Kisah Soekarno Bersedia ke Rusia dengan Syarat Bisa Temukan Makam Imam Bukhari
Ahmad Jaelani, telisik indonesia
Sabtu, 21 September 2024
0 dilihat
Sejumlah kota pernah dikunjungi Presiden Soekarno seperti Moskow, Saint Petersburg, Yekaterinburg, Sochi dan Samarkand yang kini merupakan wilayah Uzbekistan. Foto: Repro Kompasiana
" Ketika Nikita Khrushchev, pemimpin Uni Soviet, mengundang Presiden Soekarno berkunjung, respons Soekarno tidak langsung positif. Di tengah perebutan pengaruh antara Amerika Serikat dan Uni Soviet, Soekarno menyadari posisinya sebagai pemimpin Gerakan Nonblok "
KENDARI, TELISIK.ID - Ketika Nikita Khrushchev, pemimpin Uni Soviet, mengundang Presiden Soekarno berkunjung, respons Soekarno tidak langsung positif. Di tengah perebutan pengaruh antara Amerika Serikat dan Uni Soviet, Soekarno menyadari posisinya sebagai pemimpin Gerakan Nonblok.
Soekarno ingin menjaga netralitas Indonesia dan tak ingin dituduh condong ke blok kiri. Oleh karena itu, Soekarno memutuskan untuk membuat persyaratan bagi Khrushchev agar undangan tersebut bisa diterima.
Mengutip sindonews.com, Sabtu (21/9/2024), salah satu syarat yang ia ajukan adalah agar pemimpin Soviet tersebut menemukan kembali makam Imam Bukhari di Samarkand, Uzbekistan, yang saat itu tidak diketahui keberadaannya secara pasti.
Awalnya, Khrushchev enggan memenuhi permintaan tersebut. Namun, karena Soekarno bersikeras, pemimpin Soviet itu akhirnya berusaha untuk menemukannya.
Makam Imam Bukhari, yang merupakan salah satu tokoh besar dalam sejarah Islam sebagai perawi hadis terkemuka, akhirnya ditemukan dalam kondisi terlantar.
Untuk menyambut kunjungan Soekarno, Uni Soviet kemudian merenovasi makam tersebut agar terlihat layak. Ketika Soekarno akhirnya mengunjungi Uni Soviet, dia menyempatkan diri untuk berziarah ke makam Imam Bukhari, menunjukkan penghormatan dan kepeduliannya terhadap tokoh-tokoh besar dalam sejarah Islam.
Baca Juga: Jokowi Amini Terbentuknya Kabinet Zaken di Era Prabowo - Gibran
Cerita ini masih bertahan hingga sekarang dan menjadi salah satu kisah yang sering dikaitkan dengan Soekarno sebagai kontribusinya terhadap umat Muslim dunia. Nama Soekarno sendiri hingga saat ini sangat dihormati di Uzbekistan, negara mayoritas Muslim di Asia Tengah yang dulunya bagian dari Uni Soviet.
Namun, kebenaran kisah ini tidak sepenuhnya diterima tanpa kritik. Ada sejumlah pihak yang meragukan keabsahan cerita ini, termasuk beberapa sejarawan dan peneliti sejarah.
Dalam autobiografinya, Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang ditulis Cindy Adams, Soekarno tidak menceritakan secara spesifik mengenai makam Imam Bukhari dalam kunjungannya ke Uni Soviet.
Kunjungan Soekarno ke negara tersebut hanya disinggung secara singkat. Beberapa sumber lain pun memberikan keterangan yang tidak konsisten terkait waktu kejadian.
Misalnya, dalam buku Dunia dalam Genggaman Bung Karno (2017), disebutkan bahwa permintaan pemugaran makam Imam Bukhari disampaikan Soekarno kepada Khrushchev sebelum kunjungannya ke Uni Soviet pada 1956.
Namun, pada saat itu Khrushchev masih menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Dewan Presidium Tertinggi Uni Soviet, sedangkan yang menjadi Presiden Uni Soviet adalah Kliment Voroshilov, yang sebenarnya memberikan undangan tersebut kepada Soekarno.
Sejarawan Asvi Warman Adam juga meragukan kebenaran cerita ini, dengan alasan tidak adanya literasi resmi yang menyebutkan tentang peristiwa tersebut.
“Kadang memang ada cerita Soekarno yang dibesar-besarkan,” kata Asvi dalam salah satu kesempatan.
Baca Juga: Polemik Pansus Haji, Menag Yaqut Bakal Dijemput Paksa
Keraguan ini menunjukkan bahwa tidak semua cerita tentang Soekarno dapat diterima begitu saja, terutama ketika sumber-sumber primer tidak memberikan keterangan yang jelas atau konsisten.
Imam Bukhari sendiri merupakan salah satu tokoh besar dalam sejarah Islam, lahir di Bukhara, Uzbekistan, pada tahun 196 Hijriah atau 810 Masehi. Nama aslinya adalah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim, namun ia lebih dikenal sebagai Imam Bukhari karena berasal dari kota Bukhara.
Selama hidupnya, Imam Bukhari berhasil menghimpun sejuta hadis dari Rasulullah SAW, yang kemudian disaring dan diteliti untuk menentukan mana yang kuat dan mana yang lemah.
Karya monumentalnya, Shahih Bukhari, yang berisi 9.082 hadis, menjadi salah satu kitab hadis paling otoritatif dalam Islam.
Makam Imam Bukhari terletak di Samarkand, Uzbekistan, dan hingga kini menjadi salah satu destinasi ziarah bagi umat Muslim dari seluruh dunia. Jenazahnya dimakamkan di ruang bawah tanah yang diselimuti kain hitam bertuliskan Arab.
Peziarah, baik Muslim maupun non-Muslim, diizinkan untuk berkunjung, meskipun hanya sampai ruang atas kompleks pemakaman tersebut. (C)
Penulis: Ahmad Jaelani
Editor: Mustaqim
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS