Cuaca Buruk Ancam Penarik Ojek Laut
Deni Djohan, telisik indonesia
Minggu, 05 Januari 2020
0 dilihat
Kondisi para penarik ojek laut sandar di pantai Batauga. Foto: Deni/ Telisik
" di Batauga lebih bagus lagi, karena kalau penumpang turun, tidak lagi basah. Kalau ombak besar begini kalau penumpang yang turun kadang ada yang basah bahkan ada yang jatuh. "
BATAUGA, TELISIK.ID - Cuaca buruk kembali melanda perairan Batauga, Buton Selatan (Busel). Gelombang besar disertai angin kencang membuat para penarik ojek laut enggan untuk melaut.
Di sisi lain, pemerintah Busel hingga kini belum menyiapkan fasilitas dermaga atau pelabuhan rakyat tempat kapal antar pulau melakukan bongkar muat barang dan penumpang. Padahal diketahui, empat wilayah di Busel berada di kepulauan yakni kecamatan Siompu, Siompu Barat, Kadatua dan Batuatas.
Para penarik ojek ini masih berlabuh atau sandar di bibir pantai yang terletak di Kelurahan Laompo, kecamatan Batauga. Sementara diketahui, bibir pantai merupakan tempat paling buruk melabuhkan kapal atau perahu. Pasalnya, pada titik itu pecahan ombak terjadi.
Kondisi seperti ini terjadi setiap akhir dan awal tahun tepatnya bulan Desember dan bulan Januari. Ombak baru mereda di bulan Februari atau Maret.
Salah satu penarik ojek laut, La Upi (35) mengungkapkan, ia kerap mendapat teguran dari para penumpang yang basah bahkan jatuh dari kapal saat turun di darat. Hanya ia tak bisa berbuat banyak karena kondisi cuaca yang tak bersahabat. Karena itu, ia berharap kepada pemerintah Buton Selatan agar membangun pelabuhan.
"Kalau ada pelabuhan di Batauga lebih bagus lagi, karena kalau penumpang turun, tidak lagi basah. Kalau ombak besar begini kalau penumpang yang turun kadang ada yang basah bahkan ada yang jatuh," ungkapnya.
Buruknya cuaca ini juga berdampak pada penghasilannya. Di musim teduh, ia bisa menghasilkan Rp 500 ribu per-hari. Namun di musim ombak ini, ia hanya bisa mendapatkan Rp 300 ribu. Bahkan tak ada sama sekali.
"Kalau sudah besar lagi ombak, kita tidak melautmi. Kita hanya duduk-duduk di jembatan sambil lihat-lihat ombak," tuturnya.
Ayah dua anak ini mengungkapkan, untuk mengantisipasi dari ancaman ombak di Batauga, ia terpaksa menurunkan penumpang di lingkungan Topa, Kelurahan Sulaa, Kecamatan Betoambari, Kota Baubau. Sebab gelombang tinggi tidak hanya terjadi di pesisir pantai melainkan juga terjadi di tengah laut. Apalagi, beberapa kali ia mengalami pengalaman buruk saat sandar di Batauga saat musim ombak.
"Air laut itu masuk lewat belakang. Sampai mesin tenggelam," katanya.
Hempasan ombak yang menghantam perairan Batauga membuat sejumlah pembangunan di Busel rusak. Misalnya pembangunan ruang terbuka dan perahu boti yang ada di Kelurahan Lakambau, Kecamatan Batauga. Bagian bawah ikon Busel ini retak akibat dihantam ombak. Bahkan huruf A pada tulisan, Batauga, yang terpajang di pinggir reklamasi itu tumbang. Padahal, proyek tersebut baru saja rampung beberapa bulan lalu. Hal ini menjadi perbincangan hangat di media sosial.
Reporter: Deni Djohan
Editor: Rani