China Tuduh Amerika Lebih Peduli Kepentingan di Konflik Israel-Palestina

Ibnu Sina Ali Hakim, telisik indonesia
Jumat, 21 Mei 2021
0 dilihat
China Tuduh Amerika Lebih Peduli Kepentingan di Konflik Israel-Palestina
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian. Foto: Repro Reuters

" Mengapa AS begitu tidak berperasaan tentang hak asasi rakyat Palestina sementara mereka (AS) terus berbicara tentang penegakan hak asasi umat Muslim lainnya. "

BEIJING, TELISIK.ID - China menganggap veto Amerika Serikat melumpuhkan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sehingga tak bisa merespons konflik Israel-Palestina dan lebih memperdulikan kepentingannya.

China, yang saat ini menjabat sebagai Presiden DK PBB, mengkritik AS karena telah memveto dan menolak setidaknya tiga usulan pernyataan dewan berisi seruan gencatan senjata segera antara Israel dan kelompok-kelompok di Jalur Gaza.

"Bukankah (AS) hanya menggunakan HAM sebagai dalih? Sikap oposisi AS menghalangi DK PBB mengambil tindakan atas konflik Palestina-Israel, apakah ini yang disebut AS sebagai tatanan internasional berbasis aturan?" ucap juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, melalui pernyataan singkat di Twitter, dilansir dari Cnnindonesia.com, Jumat (21/5/2021).

"Apa yang AS lakukan di tengah konflik Palestina-Israel sangat mengecewakan. Apakah ini hak asasi manusia yang dipuji-puji AS ketika rakyat Palestina menderita, atau apakah ini alasan untuk melindungi kepentingan pribadi AS?"

Zhao menuturkan bahwa komunitas internasional sangat kecewa dengan perilaku AS dalam merespons ketegangan Israel-Palestina yang kembali memanas.

Menurutnya, AS telah "dikucilkan" di DK PBB lantaran "berdiri di sisi berlawanan dari hati nurani dan moralitas umat manusia."

Baca juga: Sekjen PBB: Jika Ada Neraka di Bumi Itulah Kehidupan Anak di Jalur Gaza

"Mengapa AS begitu tidak berperasaan tentang hak asasi rakyat Palestina sementara mereka (AS) terus berbicara tentang penegakan hak asasi umat Muslim lainnya," ucap Zhao, dikutip kantor berita Anadolu.

Pernyataan Zhao itu merujuk pada isu etnis minoritas Muslim Uighur di Xinjiang. Selama ini, AS kerap berkoar menuding China melakukan pelanggaran HAM terhadap etnis Uighur.

Zhao menuduh Washington bersikap memihak dan menganggap Negeri Paman Sam hanya peduli pada kepentingannya, bukan solusi dari suatu masalah.

Ia pesimistis meski Presiden Joe Biden telah menyatakan mendukung gencatan senjata Israel-Hamas. Menurutnya, itu tak akan cukup menghentikan kekerasan di Gaza.

Bersama Norwegia, China pun berkeras menggelar pertemuan baru DK PBB untuk membahas serangan lanjutan Israel di Gaza.

Zhao menegaskan China, sebagai salah satu anggota permanen dan saat ini menjabat sebagai presiden DK PBB, akan terus mendorong dewan tersebut untuk memenuhi tugasnya dalam meredakan konflik berkepanjangan ini.

Baca juga: Hamas Prediksi Penghentian Perang dengan Israel Segera Tercapai

Di sisi lain, AS mengklaim bahwa mereka menolak resolusi gencatan senjata yang diajukan Prancis ke DK PBB karena dianggap akan kontraproduktif terhadap diplomasi mereka di lapangan.

Menurut sejumlah sumber, saat ini diplomat dari AS, Mesir, Yordania, dan beberapa negara lainnya sedang melakukan diplomasi dengan Israel dan Hamas.

Para diplomat, Israel, dan Hamas mengaku optimistis terhadap diplomasi ini. Sejumlah pejabat bahkan mengatakan bahwa kesepakatan gencatan senjata ini dapat tercapai besok, Jumat (21/5/2021).

Majelis Umum PBB juga akan menggelar rapat debat khusus terkait konflik Israel-Palestina pada Kamis (20/5/2021) pagi waktu New York.

Sementara diplomasi berjalan, bentrok Israel dan Hamas terus berlangsung. Israel bertekad terus menggempur Gaza sampai Hamas lumpuh meski telah ada seruan internasional untuk gencatan senjata.

Sejauh ini, korban tewas di Gaza akibat serangan Israel mencapai 228 orang, termasuk 63 anak-anak, dan 36 perempuan. Sementara itu, sebanyak 1.500 orang lainnya terluka.

Sementara itu, jumlah korban meninggal dari pihak Israel akibat serangan roket milisi Palestina dari Jalur Gaza mencapai 12 orang. (C)

Reporter: Ibnu Sina Ali Hakim

Editor: Haerani Hambali

TAG:
Artikel Terkait
Baca Juga