Ini Profil Ulama Calon Ketua Umum PBNU, Ada Nama Gus Baha
Ibnu Sina Ali Hakim, telisik indonesia
Sabtu, 23 Oktober 2021
0 dilihat
Bendera Nahdlatul Ulama (NU) yang dipegang para santri. Foto: Repro Muslimmoderat
" Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) telah diputuskan digelar pada 23-25 Desember di Lampung. "
LAMPUNG, TELISIK.ID - Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) telah diputuskan digelar pada 23-25 Desember di Lampung.
Sejumlah tokoh digadang-gadang bakal maju sebagai calon Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Sejauh ini ada lima nama yang masuk dalam bursa calon Ketua Umum PBNU. Masing-masing KH Marzuki Mustamar, KH Hasan Mutawakkil Alallah, KH Said Aqil Siraj, KH Bahaudin Nursalim atau Gus Baha, dan KH Yahya Cholil Staquf.
Ketua Umum PBNU saat ini KH Said Aqil Sirajd sudah menyatakan siap mencalonkan diri kembali sebagai bakal calon Ketua Umum PBNU periode mendatang.
“Kalau diminta oleh para kiyai saya siap (mencalonkan diri),” kata KH Said Aqil Sirajd, dilansir Suara.com jaringan Telisik.id, Sabtu (23/10/2021).
Berikut ini profil singkat lima nama yang masuk dalam bursa calon Ketum PBNU, dikutip dari NU.Online.
1. KH Said Aqil Siradj
KH. Said Aqil Siradj yang saat ini menjabat sebagai Ketua Umum PBNU kembali masuk dalam daftar calon di periode berikutnya. KH. Said Aqil lahir 3 Juli 1953 di Cirebon, Jawa Barat. Beliau merupakan putra dari pendiri pondok pesantren Kempek, KH Soleh Harun.
Tumbuh di keluarga Cendikiawan Muslim, KH. Said Aqil sudah mempelajari dasar-dasar ilmu sejak kecil. KH. Said Aqil Siradj berangkat ke Mekah untuk kuliah di Universitas King Abdul Aziz dan Universitas Umm Al-Qura bersama sang istri, di tahun 1980. Pendidikan sarjana hingga doktoral ia tempuh di universitas itu.
KH. Said Aqil merupakan sosok yang penuh rasa tanggung jawab terhadap keluarga. Beliau sempat bekerja di toko karpet, karena butuh lebih banyak biaya untuk keluarganya. Meskipun beliau mendapat beasiswa dari pemerintah Saudi, namun tetap dirasa kurang karena KH. Said Aqil harus pula membiayai anak-anaknya. Pendidikan doktoralnya beliau selesaikan di 1994.
Pada 2010, beliau terpilih sebagai Ketua Umum PBNU dalam Muktamar NU ke-32 di Makassar. KH. Said Aqil memimpin PBNU hingga 2015. Ketika itu, beliau yang mendapat 294 suara mengalahkan Slamet Effendi Yusuf dengan 210 suara.
KH. Said Aqil kembali terpilih sebagai ketua PBNU periode 2015–2020 saat Muktamar ke-33 NU di Jombang, Jawa Timur. KH. Said unggul dengan menghimpun 287 suara. Sementara calon lainnya KH. As'ad Said Ali memiliki 107 suara, dan KH. Salahudin Wahid dengan 10 suara.
2. KH Ahmad Bahauddin Nursalim
KH. Ahmad Bahauddin Nursalim adalah Ulama NU yang biasa disapa Gus Baha. Lahir di Rembang, 29 September 1970, Gus Baha merupakan putra pengasuh pesantren Al-Qur'an di kota asalnya yakni Kiai Nursalim.
Gus Baha sejak kecil sudah diharuskan menghafal Al-Qur'an oleh sang ayah. Bahkan, beliau sudah khatam Al-Qur'an di usia yang masih sangat belia. Ayahnya memerintah Gus Baha untuk belajar di pondok pesantren Al Anwar, Rembang dan berada di bawah didikan KH Maimoen Zubair. Sejak belajar di sana, Gus Baha terlihat memiliki minat yang besar dalam ilmu tafsir, hadis dan fiqih.
Meskipun sudah terkenal memiliki wawasan yang sangat luas sejak masih menjadi santri, namun Gus Baha tak pernah sombong dan tetap tampil sederhana. Penampilannya yang khas anak pesantren itu menjadi cirinya hingga kini. Banyak masyarakat yang meneladani penampilan dan perilakunya.
Baca juga: Timsel KPU-Bawaslu: Mahfud MD Sebut Mereka Sudah Teruji
Baca juga: Berantas Pinjol Ilegal, LPSK Siap Lindungi Pelapor dan Korban
3. KH Yahya Cholil Staquf
Tokoh NU asal Rembang, KH. Yahya Cholil Staquf atau KH. Yahya Cholil Bisri masuk ke dalam daftar calon Ketua PBNU. Ia lahir pada 16 Februari 1966, dan merupakan putra dari tokoh NU Jawa Tengah yang juga salah satu pendiri Partai Kebangkitan Bangsa, KH. Cholil Bisri.
KH. Yahya Cholil Staquf yang lahir dan besar di kalangan pesantren, sudah digembleng ilmu agama sejak dini. Dirinya pernah mengenyam pendidikan di Madrasah Al Munawwir, Krapyak, Yogyakarta dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Gadjah Mada/UGM. Selain itu, ia juga menimba ilmu di Mekah.
KH. Yahya Cholil Staquf pernah menjadi Juru Bicara (Jubir) Presiden ke-4 RI, KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Ia membacakan Dekrit Presiden, menjelang lengsernya Gus Dur pada 2001. Setelahnya, KH. Yahya Cholil Staquf aktif di partai besutan ayahnya pada 2005. Namun, silang pendapat yang ada di dalam kubu partai menyebabkan keretakan. KH. Yahya Cholil Staquf pun mundur dan memilih menekuni lebih dalam dunia pendidikan.
4. KH Marzuki Mustamar
KH. Marzuki Mustamar adalah tokoh NU kelahiran Blitar, 22 September 1966. Ayah KH. Marzuki Mustamar merupakan seorang kiai yang dihormati di wilayahnya.
KH. Marzuki Mustamar sudah mendapat pendidikan agama Islam yang sangat intens sejak kecil. Bahkan, beliau sudah diminta mengajar Al-Qur'an saat duduk di bangku kelas 3 SMP. Pada jenjang perguruan tinggi, KH. Marzuki Mustamar menuntut ilmu di IAIN Sunan Ampel, Surabaya. Beliau juga melanjutkan pendidikan tingkat magisternya di Universitas Islam Lamongan, Jawa Timur.
Di tubuh PWNU Jatim, KH. Marzuki Mustamar dipecaya mengemban amanah sebagai Ketua Tanfidziyah periode 2018–2023, dan merupakan pimpinan Pondok Pesantren Sabiilul Rosyad.
5. KH Hasan Mutawakkil Alallah
Pendakwah Jawa Timur, KH. Hasan Mutawakkil Alallah juga merupakan salah satu dari 5 calon Ketua PBNU. KH. Hasan Mutawakkil Alallah lahir di Probolinggo, 22 April 1959. Beliau masuk ke dalam jajaran pengurus PWNU Jatim.
KH. Hasan Mutawakkil Alallah sempat menimba ilmu di pesantren wilayah Serang, Rembang. Kemudian melanjutkan pendidikannya ke Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri dan berada di bawah asuhan KH Mahrus Ali. Saat belajar di pondok pesantren itu, beliau sudah sangat tertarik dengan ilmu tafsir, hadis, fiqih dan nahwu.
Pendidikan sarjananya itu tempuh di UII Yogyakarta. Namun di tengah perjalanan, KH. Hasan Mutawakkil Alallah mendapat kesempatan untuk belajar di Universitas Al Azhar, Mesir pada 1983.
KH. Hasan Mutawakkil Alallah resmi sebagai ketua MUI Jawa Timur di 2020. Beliau terpilih secara aklamasi melalui Musda MUI Jatim ke-10, yang dihelat pada 22 hingga 23 Desember 2020. (C)
Reporter: Ibnu Sina Ali Hakim
Editor: Haerani Hambali