Lompat Batu Nias, Tradisi Unik di Dunia
Ones Lawolo, telisik indonesia
Sabtu, 18 Juli 2020
0 dilihat
Seorang pemuda Suku Nias yang melakukan lompat batu. Foto: Ist.
" Pemuda Suku Nias punya teknik sendiri untuk melompati Hombo Batu dan mendarat dengan tepat. Salah sedikit saja, bisa menyebabkan cedera otot hingga patah tulang. "
MEDAN, TELISIK.ID - Tradisi lompat batu yang terletak di Desa Bawomataluo, Kecamatan Fanayama, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara, sudah merupakan olahraga tradisional Suku Nias.
Di mana, lompat batu tersebut salah satu objek wisata tradisional yang unik dan teraneh di seluruh dunia.
Sejarah itu, mulai keberadaan lompat batunya di Desa Bawamataluo. Warga Nias setempat sering menyebutkan Desa Bawomataluo itu bukit matahari. Karena Bukit Matahari tersebut terletak di atas sebuah bukit dengan ketinggian 270 meter di atas permukaan laut.
Untuk berkunjung ke Desa Bawomataluo, harus menaiki tujuh puluh tujuh anak tangga berbahan batu alam yang tersusun rapi. Jalan berbahan batu alam tersebut telah ada sejak berabad-abad lalu dan masih terpelihara dengan baik.
Sedangkan lompat batunya, sering disebutkan "Hombo Batu". Sekarang ini, Hombo Batu itu sudah menjadi atraksi wisata yang sangat unik di Kepulauan Nias. Lompat batu di Nias itu mencapai setinggi 2,2 meter dan lebar 90 centimeter serta panjang 60 centimeter.
Sejarahnya, lompat batu tersebut merupakan ritual pendewasaan pemuda Suku Nias. Jika pemuda Nias berhasil melompati batu yang setinggi 2,2 meter itu, mereka dianggap telah menjadi lelaki dewasa dan dapat bergabung sebagai prajurit untuk berperang dan menikah.
Mereka mencoba mempersiapkan diri untuk melakukan tradisi lompat batu atau Fohombo batu ini sejak usia 10 tahun, anak laki-laki harus bersiap untuk melakukan giliran "Fahombo". Ritual Fahombo ini sangat dianggap serius dalam adat dan kebudayaan di Kepulauan Nias.
Kemudian, pemuda Nias itu menggunakan busana pejuang suku Nias. Mereka harus dapat melompati batu tersebut untuk mendapatkan status kedewasaan. Jika berhasil melompati batu itu, berarti telah siap bertempur dan memikul tanggung jawab sebagai laki-laki dewasa di Nias.
Baca juga: Mendesak, Pemkab Bakal Kirim Berkas TKL Gelombang Satu
Selain itu, ketika berkunjung di tempat wisata tradisional yang merupakan Hombo Batu itu, diharuskan mengucapkan pertama, Yaahowu sebagai kata pembuka untuk mengawali pembicaraan. Yaahowu itu, sering digunakan sebagai salam tegur sapaan oleh masyarakat suku Nias (Ono Niha).
Bagi masyarakat suku Nias yang tinggal di Pulau Nias (Tano Niha) maupun di luar pulau, kata ini sudah akrab dan dijadikan sebagai tradisi untuk memberi penghormatan bagi seseorang tanpa memandang status apakah keluarga dan kerabat dekat atau bukan.
Sapaan ini merupakan ciri khas tersendiri yang wajib (tidak boleh tidak) diucap oleh sesama masyarakat Nias di manapun berada. Karena Yaahowu itu, merupakan tanda Ono Niha berasal dari Kepulauan Nias.
Salah satu tokoh masyarakat Kabupaten Nias Selatan, Dofuzogamo Gaho mengatakan, atraksi lompat batu di Desa Bawomataluo tersebut sudah menjadi tradisi pemuda Nias Selatan untuk menguji kemampuan fisik bahwa seorang pemuda bisa melompat batu maka pemuda tersebut sudah teruji untuk maju perang.
Pemuda Nias yang berhasil melakukan tradisi ini akan dianggap dewasa dan matang secara fisik. Kadang, orang yang berhasil melakukan tradisi ini juga dianggap menjadi pembela desanya sendiri jika terjadi konflik antar kampung.
"Pemuda Suku Nias punya teknik sendiri untuk melompati Hombo Batu dan mendarat dengan tepat. Salah sedikit saja, bisa menyebabkan cedera otot hingga patah tulang," terangnya.
Reporter: Ones Lawolo
Editor: Kardin