemain global.’ Wah bagus banget. Tapi kalau untuk lima tahun ke depan, itu mimpi tinggal mimpi,” ujarnya.  

Namun demikian, Emrus optimis pada target mewujudkan Indonesia menjadi pemain global dengan membenahi ketimpangan-ketimpangan di semua sektor. Termasuk pemerataan mendapatkan kualitas pendidikan dan meningkatkan pendapatan per kapita. Direktur Emrus Corner ini kemudian membandingkan pendapatan per kapita Indonesia yang masih di bawah Singapura.

Sebagai perbandingan, pada tahun 2022, pendapatan per kapita Singapura mencapai $65.000, sementara Indonesia hanya sebesar $4.000. Ini berarti warga Singapura rata-rata mendapatkan pendapatan 16 kali lebih tinggi daripada warga Indonesia.    

Sementara itu, pengamat politik Hendri Budi Satrio alias Hensat mengapresiasi positif Kuliah Kebangsaan yang diadakan oleh FISIP UI dan gagasan-gagasan yang dilontarkan Anies Baswedan. Dia berharap kegiatan berikutnya bisa menghadirkan kandidat capres dan diberi kesempatan yang juga sama.

“Apa yang dilakukan Mas Anies ini untuk menjaga optimisme anak muda supaya pada saat nantinya mereka yang memimpin negeri ini, mereka tahu arah dan tujuan (negara) hendak kemana,” kata Hensat yang juga pendiri Lembaga Survei KedaiKOPI. (A)

Reporter: Mustaqim

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS