Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara Alami Kenaikan 5,65 Persen
Reporter
Selasa, 07 Mei 2024 / 1:38 pm
KENDARI, TELISIK.ID - Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Tenggara menyampaikan rilis mengenai pertumbuhan ekonomi 2024, keadaan ketenaga kerjaan 2024, dan indeks ketimpangan gender 2023 Provinsi Sulawesi Tenggara.
Rilis resmi berita statistik disampaikan di ruang vicon Kantor BPS Sulawesi Tenggara, dihadiri oleh Sekretaris Daerah Sulawesi Tenggara, Asrun Lio diwakili Asisten II Administrasi Perekonomian dan Pembangunan Yuni Nurmala Wati, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Sulawesi Tenggara, Senin (6/4/2024).
Asrun Lio diwakili Asisten II Administrasi Perekonomian dan Pembangunan Yuni Nurmalawati mengatakan adanya rilis BPS dapat mengevaluasi dan perencanaan kinerja untuk ekonomi Sulawesi Tenggara yang lebih baik.
Ia mengatakan, saat ini perekonomian Sulawesi Tenggara tengah bangkit dengan adanya kerja sama yang terbangun dari semua elemen masyarakat yang ada, dengan terus berupaya melakukan usaha untuk menjaga stabilitas ekonomi.
"Alhamdulilah berbagai upaya dalam meningkatkan ekonomi menghasilkan capaian yang sangat baik," kata Yuni Nurmalawati.
Kemudian Kepala BPS Sulawesi Tenggara, Agnes Widiastuti secara rinci menyampaikan terkait pertumbuhan ekonomi 2024, keadaan ketenaga kerjaan 2024, dan indeks ketimpangan gender 2023.
Agnes memulai dengan perekonomian Sulawesi Tenggara berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku triwulan I-2024 mencapai Rp 44,44 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 26,94 triliun.
Baca Juga: Pemkab Kolaka Utara Klaim Pertumbuhan Ekonomi Meningkat, Angka Kemiskinan Menurun
"Ekonomi Sulawesi Tenggara triwulan I-2024 terhadap triwulan I-2023 mengalami pertumbuhan sebesar 5,65 persen (y-on-y). Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Industri Pengolahan mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 21,72 persen," kata Agnes.
Dari sisi pengeluaran, Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 19,37 persen.
Ekonomi Sulawesi Tenggara triwulan I-2024 terhadap triwulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 7,08 persen (q-to-q). Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Konstruksi mengalami kontraksi terdalam sebesar 28,69 persen.
Sementara dari sisi pengeluaran, kontraksi terdalam terjadi pada Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah sebesar 24,07 persen.
Dari sisi produksi, lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi paling dominan terhadap PDRB Sulawesi Tenggara sebesar 23,79 persen.
Sedangkan dari sisi pengeluaran, kontribusi paling dominan terjadi pada Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 47,45 persen.
Kemudian untuk jumlah angkatan kerja pada Februari 2024 sebanyak 1.400,05 ribu orang, naik 68,69 ribu orang dibanding Februari 2023. Sejalan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan kerja (TPAK) juga mengalami kenaikan sebesar 2,09 persen poin.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Februari 2024 sebesar 3,22 persen, turun 0,44 persen poin terhadap Februari 2023 atau turun 0,64 persen poin dibandingkan dengan Februari 2022.
Penduduk yang bekerja sebanyak 1.355,01 ribu orang, meningkat sebanyak 72,38 ribu orang dari Februari 2023 atau meningkat sebanyak 123,10 ribu orang dari Februari 2022.
Lapangan pekerjaan yang mengalami peningkatan terbesar dari Februari 2023 adalah kategori Pertanian, Kehutanan, & Perikanan (2,31 persen poin).
lapangan pekerjaan yang mengalami penurunan terbesar yaitu Industri Pengolahan (2,34 persen poin).
Sebanyak 887,72 ribu orang (65,51 persen) bekerja pada kegiatan informal, naik 2,64 persen poin dari Februari 2023.
Baca Juga: Pemkab Konawe Terus Tingkatkan Pertumbuhan Ekonomi dan SDM
Pekerja tidak penuh mengalami kenaikan dibandingkan Februari 2023, dimana setengah penganggur naik sebesar 1,08 persen poin dan persentase pekerja paruh waktu naik sebesar 3,06 persen poin.
Indeks Ketimpangan Gender (IKG) di Sulawesi Tenggara tahun 2023 sebesar 0,491, naik 0,001 poin dibandingkan tahun 2022 yang sebesar 0,490.2.
Kesetaraan gender sedikit naik ditandai dengan meningkatnya Indeks Ketimpangan Gender (IKG) yang terutama dipengaruhi oleh penurunan dimensi kesehatan reproduksi dan dimensi pemberdayaan.
Penurunan dimensi kesehatan reproduksi dipengaruhi oleh naiknya indikator proporsi perempuan pernah kawin umur 15-49 tahun yang saat melahirkan anak lahir hidup pertama terakhir kurang dari 2 tahun tidak di fasilitas kesehatan yang naik dari 17,2 persen tahun 2022 menjadi 17,6 persen pada tahun 2023.
Penurunan dimensi pemberdayaan dipengaruhi oleh persentase penduduk perempuan 25 tahun ke atas dengan pendidikan minimal SMA yang turun dari 38,11 persen pada tahun 2022 menjadi 37,90 persen pada tahun 2023. (B-Adv)
Penulis: Erni Yanti
Editor: Haerani Hambali
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS