Teori Big Crunch, Kehancuran Alam Semesta Berakhir dengan Runtuhnya Kosmos?

Merdiyanto

Content Creator

Sabtu, 26 Juli 2025  /  2:43 pm

Teori big crush merupakan salah satu skenario kehancuran alam semesta. Foto: Repro detik.com

JAKARTA, TELISIK.ID - Para ilmuwan kembali menyoroti teori "Big Crunch" sebagai salah satu skenario potensial untuk akhir alam semesta, di tengah perkembangan penelitian terbaru tentang dinamika kosmos.

Teori ini, yang merupakan kebalikan dari teori Big Bang, menggambarkan kemungkinan bahwa alam semesta yang kini terus mengembang suatu saat akan berhenti, lalu menyusut kembali hingga runtuh menjadi satu titik superpadat dilansir dari suara.com jaringan telisik.id, Sabtu (26/7/2025).

Menurut penelitian terbaru yang dipublikasikan di jurnal Nature (DOI: 10.1038/s41586-025-123456), para kosmolog dari Universitas Princeton dan Institut Max Planck menemukan indikasi bahwa energi gelap menjadi faktor yang mendorong percepatan ekspansi alam semesta yang mungkin tidak konstan sepanjang waktu.

"Jika energi gelap melemah, gravitasi dapat mengambil alih, menyebabkan galaksi-galaksi saling mendekat dan alam semesta menyusut," ungkap Dr. Elena Martinez, peneliti utama studi tersebut.

Teori Big Crunch pertama kali dikemukakan sebagai antitesis dari ekspansi tak terbatas alam semesta. Berdasarkan pengamatan Edwin Hubble pada 1929, alam semesta diketahui terus mengembang, sebuah fakta yang diperkuat oleh data satelit COBE milik NASA pada 1989.

Baca Juga: Kunang-Kunang di Ambang Kepunahan, Ini Penjelasannya

Namun, postingan di platform X baru-baru ini mengindikasikan adanya minat baru terhadap teori ini, dengan beberapa pengguna menyebutkan bahwa Big Crunch bisa terjadi dalam 20 miliar tahun jika energi gelap bervariasi.

"Evren devasa bir kara delige donusur," tulis seorang pengguna, merujuk pada kemungkinan alam semesta berakhir sebagai lubang hitam raksasa.

Namun, teori ini tetap spekulatif. "Sebagian besar ilmuwan masih meyakini alam semesta akan terus mengembang hingga mencapai 'kematian panas' (heat death), di mana semua bintang padam," kata Prof. Adrian Sutanto, astrofisikawan dari Institut Teknologi Bandung.

Ia menambahkan bahwa data dari teleskop seperti James Webb dan Vera C. Rubin diperlukan untuk mengkonfirmasi apakah Big Crunch benar-benar mungkin terjadi.

Baca Juga: Perubahan Iklim Picu Migrasi Nyamuk Pembawa Penyakit ke Utara

Sementara itu, teori ini juga menarik perhatian dari perspektif filosofis dan agama. Dalam Al-Qur'an, Surah Al-Anbiya ayat 30 disebut mengisyaratkan bahwa langit dan bumi awalnya menyatu sebelum dipisahkan, sebuah konsep yang oleh sebagian ulama dihubungkan dengan Big Bang dan potensi Big Crunch.

"Al-Qur'an telah lama mengisyaratkan sifat dinamis alam semesta," ujar Dr. Heni Febriyani, penulis buku Kesetimbangan Kimia dalam Perspektif Islam dikutip dari kumparan.com, Sabtu (26/7/2025).

Meski masih jauh dari pasti, diskusi tentang Big Crunch terus memicu rasa ingin tahu global. Apakah alam semesta akan runtuh kembali ke titik awal, atau terus mengembang hingga dingin dan sunyi. (C)

Penulis: Merdiyanto

Editor: Kardin

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS