Haji Akbar 2025 Diklaim Lebih Istimewa dan Pahala 70 Kali Lipat, Simak Penjelasannya

Ahmad Jaelani

Reporter

Senin, 21 April 2025  /  1:15 pm

Haji 2025 diperkirakan bertepatan Jumat, berpotensi menjadi Haji Akbar. Foto: Repro Himpuhnews.

JAKARTA, TELISIK.ID - Pemerintah menyebut pelaksanaan ibadah haji tahun 2025 berpotensi menjadi Haji Akbar. Hal ini karena wukuf di Arafah diperkirakan jatuh pada hari Jumat. Menteri Agama menyampaikan bahwa momen ini memiliki keutamaan pahala yang lebih besar dibandingkan tahun-tahun biasa.

Menteri Agama Nasaruddin Umar mengatakan, tahun ini puncak ibadah haji di Arafah kemungkinan akan berlangsung pada Jumat, 9 Dzulhijjah 1446 H, atau bertepatan dengan 6 Juni 2025. Kondisi ini membuat ibadah haji tahun ini disebut sebagai Haji Akbar.

"Tahun ini, insyaallah adalah haji akbar. Pahalanya 70 kali lebih besar dari haji biasa," kata Nasaruddin saat membuka Manasik Haji Nasional 2025 di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, seperti dikutip dari situs resmi Kemenag, Senin (21/4/2025).

Nasaruddin mengajak para jamaah untuk menyambut Haji Akbar dengan persiapan yang baik dan niat yang ikhlas. Ia menjelaskan bahwa keutamaan haji tidak hanya diukur dari pelaksanaan di tanah suci, tetapi juga dari perilaku setelah kembali ke tanah air.

"Makbulnya haji ialah ketika seluruh rukun dan syarat dipenuhi, maka insya Allah hajinya makbul. Tapi yang kita inginkan lebih dari itu adalah mabrur. Haji mabrur itu tidak diukur pada saat pelaksanaan hajinya atau ketika kita masih di tanah suci, tapi diukur setelah kita pulang dari tanah suci," ucapnya.

Menurut Nasaruddin, tanda-tanda haji mabrur antara lain terlihat dari akhlak yang semakin baik, ibadah yang semakin rajin, serta meningkatnya kepedulian sosial. Ia menegaskan bahwa haji mabrur akan menghapus dosa-dosa dan menjadi sebab seseorang masuk surga.

Baca Juga: Jadwal Keberangkatan Haji 2025 Resmi Ditetapkan, 1 Mei Jemaah Masuk Asrama

"Haji mabrur itu insya Allah dalam hadis Bukhari Muslim tidak ada balasannya kecuali surga, hapus semua dosa-dosanya. Jadi nanti kita pulang dari tanah suci ke tanah air dalam keadaan bersih suci seperti bayi yang baru lahir," tuturnya.

Ia juga mengungkapkan bahwa Indonesia mendapatkan penghargaan rutin dari Pemerintah Arab Saudi atas penyelenggaraan ibadah haji yang dinilai baik. Meski Indonesia mengirim jamaah dalam jumlah terbanyak di dunia, tingkat pelanggaran dari jamaah asal Indonesia tergolong sangat rendah.

"Kita sangat bersyukur menjadi orang Indonesia. Setiap tahun kita mendapatkan penghargaan dari pemerintah Saudi. Seperlima jamaah haji di dunia adalah dari Indonesia, terbesar di dunia, tetapi tingkat pelanggaran yang paling sedikit adalah jamaah haji Indonesia," jelasnya.

Dalam urusan pelayanan, Nasaruddin menekankan pentingnya keadilan dan tanggung jawab. Ia meminta petugas haji untuk melayani semua jamaah tanpa membedakan kelompok atau latar belakang.

"Kami tidak akan berbeda-bedakan siapapun. Saya tekankan kepada seluruh petugas haji itu menjadi amanah, jangan memilih-milih jamaah untuk ditolong. Kalau kami mendengarkan ada semacam penelantaran jamaah karena bukan kelompoknya, bisa dipastikan tidak akan pernah dipakai lagi di kemudian hari," kata Nasaruddin.

Ia juga memotivasi petugas haji agar bekerja dengan maksimal karena tugas mereka sangat penting dalam kelancaran ibadah jamaah. Petugas yang bekerja tulus diyakini mendapatkan pahala lebih besar.

"Kalau jamaah haji dapat pahala 10, maka petugas haji ini bisa double. Sementara jamaah hajinya sudah istirahat tidur, tetapi para petugas masih berpanas-panasan untuk mengurus jamaah di tempat lain. Maksimumkan perjuangan pertolongan kepada para jamaah, maka insya Allah, Allah pun juga akan menolong kita," ujar Nasaruddin.

Nasaruddin menyampaikan permohonan maaf atas segala kekurangan yang mungkin terjadi selama pelaksanaan ibadah haji. Ia menyatakan bahwa Kementerian Agama sudah berupaya maksimal namun tetap memiliki keterbatasan sebagai manusia.

Baca Juga: Pelunasan Biaya Haji 2025 Reguler Tahap II Tembus 183 Ribu Orang, Ini Syarat dan Jadwal Keberangkatan

"Apapun yang terjadi dan kekurangan dalam pelaksanaan ibadah haji yang akan datang, tanggung jawabnya adalah saya. Kami sudah mengusahakan yang terbaik, tapi kemampuan kami hanya manusia biasa, bukan malaikat," kata Nasaruddin dengan rendah hati.

Untuk pelaksanaan ibadah haji tahun ini, Indonesia mendapat total kuota sebanyak 221.000 jamaah. Rinciannya adalah 201.063 jamaah reguler, 1.572 petugas haji daerah, 685 pembimbing dari Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (KBIHU), serta 17.680 jamaah haji khusus.

Masa operasional pemberangkatan dan pemulangan jamaah haji berlangsung selama 30 hari. Rata-rata jamaah haji Indonesia akan tinggal di Arab Saudi selama 41 hari. (C)

Penulis: Ahmad Jaelani

Editor: Kardin

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS