Kisah Agen Koran yang Bertahan Hidup di Tengah Pesatnya Teknologi Informasi
Redaktur Media Sosial
Kamis, 03 Desember 2020 / 4:19 pm
KENDARI, TELISIK.ID - Kehadiran teknologi yang begitu pesat banyak mengubah perilaku masyarakat, khususnya dari sisi gaya hidup.
Perubahan yang diakibatkan oleh teknologi ini sangat nampak terlihat pada penyebaran informasi atau pemberitaan yang ingin dicari masyarakat.
Jika dulu harus menunggu koran beredar untuk mendapatkan informasi dan berita, kini masyarakat tidak lagi banyak bergantung pada koran. Mengingat, informasi saat ini sangat mudah didapatkan melalui peran teknologi lewat platform media online yang bisa diakses di manapun dan kapan saja.
Roda kemajuan zaman tak bisa dibendung. Saat ini, kebanyakan pembaca koran beralih ke media online untuk memenuhi kebutuhan informasinya. Hal itu juga, turut mempengaruhi penjaja koran.
Bagaimana tidak, sekitar sepuluh tahun terkahir jika pagi hari masih banyak ditemui para penjual koran di pinggir jalan, tetapi saat ini seolah semuanya telah punah seiring pesatnya perkembangan teknologi yang dimanfaatkan sebagai orang untuk membuat media massa secara online.
Alhasil, media online seakan telah menggeser masa keemasan para penjual dan agen koran, seperti yang dialami Bapak La Ndiru, salah seorang agen koran di Kota Kendari yang masih bertahan hingga saat ini.
Baca juga: Kisah Wanita Penjual Bensin, Sang Tulang Punggung Keluarga
Bagi masyarakat Kota Kendari, khususnya para penikmat koran mungkin tidak asing lagi dengan Bapak satu ini. La Ndiru, pelapak koran yang ada di sekitaran jalan Sao-Sao, tepatnya di depan Kantor Pajak Kota Kendari.
Menurut La Ndiru, kondisi saat ini jauh berbeda dibandingkan lima atau 10 tahun lalu. Ketika itu, dia mengaku bisa menjual 150 hingga 200 eksemplar koran dalam waktu sehari.
"Kalau dulu saya datang harus pagi sekali, karena orang menunggu berita di koran. Apalagi kalau ada pengumuman, itu mi yang paling enak kita menjual," katanya kepada Telisik.id sembari asik menjajakan korannya, Rabu (3/12/2020).
Saat itu, tambah dia, selain bisa menjual ratusan koran dalam sehari, permintaan dari teman-temannya yang ikut jadi pengecer koran keliling pun banyak. Mereka bisa membawa 50 hingga 100 koran dari lapaknya.
“Sekarang teman-teman pengecer itu beralih mi cari kerjaan lain, karena susah mi pembeli koran, sedangkan saya sendiri saja susah jualnya. Pembaca sekarang sudah kebanyakkan lihat di hp, pake online mi atau facebookan,” ujar La Ndiru.
Lebih lanjut, dia mengakui, saat ini menjual 50 eksemplar koran sehari pun susahnya bukan main. Dari hitungannya, dia menaksir penghasilannya turun hingga 80 persen selama lima tahun terakhir.
Melihat kondisi tersebut, dirinya pun sudah meramalkan nasibnya sendiri sebagai agen koran.
“Paling lama tiga atau lima tahun lagi saya bertahan. Setelah itu saya ndak taumi,” imbuhnya.
Baca juga: Tidak Dihiraukan Anaknya, Kakek Renta Ini Hidup dari Bantuan Tetangga
Saat ini dia masih bertahan tetap jualan koran, meskipun omsetnya tak seperti dulu. Dia mengaku dari hasil menjajakan korannya saat ini masih cukup untuk makan sehari-harinya.
"Kalau ndak ada koran saya mau jual, apa mi lagi saya mau hasilkan uang kasian," ucapnya sambil sesekali menata-nata korannya.
Meski demikian, dirinya menyakini bahwa walaupun sekarang sudah ada media online, tetapi akan masih ada orang yang senang baca berita di koran. Karena tidak semua orang bisa berlama-lama baca berita di smartphone.
"Ada mi saya punya pelanggan tetap, sekira 20 sampai 25 eksemplar perhari, tapi itupun sudah tidak rutin mi, ya, rata-rata orang tua mi, karena mereka tidak kuat mi baca berita di hp," ungkapnya.
Terlebih saat awal-awal ada pandemi COVID-19, La Ndiru mengaku tak bisa berbuat banyak. Jangankan mau membuka lapaknya, untuk keluar rumah saja berfikir sweping satpol PP, karena saat itu orang pun dihimbau untuk lebih baik di rumah saja.
Kini dirinya berharap, pemerintah bisa memperhatikan nasibnya, setidaknya memberi peluang untuk buka usaha baru. (B)
Reporter: Ahmad Sunarto
Editor: Fitrah Nugraha