Unik, 50 Tahun Angkat Tangan Kanan Bentuk Pengorbanan pada Dewa
Reporter
Sabtu, 16 Desember 2023 / 7:11 pm
INDIA, TELISIK.ID - Sadhu Amar Bharati sosok pria tua asal India yang viral karena tangan sebelah kanannya terus terangkat dan terkepal. Ia sudah mengangkat dan mengepalkan tangannya di udara sejak tahun 1973, yaitu 50 tahun.
Sadhu Amar Bharati adalah seorang pertapa Hindu yang terkenal di India karena pengorbanannya yang unik. Ia terkenal karena melakukan tapasya atau pertapaan atau meditasi yang keras dengan cara yang sangat tidak lazim yaitu dengan mengangkat satu tangannya di atas kepala dan tidak akan turun sejak tahun 1973.
Berikut beberapa fakta mengenai Sadhu Amar Bharati:
1. Tapasya dengan Menyandang Tangan
Sadhu Amar Bharati melakukan tapasya dengan menyandang tangan di atas kepala sebagai tanda pengorbanannya kepada Dewa Shiva. Ia memutuskan untuk tidak pernah menurunkan tangannya sebagai bentuk pengabdian dan kepercayaannya.
2. Alasan Tapasya
Ia memulai tapasya ini sebagai bentuk protes terhadap pemerintah India. Pada tahun 1973, ia melakukan pertapaan ini sebagai respons terhadap kebijakan pemerintah yang dianggapnya merendahkan agama Hindu.
Baca Juga: Update Palestina: Israel Serang Warga Sipil hingga Rayakan Festival di Masjid Al Aqsa
3. Penyebab Protetan
Sadhu Amar Bharati melakukan protes karena merasa agama Hindu dianggap rendah dan merasa terpinggirkan oleh kebijakan pemerintah. Tapasya ini menjadi cara ekstrem untuk mengekspresikan ketidakpuasannya terhadap perlakuan terhadap agamanya.
4. Upaya Keadilan
Meskipun melakukan tapasya sebagai bentuk protes, Amar Bharati tetap menjadi seorang pertapa dan tidak terlibat dalam kegiatan politik aktif. Ia memilih untuk mencari keadilan melalui pertapaan dan pengorbanannya yang tidak lazim.
5. Dukungan dan Kontroversi
Meskipun banyak orang yang menghormati keputusannya sebagai bentuk pengabdian agama, tindakannya juga mendapatkan kontroversi. Beberapa pihak melihatnya sebagai tindakan ekstrem dan berpendapat bahwa pengabdian kepada agama tidak seharusnya melibatkan penindasan fisik terhadap tubuh.
6. Pengakuan dan Penghargaan
Meskipun kontroversial, beberapa orang memberikan pengakuan dan penghargaan kepada Sadhu Amar Bharati atas pengorbanannya yang luar biasa. Ia menjadi tokoh yang dikenal di India karena tindakannya yang unik ini.
Sadhu Amar Bharati adalah salah satu contoh dari berbagai bentuk pertapaan dan pengabdian spiritual yang dapat ditemui di India, yang sering kali mencerminkan keragaman dan kompleksitas kehidupan keagamaan di negara tersebut.
Dilansir dari koranjakarta.com, saat dua tahun mengangkat tangannya, Amar Bharati merasakan sakit, tetapi ia tetap mengangkat tangannya. Sehingga ia mulai terbiasa dan semua indra perasa ditangannya hilang.
Baca Juga: Kuliah Gratis di Negara Paling Bahagia di Dunia, Simak Persyaratannya
Tangan kanannya terlihat sangat kurus, seperti hanya tulang yang terlapis kulit karena tidak mendapat sirkulasi darah. Berbeda dengan tangan sebelah kirinya, yang terlihat normal.
Banyak petapa India yang juga mencoba mengangkat tangan seperti yang dilakukan oleh Amar Bharati. Namun hanya berlangsung beberapa hari, petapa tersebut tidak kuat menahan rasa pegal dan rasa sakit ketika mengangkat tangan.
Banyak yang mempercayai, bahwa Amar Bharati mampu melakukan hal ini selama hampir setengah abad. Karena telah diberi mukjizat langsung oleh Dewa Siwa. Amar Bharati juga dianggap suci, karena mampu meninggalkan kemewahan duniawi dan konsisten mengabdikan dirinya kepada Dewa Siwa.
Dilansir dari jerusalempos.com, Siwa adalah dewa ketiga dalam tiga serangkai Hindu. Tiga serangkai terdiri dari tiga dewa yang bertanggung jawab atas penciptaan, pemeliharaan, dan penghancuran dunia.
Umat Hindu percaya bahwa kekuatan penghancur dan rekreasinya digunakan bahkan hingga saat ini untuk menghancurkan ilusi dan ketidaksempurnaan dunia ini, sehingga membuka jalan bagi perubahan yang bermanfaat. Menurut kepercayaan Hindu, penghancuran ini tidak sembarangan, melainkan konstruktif. Oleh karena itu Siwa dipandang sebagai sumber kebaikan dan kejahatan dan dianggap sebagai sosok yang menggabungkan banyak elemen yang kontradiktif. (C)
Penulis: Wa Ode Ria Ika Hasana
Editor: Kardin
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS