Keutamaan dan Amalan Sunnah di Bulan Muharram

Haerani Hambali

Reporter

Minggu, 14 Juli 2024  /  8:06 am

Disunnahkan banyak beristighfar selama bulan Muharram. Foto: Repro muslim.okezone.com

KENDARI, TELISIK.ID - Muharam merupakan bulan pertama pada kalender Hijriyah, merupakan salah satu bulan mulia selain bulan Dzulqaidah, Dzulhijjah, dan Rajab. Hal ini, dikarenakan bulan Muharam berkaitan dengan peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari kota Mekah ke Madinah pada 622 Masehi, yang menjadi awal mula ditetapkannya 1 Muharam.

Dikutip dari Baznas.go.id, kemuliaan bulan Muharam tercantum dalam Al-Qur'an Surat At-Taubah, ayat 36.

Artinya:

"Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Janganlah kamu menganiaya dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa," (QS. At-Taubah :36).

Terdapat beberapa keutamaan bulan Muharam, sebagai berikut:

1. Menghapus dosa setahun lalu dengan puasa Asyura

Puasa sunnah di bulan Muharam sangat dianjurkan, sebagaimana Nabi Muhammad SAW bersabda, "Puasa yang paling utama setelah Ramadan adalah puasa bulan Muharam dan salat yang paling utama setelah salat fardhu adalah salat malam," (HR Muslim).

Berdasarkan hadis di atas, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak puasa pada bulan mulia ini, terutama pada hari ke-10 yang disebut dengan puasa Asyura. Puasa di hari Asyura dapat menghapus dosa satu tahun yang lalu, sebagaimana disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan Abu Qatadah r.a.

Rasulullah SAW. pernah ditanya tentang keutamaan puasa hari Asyura, lalu beliau menjawab, "Puasa Asyura melebur dosa setahun yang telah lewat," (H.R. Muslim).

Selain puasa 10 Muharam, umat Islam juga dianjurkan berpuasa pada tanggal 9 Muharam (puasa tasu’a) dan 11 Muharam. Inilah yang membedakan umat Islam dengan umat Yahudi, yang mana mereka hanya berpuasa di hari Asyura.

2. Dilapangkan rezeki bagi yang menafkahi keluarga

Selain berpuasa Asyura, amalan sunnah yang dapat dilakukan oleh kaum muslimin pada tanggal 10 Muharam ialah menafkahi atau menambah uang belanja untuk keluarga. Habib Muhammad bin Farid al-Mutohhar menyampaikan bahwa amalan kebaikan tersebut merupakan salah satu ajaran Nabi.

Baca Juga: Penghalang Seorang Hamba dengan Allah Taala

Momentum ini dapat dimanfaatkan bagi para kaum muslimin yang memberi kelapangan untuk keluarganya di hari Asyura, maka insyaAllah rezekinya akan dilapangkan oleh Allah. Di samping itu, umat Islam juga dianjurkan untuk bersilaturahmi, menjenguk orang sakit, mengusap kepala anak yatim, bersedekah, memotong kuku, memakai celak dan melakukan berbagai amalan baik lainnya di tanggal 10 Muharam.

3. Terjadinya peristiwa-peristiwa agung

Bulan Muharram dianggap mulia terutama pada hari Asyura dikarenakan banyak peristiwa agung bagi para nabi yang terjadi pada bulan tersebut. Beberapa di antaranya ialah:

- Diterimanya taubat Nabi Adam as setelah sebelumnya dikeluarkan dari surga

- Diselamatkannya Nabi Nuh as dan kaumnya dari kapal setelah banjir bandang

- Diselamatkannya Nabi Ibrahim as dari Raja Namrud yang membakar tubuhnya

- Dibelahnya laut merah untuk Nabi Musa as dan Bani Israil, serta ditenggelamkannya raja Fir’aun dalam lautan

- Dikeluarkannya Nabi Yunus as dari perut ikan nun (ikan paus yang sangat besar)

- Disembuhkannya Nabi Ayyub as atas penyakitnya yang menjijikan

- Diampuninya Nabi Muhammad SAW dari kesalahan yang telah lewat dan yang akan datang.

Amalan di Bulan Muharram

Dilansir dari NU Online, para ulama sudah mengklasifikasikan jenis amalan yang hendaknya diperbanyak selama bulan Muharram yaitu:

1. Melakukan shalat

2. Berpuasa

3. Menyambung silaturahim

4. Bersedekah

5. Mandi

6. Memakai celak mata

7. Berziarah kepada ulama (baik yang hidup maupun yang meninggal)

8. Menjenguk orang sakit

9. Menambah nafkah keluarga

10. Memotong kuku

11. Mengusap kepala anak yatim

12. Membaca Surat al-Ikhlas sebanyak 1000 kali.

Untuk mempermudah ingatan, sebagian ulama mengawetkannya dalam bentuk nadham, sebagaimana yang dilakukan Syekh Abdul Hamid dalam kitabnya Kanzun Naja was Surur Fi Ad’iyyati Tasyrahus Shudur.

Artinya: Ada sepuluh amalan di dalam bulan ‘asyura, yang ditambah lagi dua amalan lebih sempurna. Puasalah, salatlah, sambung silaturahmi, ziarah orang alim, menjenguk orang sakit, dan memakai celak mata. Usaplah kepala anak yatim, bersedekah, dan mandi, menambah nafkah keluarga, memotong kuku, membaca surat al-Ikhlas 1000 kali.

Kedua amalan ini hendaknya diperbanyak selama bulan Muharram, mengingat keutamaan yang terdapat di dalamnya. 

Baca Juga: Yuk Ditiru, Gaya Hidup Sehat ala Rasulullah

Ada banyak dari umat-umat terdahulu yang diterima taubat mereka pada hari Asyura. Maka dari itu, para ulama menganjurkan untuk memperbanyak zikir dan istighfar pada hari Asyura dan bulan Muharram.

Di antaranya seperti yang dianjurkan oleh Imam Al-Ajhuri, beliau mengatakan: Barang siapa yang membaca pada hari Asyura: "Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung dan penolong" sebanyak 70 kali, niscaya Allah akan menjaganya dari keburukan tahun tersebut.

Rasulullah SAW sendiri yang dosa-dosanya telah diampuni oleh Allah SWT tak kurang dari 70 kali beliau meminta ampun kepada Allah setiap harinya, seperti yang diriwayatkan Imam al-Bukhari. 

Maka, apakah pantas umatnya yang selalu bergelimang dengan dosa ini tidak meminta ampun kepada Allah setiap harinya? Maka hari Asyura adalah kesempatan emas bagi umatnya untuk memperbanyak zikir dan istighfar kepada Allah SWT.

Sesungguhnya ada banyak faedah bagi orang yang senantiasa meminta ampun kepada Allah SWT. Di antaranya, sebagaimana yang telah disebutkan dalam sebuah hadis. 

Diriwayatkan oleh sahabat Abdullah bin Abbas ra, Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa yang senantiasa beristighfar (meminta ampun kepada Allah), Allah menjadikan setiap kesusahan baginya jalan keluar, setiap kegalauan kelapangan, dan dia diberikan rezeki yang tidak dia sangka-sangka (HR Abu Dawud). (C)

Penulis: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS