Hu'u Sumanga, Tradisi Persembahan untuk Leluhur di Wakatobi

Wiwik Prihastiwi

Reporter

Jumat, 19 Mei 2023  /  12:11 am

Tradisi Hu' Sumanga dilakukan warga Pulau Binongko sebagai bentuk mengingat leluhur atau keluarga yang telah meninggal. Foto: Wiwik Prihastiwi/Telisik

WAKATOBI, TELISIK.ID - Salah satu tradisi yang masih terjaga di Kabupaten Wakatobi hingga sekarang yaitu Hu'u Sumanga. Hu'u Sumanga merupakan tradisi persembahan yang masih dilakukan oleh masyarakat Wakatobi sebagai bentuk menghormati leluhur atau keluarga yang telah meninggal.

Hu'u Sumanga biasanya dilakukan sebelum melaksanakan acara, seperti pernikahan, aqiqah, menyambut hari-hari besar Islam, syukuran ataupun acara-acara lainnya.

Sebelum melaksanakan acara, tuan rumah harus melakukan Hu'u Sumanga. Hu' u Sumanga merupakan sesajian yang dipersembahkan secara khusus untuk leluhur dan keluarga yang telah meninggal.

Salah seorang tokoh adat Pulau Binongko, Jaudin mengungkapkan, Hu'u Sumanga merupakan tradisi turun temurun yang sudah ada sejak dulu. Inti dilakukan Hu'u Sumanga yaitu mengingat leluhur dan keluarga yang telah meninggal. Karena diyakini, meskipun telah meninggal, namun mereka juga membutuhkan uluran tangan atau pun doa dari orang yang masih hidup.

Baca Juga: Haroana Dzulhijah, Tradisi Masyarakat Buton Sambut Idul Adha

"Biasanya dilakukan itu saat menjelang Maghrib. Karena diyakini keluarga yang telah meninggal datang pada saat itu," ungkapnya, Kamis (29/6/2023). Dia menambahkan, di Pulau Binongko ada beberapa warga yang tidak meyakini tradisi ini.

Hu'u Sumanga di setiap acara juga biasa diletakkan di perempatan jalan. Foto: Wiwik Prihastiwi/Telisik

 

Alasan lainnya tradisi Hu'u Sumanga masih dilakukan hingga sekarang yaitu untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Karena sebagai besar masyarakat di Wakatobi, khususnya di Pulau Binongko, masih mempercayai hal-hal gaib.

Baca Juga: Menyaksikan Keindahan Wisata Alam, Buatan, dan Budaya di Desa Barangka

Hu'u Sumanga di dalam rumah disajikan diatas loyang, berisikan berbagai menu yang dimasak saat itu. Foto: osc.medcom.id

 

"Di semua acara pasti ada Hu'u Sumanga. Salah satunya saat menyambut Idul Adha. Jadi semua menu lebaran yang dimasak hari itu, sebelum kita makan, harus lakukan Hu'u Sumanga terlebih dahulu. Baru kemudian diikuti haroa atau baca doa sambut Idul Adha," ujar Rahmawati, salah satu warga Binongko.

Ia melanjutkan, Hu'u Sumanga dilakukan supaya keluarga yang telah meninggal tidak marah karena merasa dilupakan saat membuat suatu acara. Ia menyebut, jika arwah keluarga merasakan hal tersebut, biasanya mereka akan merasuki keluarga atau orang lain yang masih hidup di dunia. Bahkan akan ada kejadian seperti barang yang tiba-tiba hilang.

"Pernah juga kejadian saat salah satu warga di Binongko membuat acara baca doa untuk menunaikan haji saat itu. Tapi karena saat melakukan Hu'u Sumanga tidak menyebut salah satu anggota keluarga yang telah meninggal, akhirnya arwah tersebut merasuki tubuh orang lain. Arwah tersebut merasa kecewa karena tidak disebut," ucap Ratna salah seorang warga Binongko yang masih melaksanakan tradisi ini. (A)

Penulis: Wiwik Prihastiwi

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS