Pembangunan Perumahan di Kendari Abaikan Dampak Lingkungan, Masyarakat Keluhkan Banjir

Thamrin Dalby

Reporter

Senin, 14 Oktober 2024  /  1:39 pm

Massa mendesak Pemkot Kendari bersikap tegas terhadap pengembang yang mengabaikan dampak lingkungan. Foto: Thamrin Dalby/Telisik

KENDARI, TELISIK.ID - Maraknya pembangunan perumahan di Kota Kendari memicu protes keras dari masyarakat. Mereka menilai pembangunan perumahan mengabaikan dampak lingkungan, dan mengakibatkan banjir yang meresahkan warga.

Salah satu kawasan yang terdampak parah adalah wilayah Hombis dan Pasar Panjang, dimana banjir mencapai dada orang dewasa, membuat aktivitas warga lumpuh dan rumah-rumah tergenang air.

Yongki Ardiansyah, perwakilan dari Konsorsium Pemuda Sulawesi Tenggara, menyatakan bahwa sejak maraknya pembangunan perumahan di Kendari, banjir menjadi permasalahan serius bagi masyarakat. Selain genangan air, banjir juga membawa tumpukan sampah yang bercampur lumpur, berserakan di jalanan dan masuk ke rumah-rumah warga.

Kondisi ini diperparah oleh minimnya perhatian dari pihak pengembang yang tidak memperhitungkan dampak lingkungan dalam proses pembangunan.

"Setelah hujan deras beberapa hari belakangan ini, sangat banyak warga yang terdampak. Khususnya di wilayah Hombis dan Pasar Panjang," ungkap Yongki kepada telisik.id, Senin (14/10/2024).

Ia menegaskan bahwa banjir yang terjadi di wilayah tersebut adalah dampak langsung dari pembangunan perumahan yang dilakukan secara sembrono.

"Semua itu dampak dari pembangunan perumahan yang asal-asalan," tambahnya.

Baca Juga: Wali Kota Kendari Terpilih Diharapkan Tingkatkan Penerangan dan Tanggap Atasi Banjir

Menurut Yongki, salah satu pengembang bahkan mengakui bahwa mereka membangun perumahan tanpa memperhatikan dampak lingkungan.

"Bahkan ada pengembang yang menyampaikan ke kami, mereka membangun tanpa memperhatikan dampak kelingkungan," jelasnya.

Sebelum adanya perumahan di daerah tersebut, kawasan Hombis tidak pernah mengalami banjir.

Menanggapi kondisi ini, Konsorsium Aktivis Muda Indonesia (KAMI) Sultra dan Aliansi Pemuda Sultra pun melakukan aksi unjuk rasa di kantor Wali Kota Kendari.

Mereka menuntut ketegasan dari Pemerintah Kota (Pemkot) Kendari dalam menindak para pengembang yang dinilai abai terhadap dampak lingkungan. Aksi ini juga didasari oleh keprihatinan terhadap semakin seringnya banjir melanda Kendari, terutama saat musim penghujan tiba.

Andri Togala, jenderal aksi, menyebutkan bahwa banjir yang terjadi beberapa waktu lalu hampir melumpuhkan Kota Kendari. Banyak wilayah terendam air, dan aktivitas warga menjadi terganggu. Ia menyatakan bahwa aksi ini dilakukan untuk mendesak Pemkot Kendari, khususnya Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), agar menghentikan pembangunan perumahan yang dianggap dilakukan secara sembarangan.

"Langkah ini kita ambil sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat Kota Kendari, apalagi di musim penghujan, kita semua merasakan dampaknya, termasuk saya juga menjadi korban banjir," kata Andri.

Baca Juga: Baru Setahun Digunakan Puskesmas di Kolaka Utara Sudah Kebanjiran, Toilet hingga Ruang Perawatan Tak Layak

Ia menambahkan, pembangunan perumahan yang tidak memperhatikan kondisi lingkungan sekitar menjadi salah satu penyebab utama terjadinya banjir di Kendari.

Lebih lanjut, Andri mengungkapkan bahwa lahan-lahan yang sebelumnya berupa bukit dan rawa, kini diratakan untuk pembangunan perumahan tanpa memperhatikan keseimbangan lingkungan.

"Kita bisa lihat bersama kemarin, salah satu penyebab banjir karena pembangunan perumahan yang tidak memperhatikan lingkungan sekitar. Belum lagi pembukaan lahan baru tanah kaplingan, yang mengubah bentuk alam dan lingkungan yang tadinya bukit dan pohon-pohon dikasih rata semua, rawa-rawa ditimbun, tetapi tidak memperhatikan lingkungan sekitar," jelasnya.

Merespons aksi ini, Ajis, perwakilan dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Kendari, menyatakan bahwa pihaknya akan memediasi dan mempertemukan massa aksi dengan pihak Dinas Lingkungan Hidup Kota Kendari (DLHK). (A)

Penulis: Thamrin Dhalby

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS