Langgar Kidul Kauman Yogyakarta, Seolah Menyusuri Lorong Waktu

Affan Safani Adham

Reporter Yogyakarta

Jumat, 19 Juni 2020  /  1:45 pm

Langgar Kidul KH Ahmad Dahlan, yang merupakan bangunan peninggalan KH Ahmad Dahlan. Foto: Affan Safani Adham/Telisik

YOGYAKARTA, TELISIK.ID - Sebagai salah satu kampung kuno di kota Yogyakarta, Kauman memang banyak menyimpan bangunan lawas. Juga rumah-rumah berarsitektur tempo dulu.

Di antara bangunan itu, ada lorong-lorong kecil mirip labirin yang menghubungkan gang-gang kecil. Dan berjalan di kampung Kauman, kita seolah menyusuri lorong waktu masa lalu.

Tak terkecuali Langgar Kidul KH Ahmad Dahlan, yang merupakan bangunan peninggalan dari salah seorang pahlawan nasional yang bernama KH Ahmad Dahlan, yang lahir pada 1 Agustus 1868 dengan nama kecil Muhammad Darwis.

Ia putera KH Abu Bakar, seorang ulama terkemuka di Masjid Kasultanan Yogyakarta. Sementara ibunya, puteri dari Haji Ibrahim, penghulu kasultanan.

Tak banyak memang yang paham peninggalan sejarah di Kauman. Mungkin, kebanyakan hanya mengetahui dari wacana tulisan buku kesejarahan yang imajinatif. Salah satunya adalah istilah Langgar Kidul di Kauman, Gondomanan, Yogyakarta.

Meski cukup banyak literatur online berkaitan historitas Langgar Kidul sebagai tonggak awal perjalanan KH Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah, realitanya cukup banyak pula pihak yang tak paham betul istilah tersebut.

Kauman memang salah satu kampung yang kecil di kota Yogyakarta. Namun kampung Kauman ini memiliki budaya yang sangat kental dan kuat. Salah satunya adalah budaya membangun langgar atau mushala. Budaya membangun langgar ini hanya dilakukan oleh seseorang yang memiliki ilmu agama tinggi dan ditinggikan oleh masyarakat. Seperti halnya kiai, khatib Amin, penghulu Keraton, dan orang-orang berkasta sosial tinggi. Sehingga, setiap kiai di Kauman pasti memiliki langgar sendiri.

Baca juga: Tolak TKA China, Anggota DPR RI Minta Tenaga Lokal Diprioritaskan

Kampung Kauman ini memiliki 10 langgar, yang selalu berada terpisah dengan rumah pemiliknya. Namun juga tidak jauh dari rumah pemiliknya. Seperti halnya kalau di zaman sekarang orang-orang memiliki mushala di dalam rumah. Namun, langgar di Kauman tidak mengumandangkan adzan. “Karena pada dasarnya adzan di Kauman terpusat pada Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta,” jelas Widyastuti, cicit KH Ahmad Dahlan, Jumat (19/6/2020).

Pada zaman dahulu, Langgar Kidul KH Ahmad Dahlan digunakan oleh KH Ahmad Dahlan untuk menjalankan ibadah salat bersama keluarga, berdakwah, dan mengajari penduduk sekitar untuk mengaji.

Para ulama di kampung ini, pada masa itu umumnya memiliki langgar sendiri. Dan menjadi tempat mengaji bagi muridnya yang terdiri dari abdi dalem keraton dan buruh-buruh pabrik batik.

Bangunan dua lantai itu tersembunyi di balik pertokoan Jalan Gerjen atau Jalan Nyai Ahmad Dahlan Yogyakarta. Berada di tengah pemukiman padat kampung Kauman, dari jalan utama hanya ada gang sempit selebar satu meter untuk mencapainya.

Langgar Kidul saat ini juga menerima pengunjung yang datang. Pada hari-hari tertentu serombongan wisatawan datang ke tempat ini. Juga anak sekolah dari seluruh Indonesia.

Baca juga: Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, Simbol Harmonisasi Kebudayaan

Langgar Kidul bukan sembarang mushala. Pada masa lalu, dari langgar inilah lahir Muhammadiyah, organisasi massa (ormas) Islam terbesar di Indonesia selain Nahdlatul Ulama (NU). Organisasi Muhammadiyah ini didirikan oleh KH Ahmad Dahlan di Kampung Kauman pada 18 November 1912.

Langgar Kidul dulu adalah tempat beribadah keluarga KH Ahmad Dahlan. Letaknya berada di dekat rumah keluarga. Rumahnya  di utara langgar dengan atap menyentuh dinding bangunan. Langgar yang biasa disebut mushala adalah tempat salat keluarga. Bangunan ini lazim terpisah dari rumah utama dan berukuran lebih kecil dibanding masjid.

Langgar Kidul KH Ahmad Dahlan ini sebenarnya diaktifkan oleh murid-muridnya sendiri. Kemudian, saat isterinya Nyai Ahmad Dahlan (Siti Walidah) sudah mulai bisa mengajar, langgar tersebut digunakan sebagai tempat belajar anak-anak perempuan.

Ketika saat itu anak perempuan semakin banyak yang ikut belajar mengaji di langgar, maka melebarlah hingga teras rumahnya.

Meski sekilas tampak sederhana, isi atau arsitektur bangunan Langgar Kidul KH Ahmad Dahlan memiliki nilai historis yang cukup tinggi.

Reporter: Affan Safani Adham

Editor: Haerani Hambali