Suhu Panas di Indonesia Terjadi Akhir-akhir Ini, Ilmuwan Ungkap Alasannya

Fitrah Nugraha

Reporter

Selasa, 10 Mei 2022  /  4:21 pm

Berjemur di tengah terik matahari yang kini sedang berlangsung. Foto: Repro shutterstock

JAKARTA, TELISIK.ID - Fenomena suhu panas melanda sebagian kota di Indonesia dalam beberapa hari terakhir.

Melansir Suara.com - jaringan Telisik.id, fenomena suhu panas tersebut mendapat mendapat perhatian dari Ilmuwan Perubahan Iklim Wayan Suparta.

Menurut Suparta, fenomena suhu panas yang terjadi belakangan ini hanya berlangsung sesaat dengan durasi terbatas.

Alasannya, Indonesia akan segera memasuki peralihan dari musim hujan ke kemarau.

"Betul menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bahwa kita di bulan Mei ini akan memasuki musim kemarau. Bulan Mei ini sebagai puncak musim peralihan dari musim hujan ke kemarau, atau biasa kita sebut musim Pancaroba," ungkap Wayan saat dihubungi Suara.com, Senin (9/5/2022) malam.

Ia memaparkan, puncak musim panas atau kemarau biasanya terjadi di bulan Juli atau sedikit bergeser ke Agustus pertengahan.

Di musim Pancaroba ini, tambah dia, tidak jarang terjadi cuaca ekstrim, misalnya angin ribut, puting beliung, curah hujan yang kadang terlalu tinggi, awan panas, dan banyak badai tropis lainnya.

"Pancaroba ini ya musim ekstrim (Mei dan September) untuk di Indonesia. September-Oktober (secara astronomi 22-23 September) yaitu peralihan dari musim kemarau ke musim hujan," tambah dia.

Secara Astronomi, papar Wayan, sejak 21-22 Maret setiap tahun terjadi gerak semu tahunan Matahari.

Dimana posisi Matahari berada di wilayah utara ekuator mengindikasikan jika sebagian wilayah Indonesia akan mulai masuk pada musim kemarau.

Baca Juga: Jalur Menuju Kawasan Puncak Bogor dari Arah Jakarta Kembali Dibuka

"Posisi matahari di utara Khatulistiwa ya artinya daerah bagian atas (utara) akan banyak menerima sinar radiasi matahari (panas)," sebut Wayan.

Lebih lanjut, Wayan mengungkap, kalau posisi Matahari seolah-olah berubah setiap tahun mengikuti rasi bintang jika dilihat dari Bumi.

Maka dari itu, fenomena tersebut dinamakan gerak semu tahunan Matahari.

"Padahal matahari sebagai pusat tata surya itu tidak bergerak, kita yang seolah-olah melihatnya bergerak atau berubah posisi. Setiap perubahan ini tentu akan membawa dampak badai meteorologi atau perubahan iklim," jelas dia.

Mengutip Bisnis.com, terkait dengan suhu panas terik yang akhir-akhir ini dirasakan oleh sebagian masyarakat di sejumlah wilayah di Indonesia, BMKG memberikan penjelasan sebagai berikut:

1. Berdasarkan data hasil pengamatan BMKG, suhu maksimum terukur selama periode tanggal 1–7 Mei 2022 berkisar antara 33 - 36.1 °C dengan suhu maksimum tertinggi hingga 36.1 °C terjadi di wilayah Tangerang-Banten dan Kalimarau-Kalimantan Utara.

Suhu maksimum tertinggi di Indonesia pada bulan April selama 4-5 tahun terakhir sekitar 38.8°C di Palembang pada tahun 2019, sedangkan di bulan Mei sekitar 38.8 °C di Temindung Samarinda pada tahun 2018.

2. Fenomena suhu udara terik yang terjadi pada siang hari tersebut dipicu oleh beberapa hal sebagai berikut :

- Posisi semu matahari saat ini sudah berada di wilayah utara ekuator yang mengindikasikan bahwa sebagian wilayah Indonesia akan mulai memasuki musim kemarau, dimana tingkat pertumbuhan awan dan fenomena hujannya akan sangat berkurang, sehingga cuaca cerah pada pagi menjelang siang hari akan cukup mendominasi.

- Dominasi cuaca yang cerah dan tingkat perawanan yang rendah tersebut dapat mengoptimumkan penerimaan sinar matahari di permukaan Bumi, sehingga menyebabkan kondisi suhu yang dirasakan oleh masyarakat menjadi cukup terik pada siang hari.

Baca Juga: Presiden Bakal Peringati Hari Lahir Pancasila di Ende, Sejumlah Fasilitas Disiapkan

3. Suhu panas terik yang terjadi di wilayah Indonesia bukan fenomena Gelombang Panas. Menurut WMO (World Meteorological Organization).

Gelombang Panas atau dikenal dengan "Heatwave" merupakan fenomena kondisi udara panas yang berkepanjangan selama 5 hari atau lebih secara berturut-turut dimana suhu maksimum harian lebih tinggi dari suhu maksimum rata-rata hingga 5°C atau lebih.

Fenomena gelombang panas ini biasanya terjadi di wilayah lintang menengah-tinggi seperti wilayah Eropa dan Amerika yang dipicu oleh kondisi dinamika atmosfer di lintang menengah. Sedangkan yang terjadi di wilayah Indonesia adalah fenomena kondisi suhu panas/terik dalam skala variabilitas harian.

4. Kewaspadaan kondisi suhu panas/terik pada siang hari masih harus diwaspadai hingga pertengahan Mei. (C)

Reporter: Fitrah Nugraha

Editor: Kardin