Tinggal di Gubuk Bocor, Kakek 70 Tahun Ini Bertahan Hidup dari Sampah

Wa Ode Sunaimi Rahman

Reporter

Selasa, 11 Oktober 2022  /  9:46 am

Kakek Empo mengumpulkan barang bekas untuk menyambung hidup. Setiap hari ia menyusuri By Pass Kota Kendari dengan becak bututnya. Foto: Wa Ode Sunaimi Rahman/Telisik

KENDARI, TELISIK.ID – Hujan rintik-rintik pada hari itu, seorang kakek mendorong gerobak yang masih kosong menuju tempat-tempat pembuangan sampah. Dengan baju yang sudah kusam, robek-robek, dan basah karena kehujanan, ia tetap memulung.

Ia adalah kakek Saidi Empo. Kakek 70 tahun, warga Jalan Katambak, Gunung Jati, Kota Kendari, sebenarnya sudah tidak mampu melakukan pekerjaan berat ini. Tapi ini satu-satu pilihannya untuk menyambung hidup, memulung barang bekas.

Kakek Empo tinggal di gubuk bersama sang istri yang ia kontrak seharga Rp 1,5 juta per tahun. Di gubuk kecil yang atapnya sudah bocor, setiap kali hujan, kakek dan istrinya yang juga sudah tua, harus berlindung di sudut-sudut gubuk.

Kakek mempunyai 8 orang anak yang tidak tinggal lagi bersama mereka karena harus mencari sumber kehidupan masing-masing. Ia memulung karena sudah tidak ada yang mampu dikerjakan akibat usia yang semakin tua. Setiap hari ia mengais rezeki dengan cara memulung, hasilnya akan dijual dengan harga Rp 1.000 hingga Rp 2 ribu per kilo gram.

Baca Juga: Ibu Tina, Memulung Rezeki dari Bak Sampah

Baca Juga: Alami Hidrosefalus, Bayi Ini Butuh Uluran Tangan

“Tidak adami yang saya mampu bikin, sudah tua begini, sudah tidak mampu kerja lagi. Saya hanya bisa memulung tiap hari. Biar hujan-hujan saya tetap memulung karena kalau tidak, bagaimana saya dan istri bisa makan,” ucapnya.

Kakek Empo bekerja sebagai pemulung sejak beberapa tahun terakhir. Barang-barang yang ia pulung seperti botol plastik, kardus, dan barang lainnya. Ia mulai memulung dari pukul 08.00 pagi hingga pukul 18.00 sore hari, menyusuri jalan By Pass.

Kakek  hanya akan pulang beristirahat dan makan pada siang hari. Biasanya hanya makan nasi dengan mi instan, itu pun kalau ada. Untuk menghemat beras, istri sang kakek memasak 1 kaleng kecil dalam sehari, untuk dimakan berdua. (A)

Penulis: Wa Ode Sunaimi Rahman

Editor: Haerani Hambali