Barbie, Pemenang dari Persaingan Antara Film Barbie dan Oppenheimer di Kota Kendari
Reporter
Jumat, 28 Juli 2023 / 3:21 pm
KENDARI, TELISIK.ID – Fenomena jagat perfilman Barbenheimer (Barbie dan Oppenheimer) yang mengguncang dunia maya, hingga masuk dalam Wikipedia, mengahadirkan persaingan antara 2 film besar yakni Barbie dan Oppenheimer yang mana di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, persaingan tersebut dimenangkan oleh Barbie.
Film Barbie menceritakan tentang kisah Barbie, boneka anak-anak yang begitu populer, hidup dalam dunianya sendiri yakni Barbieland yang terhubung oleh dunia nyata ketika dimainkan oleh orang-orang di dunia nyata. Pada suatu masa, Barbie kemudian mengalami krisis identitas terkait dirinya yang memikirkan kematian. Hal inilah yang kemudian membawa Barbie ke dunia nyata ditemani oleh Ken.
Dalam perjalanannya ke dunia nyata, Barbie mendapati dunia patriarki yang mengecilkan kaum wanita. Dalam perjalanannya juga, Barbie mendapati sebuah dunia yang tidak sama dengan yang ia bayangkan. Di dunianya, semua lebih berwarna, sedangkan di dunia nyata lebih monokrom dan penuh rasa sakit.
Film Barbie hadir sebagai film yang menurut sebagian orang akan menjadi sebuah film yang sederhana. Rupanya film ini banyak mengandung pesan-pesan filosofis yang sulit dimengerti oleh sebagian orang, mulai dari isu feminisme, patriarki, esensi kehidupan, krisis identitas dan masih banyak lagi yang dibalut dengan komedi dan musical yang penuh warna.
Baca Juga: Barbie dan Oppenheimer akan Tayang Pekan Ini, Presale Sudah Bisa Dibeli di Kendari
Unsur-unsur feminisme yang diutarakan oleh film ini sendiri dinilai berhasil menyuarakan isi hati para kaum wanita yang ikut menontonnya, sebagaimana yang dituturkan oleh Diana Mariana, yang menyaksikan film ini bersama dengan dua orang teman prianya.
“Related sama kita kaum perempuan, apalagi di bagian kata-kata yang bilang kalau kaum perempuan dituntut untuk menjadi hebat namun tidak boleh terlalu hebat mengalahkan kaum laki-laki,” jelasnya.
Selain isu feminisme, film ini juga menampilkan bagaimana sebuah sistem patriarki yang dominan dipimpin oleh para pria ataupun sistem yang dominan dipimpin oleh kaum wanita bisa gagal karena tidak mengedepankan unsur kesetaraan gender yang seharusnya. Sebagaimana yang disampaikan Helmy Yahya, pengamat film asal Makassar yang kebetulan sedang menonton film di Kendari.
“Isu yang dibahas cukup kompleks, tapi bisa disampaikan melalui dialog informatif dan komedi yang dibawa di filmnya,” papar pria tinggi semampai tersebut.
Meski hadir dengan kompleksitas isu yang cukup berat untuk dicerna, nyatanya dalam persaingannnya dengan Oppenheimer, Barbie berhasil unggul. Ini dibuktikan dengan jumlah penayangan yang didapatkan oleh Barbie yang mendapatkan 3 kali penayangan dan Oppenheimer yang hanya sekali penayangan. Seperti yang disampaikan oleh Steven Wijaya kepada Telisik.id via WhatsApp.
“Karena lebih banyak penontonnya Barbie daripada Oppenheimer, jadi kami lebih banyak menyediakan jam tayang untuk film Barbie,” tulisnya di WhatsApp. (A)
Penulis: Ahmad Badaruddin
Editor: Haerani Hambali
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS