Jadwal Puasa Ayyamul Bidh di Bulan Juli 2020, Ini Tata Caranya
Reporter
Sabtu, 04 Juli 2020 / 10:27 pm
KENDARI, TELISIK.ID - Puasa Ayyamul Bidh merupakan salah satu ibadah puasa sunah yang dapat dikerjakan Umat Islam.
Puasa ini dapat dilaksanakan secara rutin setiap bulan selama tiga hari pada pertengahan bulan Hijriah.
Puasa Ayyamul Bidh disunahkan untuk dikerjakan pada tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan yang ada di kalender tahun Hijriah, kecuali Ramadhan.
Dilansir dari tirto.id, berdasarkan kalender tahun 1441 Hijriah, jadwal puasa Ayyamul Bidh pada bulan Zulkaidah jatuh di tanggal 4, 5 dan 6 Juli 2020. Jadi puasa Ayyamul Bidh bisa dikerjakan mulai Sabtu tadi hingga dua hari ke depan.
Keutamaan mengerjakan Puasa Ayyamul Bidh pernah dijelaskan dalam sebuah hadist Rasulullah Muhammad SAW, yakni pahalanya sama dengan melakukan ibadah siam selama setahun penuh.
Dikutip dari artikel berjudul "Ini Asal-usul Puasa Hari-hari Putih (Ayyamul Bidh)?" yang dilansir di laman NU Online, dalam sebuah hadis disebutkan bahwa, "Sungguh, cukup bagimu berpuasa selama tiga hari dalam setiap bulan, sebab kamu akan menerima 10 kali lipat pada setiap kebaikan yang kau lakukan. Karena itu, puasa Ayyamul Bidh sama dengan berpuasa setahun penuh," [HR Bukhari-Muslim].
Dari keterangan hadis di atas, sangat jelas sekali jika Puasa Ayyamul Bidh ini disebutkan sebagai puasa sunah yang berpahala sama dengan berpuasa selama satu tahun penuh.
Baca juga: Tuntunan Islam dalam Menyikapi Musibah
Asal Usul Istilah Ayyamul Bidh
Terkait nama puasa ini, ada dua versi yang menyebutkan tentang asal usul Ayyamul Bidh. Dalam versi pertama, hal ini dikaitkan dengan kisah Nabi Adam AS pada saat diturunkan ke bumi untuk pertama kalinya.
Ketika itu, tubuh Nabi Adam terbakar karena panasnya matahari hingga membuat beliau menjadi hitam. Kemudian, Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Adam untuk menjalankan puasa pada saat Ayyamul Bidh atau hari-hari putih.
Nabi Adam AS pun melaksanakan puasa tersebut. Pada hari pertama, sepertiga tubuhnya menjadi putih. Begitu pula saat menjalankan puasa untuk hari kedua, sepertiga tubuh lainnya pun menjadi putih kembali. Hingga menyusul pada hari terakhir atau ketiga, sisa dari sepertiga badan lainnya juga tidak menghitam lagi.
Sementara pendapat versi kedua menyatakan, pada saat Ayyamul Bidh tersebut malam-malamnya menjadi sangat terang benderang karena terkena sinar bulan.
Bulan pun selalu menyinari bumi sejak matahari terbenam pada malam hari hingga terbit kembali untuk keesokan hari. Oleh karenanya, malam dan siang pada ketiga hari tersebut selalu menjadi putih atau nampak terang.
Tata cara puasa Ayyamul Bidh sama seperti puasa sunah lainnya, yaitu dengan terlebih dahulu berniat, tidak makan dan minum, juga menahan hawa nafsu dari terbitnya fajar hingga terbenamnya Matahari.
Namun, berkaitan dengan niat, semua puasa sunah berbeda dengan puasa wajib. Puasa yang dilakukan pada Ramadan harus disertai dengan niat sebelum melaksanakan puasa yaitu sebelum terbitnya fajar.
Sementara, niat seluruh puasa sunah dapat dicetuskan setiap saat setelah terbitnya fajar seseorang selama belum melakukan perkara yang membatalkan puasa pada hari tersebut, seperti makan dan minum. Hal ini juga berlaku untuk puasa Ayyamul Bidh.
Bacaan niat, arti, hukum, dan keutamaannya niat puasa sendiri dapat diucapkan dalam hati atau dilafalkan, baik dengan bahasa Indonesia atau Arab.
Dalam bahasa Arab, lafal niat puasa ayyamul bidh yaitu, "Nawaitu shouma ghadin ayyamal bidhi sunnatan lillahi ta’ala (Saya niat berpuasa besok pada ayyamul bidh sunah karena Allah Ta’ala)."
Sementara itu, jika niat diucapkan pada saat sudah terbitnya fajar, bacaannya adalah "Nawaitu sauma ayyami bidh sunnatan lillahi ta’ala (Saya berniat puasa ayyamul bidh, sunh karena Allah ta’ala)."
Reporter: Fitrah Nugraha
Editor: Kardin