Teknologi 3D: Revolusi Bedah Mulut
Content Creator
Minggu, 19 Januari 2025 / 10:27 am
KENDARI, TELISIK.ID - Teknologi 3D semakin mendominasi dunia medis, termasuk bedah mulut. Dengan visualisasi yang lebih akurat, perencanaan operasi menjadi lebih presisi.
Simulasi bedah 3D memungkinkan dokter gigi untuk memprediksi hasil akhir dan meminimalisir risiko komplikasi. Masa depan bedah mulut tampak semakin cerah dengan dukungan teknologi canggih ini.
Teknologi ini, menurut Prof. Lilies Dwi Sulistyani, Guru Besar Tetap FKG UI, telah membawa perubahan besar dalam dunia kedokteran gigi, mulai dari tahap diagnosis hingga pelaksanaan operasi.
Mengapa Teknologi 3D Begitu Penting?
Keterbatasan pencitraan 2D dalam menggambarkan struktur wajah dan mulut yang kompleks telah teratasi dengan hadirnya teknologi 3D dilansir dari linkedIn.com.
Berkat pencitraan 3D, dokter dapat memperoleh visualisasi anatomi pasien yang lebih detail, memungkinkan diagnosis yang lebih tepat dan perencanaan perawatan yang lebih baik.
"Teknologi seperti Cone Beam Computed Tomography (CBCT) memungkinkan visualisasi struktur kompleks kepala dan rahang dengan detail yang luar biasa, namun tetap memberikan dosis radiasi yang lebih rendah dibandingkan CT scan konvensional," jelas Prof Lilies, Rabu 15 Januari 2025.
Baca Juga: Teknologi Barat Ini Ternyata Ditemukan Ilmuwan Islam
Selain itu, pencetakan 3D juga memungkinkan pembuatan model fisik anatomi pasien secara presisi, yang sangat membantu dalam memahami kondisi unik pasien dan perencanaan prosedur operasi yang lebih akurat.
Revolusi di Bidang Bedah Mulut
Teknologi 3D memungkinkan pembuatan implan titanium khusus yang dirancang sesuai kebutuhan pasien, misalnya dalam rekonstruksi rahang.
Proses ini memberikan dampak positif ganda, yaitu meningkatkan keberhasilan operasi dan mempercepat pemulihan pasien.
Dengan perangkat lunak perencanaan berbasis 3D, simulasi prosedur operasi dapat dilakukan sebelum tindakan nyata, sehingga mengurangi risiko kesalahan dan meningkatkan efisiensi.
Tantangan di Indonesia
Meskipun manfaat teknologi 3D sangat menjanjikan, penerapannya di Indonesia masih terkendala oleh beberapa faktor, seperti infrastruktur kesehatan yang belum merata, biaya yang tinggi, dan prioritas pada kebutuhan dasar.
"Untuk memaksimalkan potensi teknologi 3D, kita memerlukan integrasi teknologi ini ke dalam pendidikan kedokteran gigi," kata Prof Lilies, dilansir suara.com jaringan telisik.id.
Baca Juga: Ilmuwan China Ciptakan Teknologi Kamuflase, Bisa Bikin Invisible Kayak Bunglon
Ia menambahkan bahwa tujuan utama meningkatkan pengajaran dan pelatihan teknologi 3D di universitas adalah untuk memastikan tenaga medis siap menerapkan teknologi ini di masa depan.
Peran Kolaborasi dan Pemerintah
Menurut Prof. Lilies, kolaborasi yang kuat antara akademisi, praktisi, dan penyedia teknologi, serta dukungan pemerintah dan sektor swasta, sangat krusial untuk memperluas akses teknologi 3D.
"Dengan langkah-langkah strategis ini, kita dapat menjadikan teknologi 3D sebagai alat utama dalam meningkatkan kualitas layanan kesehatan, khususnya di bidang bedah mulut," tutupnya.
Teknologi 3D bukan lagi sekadar masa depan, tetapi sudah menjadi kenyataan yang mulai kita rasakan dampaknya. Dengan dukungan yang tepat, Indonesia dapat segera menikmati manfaat penuh dari revolusi ini. (C)
Penulis: Merdiyanto
Editor: Fitrah Nugraha
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS