Sadio Mane, Bintang yang Membumi

Haidir Muhari, telisik indonesia
Selasa, 18 Agustus 2020
0 dilihat
Sadio Mane, Bintang yang Membumi
Sadio Mane. Foto: Repro bola.com

" Atas dasar itu, saya ingin membangun sesuatu yang membuat orang kembali berharap. "

LIVERPOOL, TELISIK.ID - Sadio Mane, bintang sepakbola dari Liverpool. Tulisan ini tentang lakunya yang membumi, walau di tengah kegemilangan.

Pria berkulit hitam legam itu dilahirkan di Sedhiou, Senegal pada 10 April 1992. Ia tumbuh dalam asuh keluarga muslim taat di sebuah desa kecil Bambali, bagian selatan Senegal.

Sejak kecil anak Imam ini tercekik masalah ekonomi. Keluarganya sungguh serba pas-pasan. Di masa ciliknya untuk bermain bola saja memakai buah jeruk.

Kini peraih penghargaan PFA Fans' Player of the Year pada 2020 ini, punya penghasilan yang cukup fantastis yaitu 180 ribu poundsterling atau sekitar Rp 3,1 miliar per pekannya. Namun, ketenaran dan uang sebanyak itu tak membuatnya gelap mata.

Dalam ketenaran dan gelimang uang itu, ia mampu melihat dengan terang kesengsaraan orang lain di negaranya. Ia mampu memetik ibrah dari kesengsaraan yang dialaminya di waktu kecil.

Seperti dilansir dari bolatimes.com, Mane mengisahkan adiknya terpaksa lahir di rumah karena tidak ada rumah sakit di kampungnya. Itu adalah hal yang pilu baginya.

Baca juga: Mereka Arti Persahabatan dari HRD Tambang

''Atas dasar itu, saya ingin membangun sesuatu yang membuat orang kembali berharap,'' ungkapnya.

Tidak hanya membangun rumah sakit, ia juga membangun sekolah dan rumah ibadah. Tepatnya Juli 2019 pemain yang kerap sujud syukur saat mencetak gol ini menggelontorkan dana hingga 250 ribu poundsterling atau sekira Rp 4,3 miliar untuk pembangunan sekolah, masjid, dan rumah sakit.

Padahal pintu untuk hidup mewah dan glamor terbuka lebar. Seperti dilansir dari Sportbible.com pesepakbola muslim ini memilih membumi dan menebar kemanfaatan kepada manusia.

"Saya tidak perlu mobil mewah, rumah besar dan jalan-jalan ke seluruh dunia. Saya lebih suka memberikan sedikit apa yang ada di hidup saya untuk kerabat. Aku sangat menghargai apa yang aku miliki," ungkapnya.

Untuk dirinya sendiri ia lebih memilih hidup sederhana. Ia kerap tertangkap kamera membawa handphone yg sudah retak layarnya. Saat ditanya tentang itu, jawabannya mengagetkan. "Aku masih bisa memperbaikinya," dalihnya.

Ia menginsyafi bahwa hidup glamor hanyalah silau dunia yang takkan memberikan perubahan yang berarti. Orang miskin tetap miskin.

Baca juga: Umbu, Jejak Dedikasi dari Malioboro hingga Pulau Dewata

Kemewahan ujungnya adalah kata wah dari manusia. Orang lapar tetap akan lapar, takkan kenyang hanya dengan melihat kemewahannya. Sementara dia tetaplah Mane yang sama, walau dikalungi dan dikelilingi kemewahan-kemewahan itu.

“Apa yang akan dilakukan benda-benda ini bagi saya dan bagi dunia?," tanyanya seperti dikutip dari okezone.com.

Meski berstatus pemain bintang, pesepakbola berusia 28 tahun ini tetap rendah hati. Mane tetap ringan tangan membantu para staf Timnas Senegal, membawakan botol air untuk rekan-rekannya.

Pria yang biasa bermain pada posisi sayap kanan di Liverpool ini tak sungkan membersihkan tandas dan tempat wudu. Kejadian itu pada September 2018 di Masjid Al-Rahma, Liverpool. Namun, ia tak ingin hal ini dibesar-besarkan.

Senegal bangga memiliki sosok Sadio Mane. Pemain Terbaik Afrika 2019 itu bahkan sempat difilmkan dengan judul 'Sadio Mane Made In Senegal'.

Di usia 28 tahun Mane sudah menyukir kisah sedemikian itu. Lalu apa yang sudah kita berikan untuk manusia (baca: tetangga) dan negara (baca: daerah)?

Reporter: Haidir Muhari

Editor: Haerani Hambali

Baca Juga