Darurat di Sudan Barat, 73 Balita dan 22 Lansia Tewas Kelaparan di Kamp Pengungsi
Reporter
Senin, 29 September 2025 / 9:47 pm
Seorang wanita pengungsi dan sejumlah anak-anak duduk di dalam sebuah tenda yang terbuat dari kayu dan kain di Tawila, Darfur Utara, Sudan. Foto: Program Pangan Dunia PBB/Xinhua
KHARTOUM, TELISIK.ID - Di tengah kondisi keamanan yang terus memburuk, kabar memilukan datang dari wilayah barat Sudan. Selama empat puluh hari terakhir, setidaknya 95 orang meninggal dunia akibat kelaparan dan penyakit di kamp pengungsi Abu Shouk, El Fasher, Darfur Utara.
Para korban sebagian besar adalah anak-anak balita dan lansia yang tidak mampu bertahan dalam situasi darurat berkepanjangan.
Abu Shouk Camp Emergency Room, kelompok sukarelawan yang aktif di lokasi, menyebut bahwa dari jumlah korban tersebut, 73 di antaranya adalah anak balita dan 22 lainnya merupakan warga lanjut usia.
Dalam pernyataannya, kelompok itu menegaskan kondisi kamp semakin genting seiring terbatasnya akses pada makanan, air, serta layanan kesehatan.
Baca Juga: Unik: Gua Ajaib di China, Angin Kencang yang Menakjubkan Sepanjang Tahun
“Situasi keamanan dan kemanusiaan di El Fasher masih genting. Warga menghadapi kekurangan makanan, air, dan layanan kesehatan yang parah, terutama para pengungsi yang terputus dari bantuan dan layanan dasar,” demikian bunyi pernyataan kelompok relawan, Senin (29/9/2025).
Mereka juga memperingatkan adanya krisis kesehatan yang membayangi, dengan sejumlah jenazah yang belum dapat dikuburkan akibat kerawanan keamanan yang terus berlanjut.
Kelompok relawan lainnya, Coordination of Resistance Committees di El Fasher, mengonfirmasi laporan tersebut. Mereka menyebut angka kematian 95 orang sebagai bukti nyata penurunan drastis kondisi kemanusiaan di kota itu.
Kelompok tersebut juga melaporkan penembakan yang terus berlangsung, runtuhnya layanan dasar, serta penutupan sebagian besar dapur amal yang biasanya menjadi penopang kehidupan para pengungsi. Penutupan itu dipicu oleh kekurangan dana dan lonjakan harga kebutuhan pokok yang membuat operasional semakin sulit.
Sudan Doctors Network, sebuah lembaga swadaya masyarakat, juga melaporkan data serupa. Pada Kamis (25/9/2025), organisasi ini mencatat 23 kematian akibat malanutrisi yang menimpa anak-anak dan perempuan di El Fasher hanya dalam bulan ini.
Laporan sebelumnya pada Juli mencatat 239 anak meninggal sejak Januari karena kelangkaan makanan dan obat-obatan. “Data ini menunjukkan bagaimana krisis pangan dan kesehatan di El Fasher semakin tak terkendali,” ungkap kelompok tersebut.
Baca Juga: Era Baru Dimulai, Robot Humanoid Tempuh Pendidikan Mahasiswa Doktoral di Akademi Teater China
Kondisi ini tidak dapat dilepaskan dari bentrokan berkepanjangan yang melanda El Fasher sejak Mei 2024. Pertempuran sengit antara Angkatan Bersenjata Sudan (Sudanese Armed Forces/SAF) beserta sekutunya dengan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (Rapid Support Forces/RSF) semakin intensif dalam beberapa pekan terakhir.
Pertikaian kedua pihak itu bukan hanya menimbulkan jatuhnya korban jiwa di medan tempur, tetapi juga menghancurkan jaringan distribusi bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan para pengungsi.
Sejak konflik SAF dan RSF pecah pada April 2023, Sudan tercatat mengalami salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia. Puluhan ribu orang telah meninggal, sementara jutaan lainnya terusir dari tempat tinggal mereka. Kondisi di kamp Abu Shouk hanyalah gambaran kecil dari penderitaan yang meluas di berbagai daerah.
Para relawan mendesak organisasi internasional agar segera membuka koridor aman untuk menyalurkan bantuan serta memberikan perlindungan bagi warga sipil yang terjebak di tengah konflik. (SHN)
Penulis: Ahmad Jaelani
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS