Hasil Penelitian: Bekerja dari Rumah Tingkatkan Kinerja Karyawan di Indonesia
Reporter
Senin, 30 November 2020 / 1:41 pm
KENDARI, TELISIK.ID - Pandemi COVID-19 telah mendesak semua pemerintah di seluruh dunia untuk mengeluarkan kebijakan yang berorientasi pada pembatasan jarak fisik berskala besar untuk meminimalkan penyebaran virus antar manusia.
Indonesia sebagai tempat tinggal bagi sekitar 136 juta pekerja, termasuk di dalam daftar negara yang terkena dampak, sehingga pemerintah Indonesia mau tidak mau, harus mengeluarkan kebijakan bekerja dari rumah.
Kebijakan tersebut menjadi kontroversial terutama karena beberapa industri masih kurang siap dengan digitalisasi dan oleh karena itu kekhawatiran besar muncul dari orang-orang yang mempertanyakan pengaruh kebijakan tersebut terhadap kinerja orang-orang yang bekerja di dalam perusahaan.
Donny Susilo, MBA dari Donny and Partners Consulting Indonesia dan peneliti bisnis dari Asia University, Taiwan melakukan penelitian untuk mengevaluasi pengaruh work from home (bekerja dari rumah) terhadap kinerja para pekerja di Indonesia.
Pengumpulan data diperoleh dari 330 responden yang merupakan pekerja terdampak pandemi di seluruh Indonesia, membuahkan hasil penelitian yang mengejutkan, ternyata ada ha-hal positif yang dirasakan pekerja saat bekerja dari rumah.
Baca juga: 15 Ciri-ciri Psikopat yang Perlu Diwaspadai
Ternyata dengan bekerja dari rumah, pekerja bisa merasakan kenikmatan, kepuasan kerja dan motivasi yang lebih besar yang cenderung meningkatkan prestasi kerja.
"Sehingga kebijakan tersebut tidak perlu dikhawatirkan," ujar Donny, Senin (30/11/2020).
Lebih lanjut Donny menjelaskan, pengguna internet aktif yang meningkat pesat di Indonesia memberikan kontribusi besar di dalam keberhasilan itu, saat ini lebih dari 190 juta orang di Indonesia telah menggunakan internet, angka tersebut juga meningkat pesat karena hanya itu pilihan yang aman bagi mereka untuk melakukan aktivitas sehari-hari selama pandemi.
Pekerja merasa lebih leluasa dan mandiri untuk mengatur lingkungan kerja mereka sendiri ketika mereka bekerja dari rumah, sehingga para pekerja dapat memperoleh pengalaman kerja yang lebih baik, yang tidak akan ditemukan di lingkungan kantor konvensional.
"Responden juga mengaku, walaupun terkadang aktivitas mereka terganggu oleh urusan keluarga, hal tersebut ditoleransi oleh pihak perusahaan dan mereka bersyukur bisa lebih sering bertemu dengan anggota keluarganya dibandingkan hari-hari biasanya sehingga family time mereka terasa lebih panjang," jelasnya.
Kata dia, pekerja merasa lebih puas dengan gaya bekerja dari rumah karena memungkinkan mereka untuk menghemat waktu dan biaya transportasi dalam melakukan pekerjaannya, menghilangkan risiko terkena COVID-19 yang mematikan dan karenanya menjadi nilai tambah bagi mereka.
Pada dasarnya mereka juga merasa bersyukur karena masih bisa memperoleh penghasilan untuk keluarganya sementara banyak pekerja lain yang tidak seberuntung mereka. Loyalitas perusahaan terhadap mereka, efisiensi kerja, kebebasan dan pendapatan menjadi faktor utama yang meningkatkan motivasi kerja mereka selama pandemi COVID-19.
Baca juga: Kendari Undercover: Penyesalan Wanita yang Termakan Rayuan Pacar hingga Lepas Keperawanan
Donny mengatakan, survei onlinenya telah berhasil dilakukan dengan random sampling dengan tingkat kepercayaan 95 persen dan margin of error sebesar 5 persen. Jika dilihat dari jenis kelaminnya, jumlah responden perempuan sebanyak 59,5 persen, dan responden laki-laki 40,5 persen. Dari segi usia, ada fakta menarik, lebih dari 50 persen dari total responden sebenarnya adalah pekerja muda.
"Mereka adalah milenial yang lahir di era internet. Mereka seharusnya berusia sekitar 25-40 tahun hari ini," bebernya.
Ia lantas mengatakan, sejauh ini kecepatan internet tidak menjadi masalah secara umum, membuktikan infrastruktur internet di Indonesia saat ini semakin membaik.
Digitalisasi industri pada akhirnya tidak bisa dihindari dan menjadi peluang besar untuk memulihkan kembali pertumbuhan ekonomi Indonesia pasca COVID-19. Ada kemungkinan besar, bekerja dari rumah bisa menjadi trend kerja baru setelah pandemi, namun meninggalkan isu baru e-waste, yaitu sampah elektronik seperti sisa-sisa barang elektronik seperti smartphone, laptop, TV dan lain sebagainya yang tidak terpakai lagi.
"Jika tidak diantisipasi dengan baik, e-waste sulit untuk didaur ulang sehingga tantangan dunia selanjutnya tampaknya adalah e-recycling, yaitu daur ulang untuk sampah elektronik, kata Donny dalam pernyataan," tutupnya. (C)
Reporter: Kardin
Editor: Haerani Hambali