Capai Puncak dari Golongan Rendah
Direktur Utama
Jumat, 31 Januari 2020 / 2:36 pm
Sebelum menjadi wakil gubernur Sulawesi Tenggara, ia pernah sukses memimpin Kabupaten Konawe dua periode. Menjadi jenderal PNS di Sultra, setelahnya. Siapa sangka, sebelum menjadi orang terhormat, ia memulai karir ASN dari pegawai golongan rendah.
Mulai dari golongan II/A, lalu menjadi topnya birokrat di Sultra alias Sekda Provinsi sangat mentereng, tetapi tak bikin Dr. H. Lukman Abunawas, SH, M.Si lupa diri. Santun dan rendah hati senantiasa terpancar dari sikapnya.
Lukman Abunawas yang saat itu baru berusia 18 tahun, dengan mantap melamar menjadi PNS usai tamat SMA. Ia pun lulus tes PNS. Berbekal ijazah SMA, ia tentu hanya tercatat sebagai PNS dengan pangkat/golongan II/A di Pemda Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
Wagub Sultra Lukman Abunawas melepas barisan gerak jalan. foto istimewa
Ikhwal kisah. Pria kelahiran Wawotobi 11 September 1958, itu merantau ke Sulawesi Selatan guna menuntut ilmu. Mimpi Lukman muda adalah menjadi seorang dokter. Tahun 1975, Lukman ke Makassar untuk mendaftar di Fakultas Kedokteran Unhas. Namun, Lukman harus mengubur cita-citanya karena saat tiba di Makassar ternyata pendaftaran di Fakultas Kedokteran Unhas sudah ditutup.
Tak patah semangat, Lukman kemudian beralih mendaftar di Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Makassar. Guna memuluskan cita-citanya itu, ia balik ke Kendari meminta rekomendasi pada H. Anas Bunggasi, yang kala itu menjabat Sekda Kabupaten Kendari. Lukman pun lulus APDN Makassar.
Kuliah baru seminggu, Lukman mendapat informasi terbuka pendaftaran pegawai negeri di Departemen Kesehatan. Lukman pun mendaftar dan dinyatakan lulus sebagai tenaga kesehatan lingkungan di Departemen Kesehatan Pemda Kabupaten Maros.
Wagub Lukman Abunawas bersama Gubernur Ali Mazi pada acara HUT perhubungan. foto istimewa
Kuliah sambil bekerja, harus dilakoni Lukman untuk meringankan biaya kuliahnya. H. Abunawas, sang ayah, yang tak lain mantan Bupati Kendari telah meninggal dunia. Ibunya, Hj. Siti Djuhuriah seorang guru dengan penghasilan terbatas. Itulah asalan Lukman muda mesti membantu ibunya bekerja, karena gaji sang ibu sebagai guru untuk membiayai kehidupan sehari-hari sekaligus biaya sekolah adik-adiknya.
Begitu diangkat PNS pada 1 Juni 1976, Lukman ditugaskan instansinya mengikuti kursus tiga bulan. Hal ini menyebabkan Lukman yang semula hanya mengambil cuti, akhirnya tak dapat melanjutkan kuliahnya di APDN Makassar. Kuliah di APDN pun bubar.
Usai mengikuti kursus sebagai tenaga kesehatan, Lukman memilih melanjutkan studi pada Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Negara (STIA-LAN) Makassar, Jurusan Administrasi Negara, dan berhasil meraih gelar Sarjana Muda (BA).
Tujuh tahun kerja di Maros, Lukman meminta pindah ke Pemprov Sultra, tepatnya tahun 1983. Lukman yang telah berpangkat/golongan II/B pun ditempatkan di Biro Pemerintahan. Di Sultra, Lukman kembali melanjutkan studi di Fakultas Sosial Politik (Sospol) Universitas Haluoleo dan berhasil wisuda tahun 1986.
Gubernur Ali MAzi bersama Wagub Lukman Abunawas dan Ketua DPRD Sultra Abdurrahman Saleh. foto istimewaa
Karir PNS Lukman terus menanjak. Dari Biro Pemerintahan Pemprov ke BP7 Sultra. Setelah itu, tahun 1987 Lukman pindah tugas ke Pemda Kabupaten Kendari, sekarang Kabupaten Konawe. Ia dipercaya sebagai Sekwilcam lalu Camat Wawotobi yang dijabatnya hingga 1988. Ia kemudian menjadi Kepala Bagian Pemerintahan Kabupaten Kendari. Di era Bupati Razak Porosi, karir Lukman terus menanjak. Posisi Asisten I Setkab Kendari, Kadis Tata Ruang, dan Kadis P dan K Kabupaten Kendari, dipercayakan kepadanya.
Tahun 2003, berlangsung suksesi kepemimpinan di Konawe. Lukman yang waktu itu menjabat Kadis P dan K ternyata banyak mendapat dukungan dari masyarakat dan anggota dewan untuk tampil. Berpasangan dengan Tony Herbiansyah, keduanya terpilih dan memimpin Kabupaten Konawe periode 2003-2008.
Demikian juga pada Pilkada tahun 2008. Lukman yang berpasangan dengan H. Hasmuddin terpilih dalam pemilihan langsung olah rakyat Kabupaten Konawe. Lukman pun memimpin Kabupaten Konawe untuk periode lima tahun selanjutnya. Sederet prestasi telah diukir diantaranya, pemekaran Kabupaten Konawe Selatan, Konawe Utara, dan Konawe Kepulauan.
Wagub Sultra Lukman Abunawas. foto istimewa
Pasca bupati dua periode, Lukman yang juga menjabat ketua Lembaga Adat Tolaki (LAT) Konawe, ini kembali bermohon untuk aktif sebagai PNS. Permohonannya dikabulkan oleh kementerian terkait. Oleh Gubernur Sultra, H. Nur Alam, potensi Lukman dimanfaatkan dengan mempercayakan kepadanya Kepala Badan Diklat Sultra.
Kinerja yang bagus membuat Nur Alam menunjuknya sebagai staf ahli gubernur bidang politik merangkap Pelaksana Sekda Sultra. Berkat dedikasi yang baik, dewan pembina FORKI Sultra ini pun akhirnya menjadi Sekda definitif.
Wagub Sultra Lukman Abunawas menerima unjukrasa mahasiswa di kantor gubernur. foto istimewa
Atas prestasinya, mantan ketua Dewan Pengurus Korpri Sultra ini diganjar segudang penghargaan oleh pemerintah. Pengabdian 10 tahun, pengabdian 20 tahun, 30 tahun dan terakhir pengabdian 40 tahun pada bangsa dan negara telah diperolehnya. Lukman yang terbaik 5 besar nasional Lemhanas angkatan 12 (KSA-XII) tahun 2004 itu, kini menjabat Wakil Gubernur Sultra periode 2018-2023. Ia sermi menjabat Wagub ke-8 Provinsi Sultra usai dilantik 5 September 2018 lalu.
Di bawah kendalinya kala menjabat Sekda, Kemen-PAN memberi penilaian publik untuk Sultra, dengan nilai rata-rata di atas 80 atau masuk klasifikasi A. Nilai itu baik 10 poin di banding tahun sebelumnya, dimana Sultra masih berada di kategori klasifikasi B dengan nilai rata-rata 70. Tentu prestasi yang sangat membanggakan bagi Sultra.
Di bidang olahraga, suami dari Dra. Hj. Yati Lukman, M.Si itu, menjadi Ketua Umum KONI Sultra periode 2015-2019. Ketokohan kakek 9 cucu itu, membuatnya terpilih secara aklamasi memimpin KONI. Lukman pemegang sabuk hitam karate, menyandang gelar Dan IV Nasional Institut Karate Indonesia (Inkai).
Pernikahan Lukman dengan Yati Lukman dikaruniai lima orang anak, masing-masing bernama: Arniwaty Abunawas, Isnawaty Abunawas, Andry Abunawas, Ardiansyah, dan Fatimah Azzahra.
Sederet penghargaan diraih Lukman diantaranya, juara I penataran kewaspadaan tingkat nasional kerjasama Menpora, DPP KNPI dan Lemhanas (1998). Penghargaan manggala karya bidang kependudukan dan KB oleh Presiden RI Megawati (2003). Penghargaan upakarti bidang perindustrian oleh Wapres (2004). Penghargaan bidang ketahanan pangan oleh presiden (2005). Prasamya karya pembangunan bidang pertanian oleh presiden (2012), dan penghargaan kinerja Pemprov oleh Wapres (2014).
M NASIR IDRIS