Wajib Anda Tahu, Ternyata Ini Hikmah di Balik Rasa Lapar
Reporter
Jumat, 28 Januari 2022 / 4:17 pm
KENDARI, TELISIK.ID - Setiap orang pastinya pernah merasakan lapar, terlebih jika belum mengonsumsi makanan apapun dalam waktu lama atau telah melakukan aktivitas yang cukup melelahkan.
Rasa lapar adalah sensasi normal yang membuat seseorang ingin makan. Hal ini terjadi ketika tubuh memberitahu otak bahwa perut sedang kosong. Otak akhirnya mengirimkan sinyal ke perut yang menimbulkan bunyi keroncongan dan mungkin memberikan rasa lapar.
Ibadah puasa ramadhan menjadikan kita "akrab" dengan rasa lapar. Dalam Al-Qur'an, kelaparan merupakan salah satu cobaan dari Allah Ta'ala kepada setiap makhluk-Nya.
Kalau seseorang mampu dan sabar menghadapi kelaparan, Allah akan memberi kabar gembira berupa pahala.
"Dan sungguh, akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sebagian ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan, berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar" (Al-Baqarah: 155).
Akan tetapi, boleh jadi kelaparan yang menimpa suatu negeri disebabkan kufur nikmatnya penduduk negeri tersebut.
"Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan, sebuah negeri yang dulu aman dan tentram, rezeki datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat. Tetapi (penduduknya) mengingkari nikmat-nikmat Allah, lantaran itu Allah menimpakan kepada mereka "pakaian" kelaparan dan ketakutan disebabkan apa yang selalu mereka perbuat" (QS. Al-Nahl: 112).
Ayat ini menggambarkan bahwa kelaparan dan ketakutan pernah menimpa Mekah yang pernah dijamin aman sentosa. Cobaan itu datang ke kota suci setelah penduduknya tidak mau mensyukuri nikmat Allah.
Mengutip dari republika.co.id, Imam Al-Ghazali menyebutkan, kelaparan yang diikuti dengan kesabaran dan kesadaran atas dosa-dosa, akan mendatangkan keuntungan yang sangat besar.
Lapar, kata Al-Ghazali, dapat menjernihkan hati dan pikiran. Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa menjadikan perutnya lapar, maka pikiran dan hatinya menjadi tajam."
Tiada yang dapat menundukkan nafsu melebihi rasa lapar. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Aku ingin sehari lapar, dan sehari kenyang. Bila aku lapar, aku menjadi sabar dan tawadhu, dan bila kenyang aku bersyukur."
Dengan terbiasa lapar, papar Al-Ghazali, kita justru akan merasa puas dengan sedikit harta yang kita miliki. Beban biaya hidup keseharian akan kita rasakan ringan. Rasa syukur akan semakin meningkat. Kesadaran sosial kita akan lebih tinggi terhadap orang-orang fakir miskin.
Rasulullah SAW bersabda, "Hai anak Adam, jika kamu memberikan kelebihanmu maka akan lebih baik untukmu dan bila engkau menahannya akan berbahaya kepadamu, dan kau tidak akan tercela atas kesederhanaanmu." (HR. Muslim).
Dalam hadis lain, diriwayatkan Abdullah Amru bin Ash berkata, "Ada seorang bertanya kepada Rasulullah SAW: Kelakukan apakah yang terbaik dalam Islam?'' Jawab Nabi: ''Memberi makan kepada orang yang kekurangan." (HR. Muslim).
Mengutip dari Islampos.com, dalam Al-Qur'an, kelaparan merupakan salah satu cobaan Allah kepada setiap makhluk-Nya. Kalau kita mampu dan sabar menghadapinya, Allah akan memberi kabar gembira.
Allah SWT berfirman, “Dan, sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sebagian ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan, berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar,” (QS. Al-Baqarah ayat 155).
Bisa jadi, kelaparan merupakan balasan atau ujian, karena kita mengingkari (kufur) nikmat yang selama ini kita terima dari Allah.
Baca Juga: Mau Berkumpul Bersama Keluarga di Surga? Ini Syaratnya
Allah Ta’ala berfirman, “Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan, sebuah negeri yang dulu aman, dan tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat. Tetapi, (penduduknya) mengingkari nikmat-nikmat Allah, lantaran itu Allah menimpakan kepada mereka pakaian, kepalaran dan ketakutan disebabkan apa yang selalu mereka perbuat." (QS. Al-Nahl ayat 112).
Tidak selamanya kita hidup akan selalu beruntung. Dan tidak semuanya, juga bisa hidup berkecukupan. Lapar dapat memberikan kita pelajaran untuk bersyukur akan keberuntungan yang kita dapatkan. Sekaligus membangun empati agar mau berbagi dengan mereka yang tidak seberuntung kita. (C)
Reporter: Irawati
Editor: Haerani Hambali