5 Mahasiswa Ciptakan Alat Pendeteksi Suhu COVID-19

Fitrah Nugraha

Reporter

Minggu, 26 Juli 2020  /  9:19 am

Aplikasi Suhu TT-Techno yang dapat mengukur dan merekam suhu tubuh menggunakan kamera Flir Lepton. Foto: Repro its.ac.id

SURABAYA, TELISIK.ID - Lima mahasiswa Jurusan Teknik Instrumentasi, Fakultas Vokasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang tergabung dalam tim Instone, menciptakan sistem deteksi suhu untuk mengantisipasi penyebaran virus COVID-19.

Sistem deteksi suhu tersebut memanfaatkan kecerdasan buatan atas nama TT-Techno Temperature. Gagasan ini diambil dari kelemahan produk pengukur suhu tubuh yang masih membutuhkan tenaga manusia untuk mengecek suhu dan kemungkinan kesalahan teknis dalam logging di lapangan.

Ketua Tim Instone, Lukman Arif Hadianto mengatakan, protokol deteksi suhu ini menggunakan teknologi non-manusia. Hal ini untuk menghindari adanya kontak fisik yang berpotensi membahayakan petugas.

"Implementasi dengan melakukan kontak fisik berpotensi membahayakan petugas, selain itu proses penebangan secara manual juga memperlambat identifikasi tersangka COVID-19," katanya seperti dikutip dari its.ac.id, Sabtu (25/6/2020).

Menurut Lukman, TT-Techno Temperature sendiri adalah sistem pengenalan pola suhu tubuh menggunakan sensor LWIR dan pemrosesan gambar sebagai pencegahan tindak lanjut dari penyebaran COVID-19 yang terintegrasi dengan pemerintah dan rumah sakit.

Lukman menunjukkan inovasi TT-Techno Temperature sebagai sistem deteksi suhu terintegrasi untuk mengantisipasi COVID-19.

Pria kelahiran 1998 ini menjelaskan, TT-Techno Temperature menggunakan kamera termal Flir Lepton yang dapat mengukur suhu tubuh manusia. Kamera tersebut mengimplementasikan konsep kecerdasan buatan dalam bentuk jaringan saraf.

"Untuk implementasi, sensor terhubung ke aplikasi yang dapat menampilkan antarmuka pengguna dari hasil pembacaan sensor," kata siswa tahun 2017.

Kemudian, lanjut Lukman, ada ambang batas atau suhu minimum yang ditentukan. Jika suhu tubuh terdeteksi di atas ambang batas, kamera secara otomatis mengambil gambar wajah manusia dan mengirimkan data ke pengguna aplikasi dan membunyikan alarm untuk peringatan tersebut.

Baca juga: Pemuda Ini Ciptakan Platform Antimainstream untuk Jasa Tukang

Selain itu, data akan dikirimkan ke pemerintah pusat atau daerah dan rumah sakit untuk pemantauan dan tindak lanjut terhadap yang suhu tubuhnya di atas batas normal. Kemudian menjemput untuk segera diperiksa ke rumah sakit terdekat dan dikarantina.

"Sistem ini sangat efektif karena data pasien atau manusia yang menunjukkan suhu tubuh di atas batas normal dapat dideteksi dengan cepat dan realtime," kata mahasiswa yang lahir di Kediri.

Lukman menjelaskan, keunggulan inovasi Instone terintegrasi dengan aplikasi pengguna, aplikasi rumah sakit, dan aplikasi pemerintah. Akan lebih mudah untuk melacak orang yang terdeteksi oleh sensor tersebut.

"Juga, ada pemberitahuan tentang pengiriman informasi ke sensor yang terdeteksi dalam bentuk suhu tubuh dan informasi rumah sakit, untuk melakukan pemeriksaan manual ke rumah sakit atau karantina sendiri di rumah," kata Lukman.

Untuk diketahui, Tim Instone yang memenangkan tempat pertama di LAI2-COVID19, detektor sub kompetisi dengan inovasi TT-Techno Temperature.

Inovasi yang diprakarsai oleh Lukman dengan Ari Wardana, Noor Robbycca Rachmana, Indriani Aramintha Mentari, dan Nurfani Arifudin, berhasil memenangkan tempat pertama dalam kontes aplikasi inovatif dan inspirasional COVID-19 (LAI2-COVID-19) dalam skala nasional pada subrace detektor yang dilakukan oleh Direktorat Kemahasiswaan ITS.

Team Instone juga menghadapi kendala seperti pemilihan sensor yang dapat mendeteksi suhu tubuh dengan cepat dan tepat, serta tantangan di mana proses diskusi dan pengerjaan dilakukan secara online.

“Meskipun demikian, kompetisi ini sangat menarik bagi kita yang tidak dapat berkontribusi ke garis depan, tetapi dapat berkontribusi untuk membuat alat dan inovasi baru,” katanya dengan bangga.

Reporter: Fitrah Nugraha

Editor: Haerani Hambali