Amerika Habiskan Rp 812 Miliar Suplai Kondom ke Jalur Gaza
Reporter
Sabtu, 01 Februari 2025 / 1:01 pm
JAKARTA, TELISIK.ID - Pemerintah Amerika Serikat menjadi sorotan setelah Gedung Putih menyebut dana Rp 812 miliar digunakan untuk penyediaan kondom di Jalur Gaza.
Pernyataan itu diungkapkan oleh Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt. Dia menyatakan bahwa AS memangkas bantuan luar negeri kecuali untuk Israel dan Mesir, tetapi tetap mengalokasikan dana besar untuk alat kontrasepsi di Gaza.
Leavitt mengklaim bahwa temuan ini berasal dari Kementerian Efisiensi Pemerintahan (DOGE) yang dipimpin oleh Elon Musk.
“Bahwa ada sekitar $50 juta uang pajak yang dikeluarkan untuk mendanai kondom di Gaza,” ujar Leavitt dalam konferensi pers, seperti dikutip dari Tribunnews, Sabtu (1/2/2025).
Ia menambahkan bahwa keputusan ini tidak masuk akal dan merupakan pemborosan pajak warga Amerika.
Namun, klaim Leavitt segera menuai bantahan dari berbagai pihak. Mantan juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Matthew Miller, melalui media sosial X, menyatakan bahwa Gedung Putih telah salah membaca data atau sengaja menyebarkan informasi yang tidak akurat.
“Gedung Putih tak bisa membaca tabel sederhana tentang pengeluaran atau Gedung Putih sedang berbohong,” tulis Miller dalam unggahannya.
Baca Juga: Trump Buka Opsi Sebagian Warga Gaza Dipindahkan ke Indonesia
Media-media AS pun meragukan kebenaran pernyataan Leavitt. Kantor berita Associated Press (AP) menyebut bahwa tidak ada bukti nyata yang mendukung klaim tersebut.
Dalam laporannya, AP menyoroti bahwa pemerintah Trump justru menghentikan dana $50 juta ke Gaza, bukan menggunakannya untuk membeli kondom. “Klaim: Pemerintah Trump menghentikan penyaluran dana $50 juta ke Gaza guna membeli kondom untuk Hamas,” tulis AP.
AP juga menyebutkan bahwa dana yang dirujuk oleh Leavitt sebenarnya merupakan hibah sebesar $102,2 juta dari USAID kepada kelompok Korps Kesehatan Internasional.
Dana tersebut diperuntukkan bagi layanan kesehatan dan penanganan trauma di Gaza, bukan untuk penyediaan alat kontrasepsi.
Kementerian Luar Negeri AS juga meragukan penggunaan dana itu untuk penyediaan kondom. Pada Rabu, mereka menyatakan bahwa hibah tersebut termasuk dalam kategori pendanaan yang tidak efisien dan perlu dikaji ulang.
Sehari sebelumnya, juru bicara Kemenlu AS, Tammy Bruce, mengatakan bahwa pihaknya telah mencegah keluarnya dana $102 juta untuk pendanaan yang dianggap tidak sesuai kepentingan nasional.
Sumber dari USAID juga membantah klaim Gedung Putih. Menurut mereka, sebagian besar dana digunakan untuk membiayai rumah sakit darurat, pusat penanganan trauma, serta tenaga medis yang bertugas menangani krisis kemanusiaan di Gaza.
Dana tersebut juga mencakup layanan air bersih, sanitasi, serta perawatan sebelum dan setelah melahirkan.
“Jika kondom termasuk bagian dari komponen kesehatan, jumlahnya hanya sebagian kecil dari dana hibah itu,” ujar laporan USAID.
Bantahan lain datang dari Jeremy Konyndyk, Presiden Pengungsi Internasional yang sebelumnya mengawasi bantuan USAID untuk Covid-19 di era Joe Biden. Konyndyk menegaskan bahwa USAID membeli kondom dengan harga sekitar $0,05 per unit.
“$50 juta akan menjadi satu miliar kondom. Apa yang tengah terjadi di sini BUKANLAH satu miliar kondom untuk Gaza. Tampaknya yang terjadi di sini adalah orang-orang di DOGE tidak bisa membaca dokumen pemerintah,” kata Konyndyk.
Data laporan keuangan USAID tahun 2023 juga menunjukkan bahwa Yordania adalah satu-satunya negara di Timur Tengah yang menerima kontrasepsi dari USAID.
Nilainya pun hanya sebesar $45.680 untuk program pemerintah, bukan untuk distribusi massal seperti yang diklaim oleh Leavitt.
CNN turut menyoroti klaim Gedung Putih dengan menyebutkan lima alasan mengapa pernyataan Leavitt meragukan. Pertama, tidak ada bukti bahwa AS mengirimkan dana khusus untuk kondom ke Gaza.
Baca Juga: Gencatan Senjata dan Penyerahan Sandera Disepakati, Israel Bantai 77 Warga Gaza
Kedua, selama tiga tahun terakhir, USAID tidak mengalokasikan dana untuk kontrasepsi di Timur Tengah.
Ketiga, jumlah total kondom yang disalurkan USAID ke seluruh dunia tidak mencapai nilai $50 juta. Keempat, Kementerian Luar Negeri AS tidak menegaskan kembali klaim Leavitt dalam pernyataan resmi mereka. Kelima, para pakar serta lembaga pemeriksa keuangan sudah membantah klaim tersebut.
Dengan banyaknya bantahan dari berbagai sumber, pernyataan Gedung Putih ini semakin diragukan.
Hingga kini, tidak ada bukti kuat bahwa dana $50 juta dari AS benar-benar digunakan untuk penyediaan kondom di Jalur Gaza. (C)
Penulis: Ahmad Jaelani
Editor: Fitrah Nugraha
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS