Ilmuwan China Ciptakan Teknologi Kamuflase, Bisa Bikin Invisible Kayak Bunglon
Merdiyanto , telisik indonesia
Minggu, 08 Desember 2024
0 dilihat
Para ilmuwan China menciptakan teknologi kamuflase yang bisa bikin invisible kayak bunglon. Foto: Repro istokphoto
" Sebuah terobosan signifikan dalam dunia teknologi telah dicapai oleh para ilmuwan di China. Mereka berhasil mengembangkan material yang dapat meniru kemampuan bunglon dalam mengubah warna kulit "
CHINA, TELISI.ID - Sebuah terobosan signifikan dalam dunia teknologi telah dicapai oleh para ilmuwan di China. Mereka berhasil mengembangkan material yang dapat meniru kemampuan bunglon dalam mengubah warna kulit.
Dengan teknologi ini objek dapat menyatu dengan lingkungannya seolah-olah memiliki kemampuan kamuflase seperti bunglon.
“Dengan kata lain, penerapan teknologi ini pada pakaian dapat membuat seseorang secara efektif 'tidak terlihat',” ujar Wang Dongsheng, peneliti utama dari Universitas Ilmu Elektronik dan Teknologi China, dikutip dari South China Morning Post, Minggu (8/12/2024).
Baca Juga: Kafe Peti Mati Hadir di Jepang dengan Harga Bersahabat, Bisa Renungkan Kematian
Dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal Science Advances bulan lalu ini, mereka memperkenalkan proses self-adaptive potochromism (SAP). Proses ini memungkinkan material untuk secara otomatis menyesuaikan warna tanpa bantuan perangkat elektronik.
Wang meyakini bahwa teknologi ini memiliki potensi besar untuk diaplikasikan di berbagai bidang, seperti militer, arsitektur dan lain-lain.
Teknologi ini memanfaatkan senyawa molekuler khusus yang bereaksi terhadap panjang gelombang cahaya tertentu, mengubah struktur molekulnya. Perubahan ini membuat material tampak menyatu dengan sempurna dengan lingkungannya saat dilihat oleh mata manusia.
Dalam percobaan mereka, tim menempatkan larutan SAP di dalam wadah transparan yang kemudian dimasukkan ke dalam kotak akrilik berwarna merah, hijau, dan kuning.
Sebagai perbandingan, mereka juga menggunakan tinta hitam. Hasilnya menunjukkan bahwa larutan SAP mampu beradaptasi dengan warna lingkungannya dalam waktu 30 hingga 80 detik.
Ketika diletakkan di antara tanaman yang berwarna senada, wadah tersebut dengan cepat menyesuaikan warna dan pola, sehingga menyatu dengan lingkungannya.
Dikutip dari CNN Indonesia, Minggu (8/12/2024), berbeda dengan sistem buatan manusia sebelumnya yang memerlukan perangkat elektronik kompleks, teknologi SAP menghadirkan solusi yang lebih sederhana, hemat energi, dan praktis.
Selain dalam bentuk larutan, teknologi SAP juga dapat diaplikasikan sebagai lapisan atau film yang fleksibel. Dengan penambahan polycaprolactone (PCL), lapisan SAP ini bisa disemprotkan ke berbagai permukaan, membuka peluang untuk digunakan dalam teknologi kamuflase pada benda padat seperti kendaraan atau bangunan.
Menurut Wang, material ini dapat berfungsi optimal dalam rentang suhu yang sangat luas, mulai dari minus 20 hingga 70 derajat Celsius. Kemampuan ini menjadikannya sangat cocok untuk aplikasi baik di bidang militer maupun arsitektur.
Meski begitu, teknologi SAP saat ini masih memiliki keterbatasan dalam mereproduksi warna. Meskipun mampu menghasilkan warna dasar seperti merah, hijau, dan kuning, warna seperti biru dan ungu belum dapat dihasilkan.
“Kami belum sepenuhnya meniru semua warna dalam spektrum cahaya tampak dalam karya ini, hal itu akan terungkap dalam karya kami di masa mendatang,” tuturnya.
Baca Juga: Deretan Negara Terkaya 2024 di Dunia dengan PDB per Kapita Tertinggi
Untuk menyempurnakan teknologi ini, Wang dan timnya berencana menambahkan molekul foto-kromik baru serta mengoptimalkan komposisi material agar dapat menghasilkan spektrum warna yang lebih luas dan respons yang lebih cepat.
“Kami bertujuan untuk mencapai perbedaan warna yang lebih halus, dan kecepatan perubahan yang lebih cepat,” kata Wang.
Di masa depan, teknologi SAP tidak hanya terbatas pada kamuflase, tetapi juga berpotensi diaplikasikan dalam berbagai bidang seperti desain pintar dan teknologi siluman. (C)
Penulis: Merdiyanto
Editor: Mustaqim
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS