Ini Dia 5 Dosa Penyebab Turunnya Musibah atau Bencana di Suatu Wilayah

Irawati, telisik indonesia
Senin, 13 Desember 2021
0 dilihat
Ini Dia 5 Dosa Penyebab Turunnya Musibah atau Bencana di Suatu Wilayah
Bencana alam adalah salah satu teguran dari Allah. Foto:Repro idntimes.com

" Di antara musibah yang terjadi, Allah menjadikan sebagai penggugur dosa bagi hamba-Nya dan ada juga jadi peringatan untuk diambil pelajaran "

KENDARI, TELISIK.ID - Musibah berasal dari kata bahasa Arab "ashaba" yang artinya mengenai, menimpa, atau membinasakan.

Musibah menurut Al-Qur'an adalah bentuk ujian dan teguran dari Allah SWT, berupa hal baik maupun buruk, seperti kelaparan, kematian, kekurangan harta, dan lain sebagainya.

Musibah dan bencana adalah salah satu sunnatullah. Tak ada musibah yang menimpa seseorang kecuali atas izin Allah SWT. Di antara musibah yang terjadi, Allah menjadikan sebagai penggugur dosa bagi hamba-Nya dan ada juga yang jadi peringatan untuk diambil pelajaran.

Bencana dalam Al-Qur'an mempunyai makna yang beragam. Sebagaimana yang disebutkan dalam (QS. Asy-Syu'ra: 30), bahwa makna bencana sebagai musibah; (QS. Al-Mulk: 2) menyatakan bahwa bencana sebagai bala' atau ujian. Makna lain adalah fitnah (membakar), dalam Al-Qur'an, kata ini diulang sebanyak 60 kali.

Mengutip dari republika.co.id, Muhammad Husin Tabataba'i (wafat 1889) dalam tafsirnya Al-Mizan fi Tafsir Al-Qur'an mengatakan, musibah adalah kejadian apa saja yang menimpa manusia yang tidak mungkin. 

Musibah itu antara lain sakit, rugi dalam berusaha, kehilangan barang, meninggal, bencana alam, wabah penyakit, dan lain sebagainya.

Kata musibah dengan pengertian seperti di atas dalam Al-Qur'an terdapat pada 10 tempat yakni surah Al-Baqarah ayat 156, Ali-Imran ayat 165, An-Nisaa ayat 62 dan 72, Al'Maidah ayat 49, At Taubah ayat 50, Al-Qashash ayat 47, Asy-Syura ayat 30, Al-Hadid ayat 22, dan At-Taghabun ayat 11.

Arti kata tersebut, sejalan pula dengan hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam At-Tabrani yang artinya, ''Apa yang menimpa manusia, berupa yang tidak menimpanya, itu namanya musibah.''

Musibah merupakan kejadian yang datang atas ketentuan Allah SWT dan tidak bisa ditolak. Manusia wajib untuk menghindar dari musibah yang sudah menimpa dirinya. Jika sakit, dia diwajibkan berobat dan jika tertimba banjir, dia wajib menghindar dari bahaya banjir. 

Upaya untuk menghindar dari musibah itu, bukan pada tingkat pencegahan seperti mencegah datangnya penyakit, tapi pada penanggulangan tingkatnya.

Musibah tidak membedakan sasaran yang dikenainya. Ia dapat menimpa manusia yang saleh, seperti seorang nabi, atau manusia biasa yang berbuat maksiat. 

Jika datang kepada manusia saleh, maka musibah harus dilihat sebagai penguji sebagaimana dijelaskan Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 155 dan 156 yang artinya,

''Dan sungguh akan Kami berikan cobaan dengan sedikit rasa ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah- buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi raji'un (sesungguhnya kami semua adalah milik Allah dan kepada-Nyalah kami akan kembali).

Tetapi, jika menimpa orang yang biasa melakukan maksiat, maka musibah harus diartikan sebagai siksaan. Allah SWT berfirman dalam surah Muhammad ayat 10 yang artinya,

''Maka apakah mereka tidak melakukan perjalanan di muka bumi sehingga mereka dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka. Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima akibat seperti itu.''

Walaupun musibah secara lahiriyah tidak menyenangkan, namun bagi orang saleh, hakikatnya musibah diartikan sebagai sarana untuk meningkatkan derajat kebahagiaannya di sisi Allah SWT. Sedangkan bagi orang kafir, musibah memang menyedihkan untuk membalas kekafiran mereka.

Melansir dari sindonews.com, menurut Ustaz Rikza Maulan, Dai lulusan Al-Azhar Mesir mengatakan, sebagai manusia, kita perlu introspeksi diri atas setiap musibah dan bencana yang menimpa kita. Sebab bisa jadi hal tersebut adalah karena perilaku kita yang mendatangkan murka dari Allah SWT.

Baca Juga: Ini Alasan Islam Larang Laki-Laki dan Perempuan Bukan Mahram Berduaan

Berikut beberapa perilaku yang disebutkan Al-Qur'an yang mengakibatkan bencana dan musibah:

1. Karena mengingkari atau mendustakan ayat-ayat Allah.

Padahal jika mereka beriman, Allah akan membukakan pintu-pintu keberkahan baik dari langit maupun dari bumi. Hal ini sebagaimana firman Allah berikut:

"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (QS. Al-A'raf: 96).

2. Karena adanya proses menyekutukan Allah dengan sesuatu (syirik), seperti mempropagandakan bahwa Allah memiliki anak.

Hal ini sebagaimana firman Allah SWT:

"Dan mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak." Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwahkan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak." (QS. Maryam: 88-92).

3. Karena suatu kaum tidak mau memberikan peringatan kepada orang-orang zalim di antara mereka.

Berikut firman Allah SWT:

"Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan (azab/bencana) yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya." (QS. Al-Anfal: 25).

4. Karena perbuatan zina dan riba yang dilakukan terang-terangan oleh suatu kaum

Dalam hadis Rasulullah SAW bersabda:

Dari Abdullah bin Mas'ud, dari Rasulullah bahwa beliau bersabda: "Tidaklah suatu kaum mereka melakukan dengan terang-terangan berupa riba dan zina, melainkan halal bagi Allah untuk menimpakan azabnya kepada mereka." (HR. Ahmad).

5. Karena tingkah manusia yang merusak alam

Hal ini sebagaimana yang Allah firmankan: "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS. Ar-Rum: 41).

Mengenai hikmah musibah ini, Nabi Muhammad memberi kabar gembira bagi kaum Muslim. Dari Abu Sa'id Al-Khudri ra dan Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:

"Tidaklah sesuatu menimpa seorang Muslim, baik berupa rasa letih, rasa sakit, gelisah, sedih, gangguan, gundah gulana, bahkan duri yang menusuknya (adalah ujian baginya), melainkan dengan hal itu Allah akan mengampuni dosa-dosanya." (HR. Muslim).

Melansir dari republika.co.id, dalam sebuah riwayat Ibnu Majah dan al-Hakim dengan sanad sahih, Rasulullah SAW pernah memberikan nasihat yang sangat penting dan berharga kepada kita tentang masalah azab ini. Di hadapan kaum Muhajirin dan Anshar, beliau SAW menyebut lima hal yang dapat mengundang turunnya azab dan kemurkaan Allah SWT, sebagai berikut:

Pertama, dosa zina yang dilakukan secara terang-terangan di suatu kaum.

Perbuatan maksiat ini akan menyebabkan turunnya tha'un (wabah) dan penyakit-penyakit yang tidak pernah ada pada generasi sebelumnya.

Kedua, perilaku curang, seperti mengurangi takaran dan timbangan. Termasuk kezaliman penguasa, seperti pembunuhan, kerusakan, khianat, korupsi, dan lain-lain. Maka, ragam kejahatan ini akan menyebabkan kebangkrutan, paceklik, banyaknya tekanan dan kesulitan hidup.

Baca Juga: 10 Doa Indah Paling Sering Dipanjatkan Rasulullah

Ketiga, enggan membayar zakat dan suka menahannya. Akibatnya, hujan dari langit pun akan ditahan. Sekiranya bukan karena hewan-hewan, niscaya manusia tidak akan diberi hujan.

Keempat, melanggar perjanjian dengan Allah dan Rasul-Nya. Karena perbuatan ini, Allah akan menjadikan pihak musuh dari kalangan orang kafir dan munafik berkuasa ke atas mereka. Lalu, pihak musuh tersebut mengambil sebagian apa yang mereka miliki.

Kelima, menyelisihi syariat Islam. Artinya, selama para pemimpin yang diberikan amanah kekuasaan itu tidak menjadikan agama sebagai dasar hukum, dalam menjalankan kepemimpinannya, Allah SWT akan menjadikan permusuhan di antara mereka.

Jika, kita melihat di sekeliling kita banyak ulah atau perbuatan manusia yang mungkin tidak disadari yang menyebabkan turunnya suatu bencana atau musibah dikarenakan perbuatan atau ulah tangan manusia itu sendiri. Sehingga Allah SWT murka dan terjadilah bencana di suatu wilayah atau negara. (C)

Reporter: Irawati 

Editor: Haerani Hambali

Artikel Terkait
Baca Juga