Nilai Tukar Rupiah-Dolar Anjlok hingga Rp 16.300 Priode Juni, Angka Persis Jaman Covid-19

Ahmad Jaelani, telisik indonesia
Senin, 10 Juni 2024
0 dilihat
Nilai Tukar Rupiah-Dolar Anjlok hingga Rp 16.300 Priode Juni, Angka Persis Jaman Covid-19
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) anjlok di angka Rp 16.300. Foto: Repro ligo.id

" Rupiah tercatat anjlok dengan nilai dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan pekan ini, beberapa faktor ini, menekan rupiah khususnya dari faktor eksternal, dengan angkanya sama persis saat Pandemi Covid-19 "

JAKARTA, TELISIK.ID - Rupiah tercatat anjlok dengan nilai dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan pekan ini, beberapa faktor ini, menekan rupiah khususnya dari faktor eksternal, dengan angkanya sama persis saat Pandemi Covid-19.

Dilansir dari Refinitiv, Senin (10/6/2024) pukul 13:03 Wib, rupiah terpantau ambruk 0,59% ke angka Rp16.285/US$ atau nyaris menyentuh level psikologis baru Rp16.300/US$ yang sebelumnya sempat disentuh pada jaman Covid-19 atau sekitar empat tahun lalu.

Sementara indeks dolar AS (DXY) sendiri melonjak signifikan pada Jumat lalu (7/6/2024) sebesar 0,75?n hari ini kembali merangkak naik ke level 105,24 atau naik 0,35%. Sentimen utama pelemahan rupiah kali ini terjadi akibat faktor eksternal khususnya datang dari AS yang menunjukkan data ketenagakerjaan cenderung menguat.

Melansir CNBC Indonesia, Berikut ini ulasan dari anjloknya nilai tukar Rupiah:

Baca Juga: Sry Mulyani Sentil Prabowo Soal Kondisi Ekonomi Makro 2025

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan non-farm payrolls (NFP) yang diumumkan pada 7 Juni 2024 meningkat hingga 272.000 pada Mei, angka ini jauh di atas ekspektasi pasar yakni 185.000.

Non-farm payrolls merupakan laporan penggajian sektor tenaga kerja di AS di luar pertanian. Sekitar 80% tenaga kerja AS yang tercatat bekerja di bidang manufaktur, konstruksi, dan barang.

Ketika pasar tenaga kerja masih ketat, penghasilan masyarakat AS masih akan memenuhi untuk konsumsi bertahan kuat. Imbasnya, inflasi kemungkinan besar masih akan sulit untuk turun mencapai target bank sentral AS (The Fed).

Pekan ini, tepatnya pada Rabu malam (12/6/2024), AS akan merilis data inflasi periode Mei 2024. Saat ini konsensus memperkirakan headline inflation akan tumbuh stabil di 3,4% year on year/yoy dan inflasi inti akan melandai ke 3,5% yoy.

Pasca data NFP jauh di atas perkiraan, ekspektasi pelaku pasar berdasarkan survei CME FedWatch Tool menunjukkan bahwa pemangkasan suku bunga hanya terjadi satu kali yakni pada November 2024 sebesar 25 basis poin (bps).

Ketika suku bunga The Fed tak kunjung dipangkas, maka DXY masih akan tetap berada di level yang tinggi dan akan menekan mata uang lainnya termasuk rupiah.

Data yang dirilis Bank Indonesia (BI) pada pekan lalu tepatnya 3-6 Juni 2024 menunjukkan terjadi foreign outflow di pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp0,66 triliun.

Hal ini mematahkan tren foreign inflow yang terjadi selama empat pekan beruntun yakni sepanjang Mei 2024. Selama tahun 2024, berdasarkan data setelmen sampai dengan 6 Juni 2024 tercatat investor asing melakukan jual neto Rp36,02 triliun di pasar SBN. Pelemahan rupiah juga diakibatkan oleh outflow dana asing di obligasi.

Pembagian keuntungan perusahaan khususnya bagi pemegang saham asing di luar negeri atau yang dikenal sebagai repatriasi dividen memberikan dampak pada permintaan dolar AS yang melonjak beberapa bulan sebelumnya.

Baca Juga: Begini Nilai Saldo Minimal Nasabah Prioritas BCA dan Mandiri hingga BRI

Akibatnya, rupiah pun mengalami depresiasi. Permintaan dolar AS menjelang pertengahan tahun memang sedang tinggi-tingginya. Permintaan yang tinggi terjadi karena kebutuhan pembayaran utang luar negeri dan siklus repatriasi dividen yang berlangsung pada bulan Mei hingga Juni.

Musim Haji 2024 yang terjadi sekitar Mei - Juni 2024 juga memicu pelemahan rupiah. Musim Haji tahun ini akan memberangkatkan sebanyak 241.000 jamaah ke Tanah Suci, angka ini lebih banyak 20.000 jamaah dibanding Musim Haji 2023.

Pemberangkatan jemaah haji Indonesia untuk gelombang pertama dijadwalkan pada tanggal 12 - 23 Mei 2024. Sementara pemberangkatan jemaah haji Indonesia untuk gelombang kedua akan berlangsung pada tanggal 24 Mei - 10 Juni 2024.

Dengan semakin banyaknya Jemaah haji dan biro perjalanan haji yang terlibat, kebutuhan valuta asing (valas) akan meningkat. (C)

Penulis: Ahmad Jaelani

Editor: Fitrah Nugraha

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baca Juga