Firasat Ini Sempat Dirasakan Ibu Korban Sebelum Anak Balitanya Ikut Terseret Banjir

Ayu Safitri

Reporter

Senin, 04 Maret 2024  /  6:32 pm

Balita berusia 2 tahun yang hilang terbawa arus banjir di Lorong Puao, Kelurahan Bende, Kecamatan Kadia, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), ditemukan meninggal dunia. Foto: Kolase

KENDARI, TELISIK.ID - Kabar tentang nasib malang yang menerpa Fani (2), balita yang hanyut terseret arus banjir masih menjadi perbincangan.

Belita tersebut diketahui meregang nyawa setelah terseret arus banjir karena hendak mengungsi di rumah ketua RT yang berada di Lorong Puou, Kec. Kadia, Kota Kendari, Senin (4/3/2024).

Diketahui, berdasarkan pengakuan Ibu RT setempat, Reni, orang tua Fani baru saja pindah dan tinggal di salah satu kost-kostan di wilayah tersebut sekitar satu bulan yang lalu.

Fani merupakan anak kedua dari dua orang bersaudara dari pasangan Sumardin dan Dea Deyanti Permata.

Sang suami, Sumardin merupakan salah seorang karyawan di salah satu perusahaan tambang yang berada di Morosi, namun terkadang menjadi Ojek Online (Maxim) untuk menambah penghasilan keluarganya, sedangkan Dea, sang istri, hanya merupakan Ibu Rumah Tangga biasa (IRT).

Baca Juga: Balita Korban Arus Banjir di Kendari Dievakuasi ke Rumah Duka

Reni mengatakan, berdasarkan pengakuan keluarga korban, ibunya merasa ada firasat aneh sebelum Fani ditemukan meninggal dunia, Senin (04/03/2024) sekitar pukul 2:30 Wita.

Menurut pengakuan keluarga korban, semasa hidup, Fani merupakan anak yang tidak sulit saat diberi makan dan juga periang, terlihat dari postur tubuh Fani yang gemuk dan berisi.

Namun pada Minggu (03/03/2024) sejak sore hari, Fani sudah tidak mau saat disuapi makan oleh sang ibu.

"Itu anak badannya bagus, gemuk. Usianya baru sekitar satu tahun tapi karena postur tubuhnya besar jadi dikira umur 2 tahun," kata dia saat diwawancarai via telepon, Senin (4/3/2024).

Lebih lanjut, Reni juga mengungkapkan, daerah tersebut merupakan salah satu daerah yang sudah menjadi langganan banjir sejak lama. Namun, setelah bertahun-tahun baru saja terjadi lagi banjir besar seperti yang terjadi baru-baru ini.

"Daerah kami itu ibaratnya tempat penampungan air dari lorong-lorong sebelah, misalnya dari Lippo, Maxcel, BTN dan sekitarnya. Itu bisa banjir karena pemerintah bikin drainase di pinggir jalan belum diteruskan sampai ke Kali Kadia. Akhirnya daerah kami yang ibaratnya jadi wajan untuk menampung semua debit air yang mengalir," keluh dia.

"Kami sudah dari beberapa tahun lalu itu Pak Harjuna Nadjib selaku Ketua RT sudah ajukan ke Musrembang, ajukan ke tata kota, ajukan ke dewan tapi tidak ada realisasi. Pak lurah, camat dan bahkan dari dinas tata kota tiap bulan datang cuma datang memantau tidak ada gerakan dan solusi untuk kami warga," tambahnya.

Reni juga mengungkapkan bahwa dirinya sebagai salah satu masyarakat yang juga ikut terdampak sampai saat ini masih menunggu adanya kesadaran dari pemerintah untuk memberikan solusi terkait hal ini.

Sementara itu, tetangga korban, Wulan, juga ikut menceritakan kronologis kejadian yang menimpa balita malang itu.

"Pas mulai naik air, itu anak dibawa ke rumahnya ibu RT keadaan sudah menggigil mungkin karena kedinginan, makanya mamanya sama ibu RT kasih minyak telon sama dibungkus handuk supaya hangat," ujarnya.

Baca Juga: Kronologis Balita di Kendari Terbawa Arus Banjir Ditemukan Meninggal Dunia

"Sementara suaminya saat itu, dia sibuk angkat-angkat barang sama bawakan selimut untuk istrinya. Rencananya katanya mereka tunggui ada keluarganya yang mau datang jemput mereka untuk mengungsi sementara," tambahnya.

Menurut Wulan, karena masih baru dengan lingkungan saat ini, minim pencahayaan di malam hari saat banjir tersebut, sehingga ibu korban tidak mengetahui atau melihat jika ada selokan tempatnya berpijak. Oleh karena itulah peristiwa naas tersebut tidak dapat terhindarkan.

Tetangga lain, yang tidak ingin diketahui identitasnya mengatakan, selama tinggal di daerah tersebut dirinya hanya bisa pasrah jika saatnya sudah masuk musim penghujan.

"Kalau sudah musim hujan, kita sudah siap-siap itu barang, yang rawan tekena air sudah kita letakkan di tempat yang tinggi, mau diapa sudah begini keadaan. Kami hanya berharap ada solusi dari pemerintah karena ini banjir sudah dari beberapa tahun yang lalu kasian," keluh dia.

Diketahui, jenazah Fani saat ini akan disemayamkan di tempat asal orang tuanya di wilayah Lalonggaso Meeto, Batu Gong. (A)

Penulis: Ayu Safitri

Editor: Fitrah Nugraha

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS