Tolak RUU Omnibus Law, Pendemo Teriak Rezim Jokowi Lupa Diri

Rahmat Tunny

Reporter Jakarta

Kamis, 16 Juli 2020  /  3:57 pm

Massa Demo Tolak RUU Omnibus Law. Foto: Rahmat Tunny/Telisik

JAKARTA, TELISIK.ID - Ribuan massa yang tergabung dari serikat buruh, petani dan mahasiswa menggelar aksi demonstrasi menolak pembahasan RUU Omnibus Law di Gedung DPR, MPR RI pada, Kamis (16/7/2020).

Dalam aksi tersebut, demonstran mendesak DPR untuk menghentikan pembahasan RUU Omnibus Law, karena RUU tersebut dinilai tidak berpihak pada kesejahteraan masyarakat. Demonstran juga menuding DPR memanfaatkan pandemi COVID-19 untuk membahas RUU itu.

"Kami desak RUU Omnibus Law dihentikan. DPR memanfaatkan pandemi untuk membahas Omnibus Law, mari bersama kita bersatu gagalkan Omnibus Law," teriak orator.

Tidak hanya itu, massa demo juga menuding DPR telah mengkhianati rakyat dengan membahas RUU Cipta Kerja yang syarat dengan kepentingan kapitalis dan menyampingkan kesejahteraan rakyat.

"RUU Cipta Kerja sebagai bentuk penghianatan DPR kepada rakyat, karena RUU Cipta Kerja syarat kapitalis. Imperialisme, merugikan buruh,  petani dan perempuan," teriaknya.

Baca juga: Bamsoet Ingatkan Perusahaan Tunaikan Kewajiban CSR

"Yang lebih menakutkan dari Corona adalah Omnibus Law, karena mematikan rakyat," sambungnya.

Sementara itu, Presiden Forum Mahasiswa Nasional, Dimas mengatakan dalam orasinya, pemerintah saat ini benar-benar mengkebiri hak rakyat secara terang-terangan. Ini terlihat dengan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara sepihak oleh perusahan, iuran BPJS naik dan terjadinya pemangkasan upah buruh.

"Hak rayat dikebiri oleh rezim Jokowi, kebijakan Jokowi tak berpihak kepada masyarakat, rezim Jokowi fasik (lupa diri) ke masyakat lewat kenaikan iuran BPJS, demi menjaga perusahan besar di Indonesia, mereka rela memangkas upah buruh," tegasnya.

Diketahui, aksi yang berlangsung usai Ba'dah Zuhur itu dikawal ketat oleh aparat Kepolisian dan TNI. Polisi akhirnya menutup sementara Jalan Utama Gatot Soebroto dari Cawang menuju Bandara Soekarno-Hatta.

Reporter: Rahmat Tunny

Editor: Kardin