Perubahan Iklim Picu Migrasi Nyamuk Pembawa Penyakit ke Utara
Merdiyanto , telisik indonesia
Sabtu, 17 Mei 2025
0 dilihat
Akibat pemanasan global, nyamuk migrasi dari negara tropis ke belahan bumi Utara. Foto: Repro Hallo Sehat
" Akibat pemanasan global, studi terbaru dalam jurnal Lancet Planetary Health mengungkapkan bahwa nyamuk-nyamuk bermigrasi ke utara dan menyebarkan virus "

JAKARTA, TELISIK.ID - Sebuah fenomena mengkhawatirkan teramati di mana berbagai spesies nyamuk yang umumnya ditemukan di wilayah tropis kini mulai menyebar dan terdeteksi di belahan bumi utara.
Dilansir dari CNN Indonesia, akibat pemanasan global, studi terbaru dalam jurnal Lancet Planetary Health mengungkapkan bahwa nyamuk-nyamuk bermigrasi ke utara dan menyebarkan virus.
Studi tersebut menunjukkan bahwa sekitar setengah populasi dunia kini berada dalam risiko penularan virus dengue dan chikungunya yang dibawa oleh nyamuk-nyamuk tropis.
Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus (nyamuk harimau) menularkan virus dengue dan chikungunya, yang dapat menyebabkan demam dan kematian pada beberapa kasus.
Penelitian itu mengungkapkan bahwa frekuensi dan tingkat keparahan wabah mengalami peningkatan sejak tahun 2010, seiring dengan tren kenaikan suhu global.
Baca Juga: Ilmuwan China Ciptakan Nyamuk Aedes Aegypti yang Tak Lagi Tularkan DBD
Penelitian mengungkap lonjakan kasus demam berdarah di Uni Eropa pada tahun 2024, mencapai lebih dari 300 kasus. Jumlah ini signifikan mengingat hanya 275 kasus yang tercatat selama 15 tahun sebelumnya, bertepatan dengan rekor suhu terpanas.
Melansir dari France24, sejumlah negara Eropa, termasuk Italia, Kroasia, Prancis, dan Spanyol, kini dilanda wabah demam berdarah.
"Temuan kami menyoroti bahwa Uni Eropa sedang bertransisi dari wabah sporadis penyakit yang ditularkan oleh Aedes menuju kondisi endemik," kata para peneliti dalam laporannya.
Mereka berpendapat bahwa lonjakan suhu yang lebih tinggi secara langsung berkorelasi dengan peningkatan risiko wabah yang disebabkan oleh nyamuk harimau.
Dalam skenario perubahan iklim terburuk, para peneliti memperkirakan bahwa wabah kedua penyakit tersebut berpotensi meningkat hingga lima kali lipat dibandingkan tingkat saat ini pada tahun 2060.
Baca Juga: Dinkes Kendari Bakal Gandeng Peneliti Nyamuk Cegah DBD
Penelitian tersebut menyarankan bahwa wabah yang lebih sering terdeteksi di daerah yang lebih makmur mengindikasikan kemampuan pengujian yang lebih baik dalam menemukan virus. Sebaliknya, kasus mungkin tidak terdeteksi di daerah yang lebih miskin.
Wabah chikungunya yang mematikan baru-baru ini menyerang Pulau Reunion, sebuah pulau di Samudera Hindia yang merupakan bagian dari Prancis.
Selain dengue dan chikungunya, nyamuk harimau juga diketahui dapat menularkan virus zika dan West Nile, meskipun kedua virus ini tidak menjadi fokus penelitian terbaru. (C)
Penulis: Merdiyanto
Editor: Kardin
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS