Tradisi Syawal di Pulau Wangi-Wangi
Reporter
Rabu, 17 April 2024 / 10:09 am
WAKATOBI, TELISIK.ID - Memasuki bulan Syawal, Pulau Wangi-Wangi di Kabupaten Wakatobi semarak dengan berbagai acara tradisi masyarakat. Tradisi ini mulai dari pernikahan, sunatan, syukuran, hingga atraksi budaya seperti Kansoda'a dan Mansa'a.
Kemeriahan ini berlangsung selama dua minggu, dimulai dua hari setelah Lebaran.
Namun, di balik keceriaan, tradisi ini juga membawa dampak bagi pengguna jalan.
Banyaknya acara di setiap kecamatan di Pulau Wangi-Wangi membuat jalanan dipenuhi tenda dan dekorasi, sehingga menyulitkan akses bagi pengendara.
Kurang luasnya halaman rumah warga menjadi alasan utama penggunaan badan jalan.
Baca Juga: Dipercaya jadi Metode Penyembuhan Anak, Warga Muna Lakukan Tradisi Kapobhelo
Hal ini diakui oleh La Ode Rumadi, pengurus Dewan Adat (Sara) di Kepulauan Wangi-Wangi Selatan.
"Ini sudah menjadi kebiasaan turun temurun," jelas Rumadi Selasa (16/4/2024) pagi.
Kondisi ini tak pelak membuat frustrasi para pengguna jalan, seperti Jufri, pengojek. Ia sering terlambat menjemput penumpang karena akses jalan yang terhambat.
Baca Juga: Tradisi Posepa'a di Desa Liya Togo: Uji Ketangkasan dan Simbol Saling Memaafkan
"Kita juga tidak bisa melarang, karena kurangnya luas lahan," ungkap Jufri.
Meskipun tradisi ini membawa ketidaknyamanan bagi sebagian orang, namun kearifan lokal dan nilai budaya yang terkandung di dalamnya patut dilestarikan.
Diperlukan solusi kreatif untuk menjembatani kebutuhan masyarakat dalam merayakan tradisi dan kelancaran akses publik. (B)
Penulis: La Ode Manarfa Nafsahu
Editor: Haerani Hambali
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS