Dedikasi Doktor Perempuan Entaskan Buta Al-Qur'an

Haidir Muhari, telisik indonesia
Selasa, 27 April 2021
0 dilihat
Dedikasi Doktor Perempuan Entaskan Buta Al-Qur'an
Dr. Hadijah Selman, M.Pd, pendiri Sanggar dan Taman Pendidikan Al-Quran Walidah-Aisyiyah Kota Kendari. Foto: Ist.

" Semakin kita dekati Al-Qur'an, maka Al-Qur'an akan semakin dekat. Begitu sebaliknya. Semakin menjauh, Al-Qur'an akan semakin jauh. "

KENDARI, TELISIK.ID - Perempuan bergelar doktor itu, terus saja menunjukkan dedikasi untuk entaskan buta Al-Qur'an.

Dr. Hadijah Selman, MPd, namanya. Ia biasa disapa Bunda Hadijah. Perempuan kelahiran 6 September 1966 ini, bercita-cita memasyarakatkan Al-Qur'an di masyarakat.

"Semakin kita dekati Al-Qur'an, maka Al-Qur'an akan semakin dekat. Begitu sebaliknya. Semakin menjauh, Al-Qur'an akan semakin jauh," tegasnya Rabu (21/4/2021).

Untuk itu alumni doktor Universitas Muhammadiyah Makassar itu, bersama suaminya H Akmal Tantu, mendirikan lembaga pendidikan Al-Qur'an. Karena ini terbentuklah Sanggar dan Taman Pendidikan Al-Qur'an Walidah-Aisyiyah di RT 25, RW 08, Kelurahan Watulondo, Puuwatu, Kota Kendari.

 

Santri TPA saat belajar mengaji. Foto: Ist.

 

Agak berbeda dari pendidikan Al-Qur'an lainnya. Tidak hanya untuk anak-anak, yang lazim dikenal dengan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA).

Orang tua dan orang dewasa juga diberi tempat untuk mempelajari Al-Qur'an. Itulah alasannya ada kata sanggar, tidak hanya taman. Sanggar Pendidikan Al-Qur'an (SPA) untuk kelompok usia dewasa hingga lansia.

TPA Walidah-Aisyiyah didirikan pada 21 Juli 2020. Awalnya karena melihat anak-anak di sekitar rumahnya, bermain, berlarian, di waktu pagi dan sore.

"Nak, kamu itu tidak mengaji?" kenangnya, bertanya kepada seorang anak.

Baca juga: Dedikasi Tak Terbatas Pengajar Anak Berkebutuhan Khusus

"Tempat mengaji jauh dari sini," terang Bunda Hadijah, menirukan jawaban anak tadi.

Selain itu, situasi pandemi membuat anak-anak harus belajar dari rumah, tidak ke sekolah. Selain itu, setelah ia telisik lebih jauh, banyak anak yang tidak mengaji karena tidak adanya pengajar.

Melalui TPA ini, santri tidak hanya dididik untuk membaca Al-Qur'an sesuai hukum-hukum tajwid. Santri juga diberikan bimbingan tentang ajaran Islam yang pokok.

Galib terjadi di kalangan masyarakat muslim, anak-anak belum tahu ajaran-ajaran Islam yang pokok, seperti wudu dan salat. Bahkan pernah kejadian, seorang anak di TPA itu, tidak tahu jumlah rakaat salat zuhur.

 

Santri SPA, Bapak-bapak, saat belajar mengaji. Foto: Ist.

 

Secara umum, masyarakat muslim masih jauh dari pengamalan Islam. Masih banyaknya umat Islam yang belum mampu membaca Al-Qur'an secara tartil, minimnya pengajian di masjid-masjid yang digerakkan oleh masyarakat atau Ibu-ibu majelis taklim, menjadi bukti itu.

Untuk memasyarakatkan Al-Qur'an, Bunda Hadijah memulainya dengan mengentaskan buta Al-Qur'an. Tidak hanya untuk anak, tetapi orang tua dari anak-anak itu pun mesti bisa membaca Al-Qur'an.

Untuk maksud tersebut, ia menginisiasi pembentukan persatuan orang tua santri (POS). Inilah cikal-bakal berdirinya SPA.

"Awalnya saya membentuk POS, agar bisa orang tua bisa membantu anak-anaknya kalau ada beberapa bacaan yang belum diketahui anak-anak itu," terangnya.

 

Santri SPA, Ibu-ibu, saat belajar mengaji. Foto: Ist.

 

Gayung bersambut, ternyata orang tua santri pun semangat untuk bisa membaca Al-Qur'an secara benar. Karena ini, akhirnya didirikan juga Sanggar Pendidikan Al-Qur'an (SPA).

Baca juga: Penny Williams: Duta Besar Australia Perempuan Pertama

"Setelah dibuka TPA, ternyata orang tua banyak juga yang antusias, akhirnya kami dirikan SPA untuk orang tua," ungkapnya.

Selain membina bacaan tajwid, demi tujuan besar memasyarakatkan Al-Qur'an di masyarakat, perlu ada ikhtiar lain. Karena ini, maka sebulan sekali diselenggarakan pengajian untuk masyarakat.

Senin (26/4/2021) waktu subuh, ada dua orang bapak, usia 53 tahun dan 41 tahun, telah berhasil menamatkan Iqra. Salah satu dari mereka menyatakan kesyukuran yang tiada tara bisa menamatkan Iqra di usianya yang tak lagi muda.

"Inilah puncak kebahagiaan hati saya karena hanya sewaktu umur 7 tahun saya mengaji dan Alhamdulillah nanti umur 53 tahun saya bisa membaca Al-Qur'an sesuai dengan kaidah walaupun masih terbata-bata," ungkap salah satu bapak santri di SPA Walidah-Aisyiyah.

Awalnya, SPA dan TPA dipusatkan di rumah Bunda Hadijah. SPA kini dipusatkan di Masjid Baitul Amal di kampung itu.

Sementara itu TPA tetap dipusatkan di kediamannya. Kini santri TPA Walidah-Aisyiyah ada sekira 100-an orang.

Pembina di Sanggar dan Taman Pendidikan Walidah-Aisyiyah berjumlah tujuh orang. Di antaranya Bunda Hadijah, H Akmal Tantu, Zakiyah, dan La Ode Gusman.

"Saya terharu melihat semangatnya orang tua, sudah tua masih mau belajar dari saya yang terpaut usia jauh," ungkap La Ode Gusman, salah pembina di SPA, saat dihubungi Telisik.id, Selasa (27/4/2021).

Sebagai kitab yang memuat firman Allah SWT, merupakan mukjizat sekaligus pedoman bagi umat Islam di manapun. Semoga umat Islam semakin dekat dengan Al-Qur'an, tidak hanya di bulan Ramadan, melainkan sepanjang tahun dan sepanjang hidup. (A)

Reporter: Haidir Muhari

Editor: Haerani Hambali

TAG:
Baca Juga