Neraca Perdagangan Indonesia pada Agustus Alami Surplus USD 2,3 Miliar
Reporter Jakarta
Kamis, 17 September 2020 / 9:22 pm
JAKARTA, TELISIK.ID - Neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2020 mengalami surplus USD 2,3 miliar yang merupakan capaian tertinggi ketiga sepanjang tahun 2020.
Setelah sebelumnya surplus perdagangan pada Juli tercatat sebesar USD 3,2 miliar dan Februari sebesar USD 2,5 miliar.
“Neraca perdagangan Agustus 2020 surplus sebesar USD 2,3 miliar. Melemahnya permintaan global menekan kinerja ekspor Agustus 2020," ungkap Menteri Perdagangan (Mendag), Agus Suparmanto di Jakarta, Kamis (17/9/2020).
Namun kata Agus, penurunan nilai ekspor yang terjadi relatif rendah dibandingkan penurunan volumenya yang mengindikasikan kinerja ekspor Indonesia masih tertolong dengan harga komoditas global yang relatif baik.
Selain itu, surplus neraca perdagangan ini turut membantu pergerakan rupiah ke level yang positif.
Menurutnya, neraca perdagangan Agustus 2020 menjadi penopang peningkatan nilai neraca kumulatif periode Januari-Agustus 2020 yang mencapai USD 11,1 miliar.
Nilai neraca periode Januari-Agustus 2020 hampir menyamai nilai neraca perdagangan Indonesia untuk keseluruhan tahun 2017, yaitu sebesar USD 11,8 miliar yang merupakan raihan tertinggi neraca perdagangan Indonesia sejak 2012.
Baca juga: Menprin Usul Pajak Nol Persen Industri Otomotif, Komisi XI DPR Tak Setuju
“Kesemuanya ini mengindikasikan kinerja perdagangan Indonesia masih dalam jalur yang benar mendukung perbaikan kinerja ekonomi nasional di tengah ketidakpastian perekonomian global akibat pandemi COVID-19,” kata Mendag.
Dituturkan, nilai ekspor Indonesia pada Agustus 2020 yaitu tercatat sebesar USD 13,1 miliar atau mengalami penurunan 4,6 persen dibandingkan bulan sebelumnya (MoM). Penurunan ini terutama terjadi pada ekspor nonmigas, yaitu sebesar 4,4 persen atau senilai USD 0,6 miliar.
Ia menjelaskan, penurunan ekspor nonmigas Agustus 2020 dipicu oleh menurunnya ekspor beberapa komoditas utama Indonesia, seperti lemak dan minyak hewan/nabati, bahan bakar mineral dan logam mulia, perhiasan/permata.
Penurunan nilai ekspor bahan bakar mineral disebabkan adanya penurunan harga batu bara. Sedangkan, penurunan produk lemak dan minyak hewan/nabati dikarenakan adanya penurunan permintaan impor di Tiongkong yang merupakan negara tujuan ekspor produk Crude Palm Oil (CPO) Indonesia.
Sementara itu, beberapa produk ekspor nonmigas justru mengalami pertumbuhan bulanan yang signifikan, yaitu bijih, terak dan abu logam (HS 26), barang dari besi dan baja (HS 73) serta kendaraan dan bagiannya (HS 87).
Peningkatan nilai ekspor bijih, terak dan abu logam (26), terutama dipicu oleh lonjakan ekspor biji tembaga dan konsentratnya sebesar 74,92 persen.
“Ekspor bijih, terak dan abu logam (HS 26) paling banyak ditujukan ke Tiongkok. Berdasarkan negara tujuan, ekspor nonmigas ke Inggris, Vietnam, Taiwan, Italia dan Thailand juga naik secara signifikan. Optimisme dan sentimen positif dari sisi konsumen dan pelaku usaha di beberapa negara tersebut mendorong adanya peningkatan aktivitas bisnis,” terangnya.
Reporter: Marwan Azis
Editor: Kardin